nusabali

Koster Beber Konsep Ekonomi Kerthi Bali

Buka FGD 'Bangkitkan Baliku'

  • www.nusabali.com-koster-beber-konsep-ekonomi-kerthi-bali

DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster membuka kegiatan Fokus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Bangkitkan Baliku’ yang diselenggarakan Universitas Trisakti, Universitas Esa Unggul, dan Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar), Kamis (17/2) pagi.

Dalam pembukaan FGD ‘Bangkitkan Baliku’ yang dilakukan secara virtual dari Rumah Jabatan Gubernur Bali, Komplek Jaya Sabha Denpasar itu, Gu-bernur Koster beberkan konsep ‘Transformasi Ekonomi Kerthi Bali’.

Dalam sambutannya, Gubernur Koster menjelaskan pembangunan Bali berdasarkan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Mnuju Bali Era Baru. Visi tersebut mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia sekala-niskala menuju kehidupan krama dan Gumi Bali sesuai dengan prinsip Tri Sakti Bung Karno: berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, melalui pembangunan secara terpola, me-nyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai NKRI berdasarkan nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemprov Bali telah menyiapkan konsep Transformasi Ekonomi Kerthi Bali guna menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, demi terwujudnya Bali berdikari dalam bi-dang ekonomi. Menurut Gubernur Koster, perekonomian Bali saat ini didominasi oleh sektor pariwisata (56,78 persen), sektor industri(14,63 persen), sektor pertanian (9,24 pesren), sektor kelautan/perikanan (4,21 persen), dan sektor lain (15,14 persen).

Sedangkan kontribusi sektor di luar pariwisata relatif kecil, bahkan berpotensi terus mengalami penurunan. Perekonomian Bali di satu sisi sangat tergantung dan rentan terhadap perubahan faktor eksternal. Di pihak lain, pertumbuhan kapasitas ekonomi Bali kurang berkembang secara optimal. "Sektor pertanian, sektor kelautan/perikanan, dan sektor industri kerajinan belum diberdayakan secara optimal, bahkan cenderung bergeser atau beralih ke sektor pariwisata," jelas Gubernur Koster.

Secara eksternal, kata Koster, dunia telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi digital secara dinamis, masif, dan mengglobal yang merasuk dalam keseluruhan tatanan kehidupan masyarakat dunia. Untuk itu, perlu diakomodasi dan diterapkan dalam memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali.

"Guna memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali, diperlukan suatu konsep ekonomi yang komprehensif, yaitu ‘Ekonomi Kerthi Bali’," tegas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.

Koster memaparkan, Ekonomi Kerthi Bali adalah konsep ekonomi untuk mewujudkan Bali berdikari dalam bidang ekonomi, yang dibangun dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi dengan menerapkan 11 prinsip. Pertama, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dari sikap mensyukuri/memuliakan kekayaan, keunikan, dan keunggulan sumber daya lokal alam Bali beserta isinya, sebagai anugerah dari Hyang Pencipta.

Kedua, ekonomi yang dibangun/dikembangkan sesuai potensi sumber daya lokal alam Bali beserta isinya. Ketiga, ekonomi yang dibangun/dikembangkan oleh krama Bali secara inklusif, kreatif, dan inovatif. Keempat, ekonomi yang dibangun/dikembangkan berbasis nilai-nilai tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali. Kelima, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan menjaga ekosistem alam dan budaya secara berkelanjutan.

Keenam, ekonomi yang dibangun/dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian lokal Bali, berkualitas, bernilai tambah, dan berdaya saing. Ketujuh, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan mengakomodasi penerapan/perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digital. Kedelapan, ekonomi yang memberi manfaat nyata guna meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan krama Bali secara sekala-niskala. Kesembilan, ekonomi yang dibangun/dikembangkan dengan asas gotong-royong. Kesepuluh, ekonomi yang dibangun/dikembangkan untuk meningkatkan ketangguhan menghadapi dinamika perkembangan zaman secara lokal, nasional, dan global. Kesebalas, ekonomi yang menumbuhkan spirit jengah dan cinta/bangga sebagai krama Bali.

Koster menegaskan, sektor pertanian dalam arti luas, sektor kelautan/perikanan, dan sektor industri kerajinan rakyat di Bali memiliki potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal. Ke depan, sektor ini perlu diprioritaskan dan dikelola secara optimal agar mampu meningkatkan kontribusinya terhadap PDRB Bali.

“Sektor pariwisata sangat rentan terhadap berbagai gejolak yang berkaitan dengan keamanan, bencana alam, dan bencana bukan alam. Sudah waktunya Bali mengembangkan perekonomian yang tidak lagi menggantungkan pada satu kantung sektor pariwisata," tegas politisi senior PDIP bergelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung ini.

Versi Koster, Bali harus mengambil pilihan mengembangkan perekonomian yang bersumber dari keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal meliputi alam, krama, dan kebudayaan Bali sebagai sumber daya potensial pada sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat. Selanjutnya, pengembangan perekonomian Bali hendaknya mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi digital, yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan digital sesuai dengan potensi krama Bali secara efektif, efisien, produktif, serta bernilai tambah.

"Sektor pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit) dalam perekonomian Bali. Sektor pariwisata harus berperan sebagai penarik (lokomotif) untuk bergeraknya sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan rakyat, sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan krama Bali,” papar Koster.

“Jadi, diperlukan arah kebijakan, pendekatan, dan prinsip untuk menata serta mengembangkan perekonomian Bali dengan struktur dan fundamental yang berbasis pada sumber daya lokal Bali, lebih berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, ramah lingkungan, dan berkelanjutan," lanjut Gubernur yang sempat tiga kali periode duduk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali (2004-2009, 2009-2014, 2014-2018) ini.

Koster mengingatkan, pembangunan pertanian dalam arti luas, termasuk perikanan dan sumber daya kelautan, perlu ditata dan dikelola dengan baik dari hulu sampai ke hilir, sesuai dengan potensi wilayah. Bali harus mencapai kedaulatan pangan dalam upaya pemenuhan jumlah dan kualitas yang memadai untuk kebutuhan krama Bali maupun wisatawan, dan berorientasi ekspor. Untuk menjamin kualitas dan keamanan pangan, sudah seharusnya menerapkan sistem pertanian organik menuju ‘Bali Pulau Organik’.

"Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi Bali, perlu dibangun atau dikembangkan Industri Branding Bali dari hulu sampai ke hilir, ekonomi kreatif berbasis budaya branding Bali, serta ekonomi digital. Pembangunan perekonomian Bali dilakukan sesuai dengan potensi wilayah dalam rangka menyeimbangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi antar wilayah se-Bali, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, membuka lapangan kerja baru, dan mengurangi tingkat kemiskinan."

Untuk memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali, diperlukan pengembangan dan penguatan Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan Koperasi terutama Koperasi Produksi serta lembaga perekonomian adat dalam pengelolaan hasil pertanian, perikanan, perkebunan, dan industri kerajinan rakyat. Dengan demikian, kata Koster, Ekonomi Kerthi Bali bertujuan membangun perekonomian Bali yang harmonis terhadap alam beserta isinya, serta memberikan manfaat dan nilai tambah berganda secara langsung dan tidak langsung, baik nilai tambah ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, maupun tatanan kehidupan.

Nilai tambah masing-masing elemen tersebut di atas akan membentuk lingkaran nilai yang semakin membesar, sehingga daya dukung perekonomian Bali semakin meningkat dan berkelanjutan. Maka, Ekonomi Kerthi Bali dapat menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan perekonomian Bali, selain juga bisa diadopsi untuk pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional dan internasional. Ekonomi Kerthi Bali akan menjadi arus utama (mainstream) baru pembangunan perekonomian, paradigma baru pembangunan pere-konomian, serta memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan masyarakat.

"Astungkara, konsep Transformasi Ekonomi Kerthi Bali ini telah dijadikan model transformasi ekonomi berupa ‘Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh, dan Sejahtera’, yang dituangkan dalam dokumen perencanaan pembangunan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas RI. Presiden Bapak Ir Joko Widodo sendiri yang berkenan meluncurkannya tanggal 3 Desember 2021 lalu," tegas Koster. *nat

Komentar