Bupati Launching Branding 'Bangli The Origin of Bali'
E-Ticketing Diterapkan di Kawasan Wisata Kintamani
Panelokan dirancang jadi jalur khusus pariwisata, sementara masyarakat yang hendak menuju Singaraja dialihkan ke jalur lain
BANGLI, NusaBali
Logo branding pariwisata Kabupaten Bangli yakni ‘Bangli The Origin of Bali’ dilaunching oleh Bupati Sang Nyoman Sedana Arta di Anjungan Panelokan, Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani pada Wraspati Wage Bala, Kamis (17/2) pagi. Saat itu pula, Bupati Sedana Arta sekaligus melaunching penggunaan e-ticketing di kawasan wisata Kintamani.
Acara launching logo branding pariwisata Bangli dan penggunaan e-ti-cketing kawasan Kintamani, Kamis pagi pukul 09.30 Wita, dihadiri pula Wakil Bupati Bangli I Wayan Diar, Sekda Kabupaten Bangli IB Gede Giri Putra, jajaran Forkompinda Bangli, pimpinan OPD lingkup Pemkab Banding, para Perbekel se-Kecamatan Kintamani, Pimpinan BNI Wilayah Bali-NTB-NTT, dan Pimpinan BPD Bali Cabang Bangli.
Bupati Sedana Arta menyebutkan, logo branding pariwiata Bangli yakni ‘Bangli The Origin of Bali’, mengandung makna bahwa Kabupten Bangli yang secara geografis terletak di tengah-tengah Pulau Bali, merupakan sarining (pusat) Padma Bhuana secara alami dan menjadi representasi Purusha-Pradhana sebagai cikal bakal kehidupan. Gunung Batur merupakan simbol dari Purusha, sementara Danau Batur merupakan aspek Pradhana.
Keduanya bertemu secara alami dan menghasilkan sebuah kehidupan. Secara langsung, ini menjadi penopang kelangsungan entitas dan jadi pusat kekuatan Bali. Kecuali itu, Kabupaten Bangli secara historis merupakan asal-usul (origin) peradaban Bali, yang dibuktikan dengan berbagai temuan benda arkeologi dan prasasti peninggalan Kerajaan Bali Kuno, yang menunjukkan bahwa kerajaan tertua di Bali yang tercatat dalam sejarah.
Simbol pada logo branding ‘Bangli The Origin of Bali’ adalah Gunung Batur sebagai simbol Purusha (maskulin) dalam filosofi penciptaan alam semesta, yang merupakan perlambang bapa akasa (langit). Sedangkan Danau Batur sebagai simbol Pradhana (feminine) dalam filosofi penciptaan alam semesta, sebagai perlambang ibu pertiwi (bumi).
Dewi Danu sebagai Dewi Kesuburan, Dewi Kemakmuran, dan Dewi Cinta Kasih dalam mitologi Hindu Bali. Sementara bunga Pucuk Bang adalah bunga Maskot Kabupaten Bangli, sebagai simbol semangat, keberanian, taksu, dan kewibawaan. “Dalam logo ‘Bangli The Origin of Bali’ terdapat juga warna-warni, yang memiliki arti. Misalnya, warna hijau yang dimaknai sebagai kreativitas, ramah alam, dan keselarasan,” jelas Bupati Sedana Arta.
Sedangkan penerapan e-ticketing di kawasan wisata Kintamani, kata Bupati Sedana Arta, sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. Selain itu, juga untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dan sekaligus memulihkan citra pariwisata Bangli. Dengan e-ticketing ini, pelayanan bisa lebih transparan dan akuntabel. Muaranya, pendapatan dari dari sektor pariwisata ke depannya diharapkan meningkat.
Menurut Bupati Sedana Arta, wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kintamani kini bisa cashless (sistem pembayaran tanpa uang tunai), dengan diterapkannya e-ticketing. Dalam penerapan e-ticketing ini, Pemkab Bangli bekerjasama dengan BNI melalui Tapcash.
Disebutkan, Arta, wisatawan juga bisa menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). "Mulai hari ini (kemarin) sudah menggunakan cashless. Saat ini e-ticketing memang baru tersedia di satu pintu. Namun, dalam beberapa hari ke depan seluruh pintu masuk (kawasan wisata Kintamani, Red) akan menggunakan e-ticketing," terang Bupati Sedana Arta.
Di kawasan wisata Kintamani saat ini terdapat 8 titik atau pos retribusi. Setidaknya ada 60 orang petugas pungut yang disiapkan bertugas di 8 pos tersebut. Sebelum bertugas, mereka telah diberikan pelatihan terlebih dulu untuk peningkatan pelayanan bagi wisatawan. Selain di pos retribusi, kata Bupati Sedana Arta, nantinya juga akan dilakukan pengawasan di jalur-jalur tikus yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk menghindari petugas pungut.
Bupati Sedana Arta menyebutkan, penerapan e-ticketing ini bisa memberikan pelayanan yang lebih baik, transparan, dan akuntabel. Dengan begitu, diharapkan lebih banyak wisatawan yang datang ke Bangli, khususnya kawasan Kintamani. "Harapannya, pariwisata Bangli secara umum dan Kintamani secara khusus lebih dipercaya," tegas bupati asal Desa Sulahan, Kecamatan Susut yang juga Ketua DPC PDIP Bangli ini.
Ada pun besaran retribusi pariwisata yang dipungut masing-masing Rp 25.000 bagi wisatawan lokal (dewasa) dan Rp 50.000 bagi wisatawan mancanegara (dewasa). Untuk kategori anak-anak, besarannya lebih kecil lagi.
Menurut Sedana Arta, pihaknya juga merancang agar ada jalur khusus pariwisata. Sedangkan bagi masyarakat yang hendak menuju Singaraja (Buleleng) via Kintamani atau sebaliknya, dapat melalui jalur lain.
Sedana Arta pun sudah bersurat ke Gubernur Bali Wayan Koster terkait pemanfaatan jalan provinsi untuk jalur alternatif menuju Singaraja. "Kami sedang merancang jalan ini (Penelokan) jadi jalur pariwisata. Bagi yang tidak berwisata ke Kintamani, akan diarahkan ke jalan lain," tandas Sedana Arta.
Sedana Arta menambahkan, pihaknya juga sudah melakukan survei. Berdasarkan survei tersebut, ada jalan provinsi yang memadai untuk akses ke Singaraja, termasuk kendaraan besar seperti bus. Namun, tidak dijelaskan jalur dimaksud.
Sementara, pariwisata Kintamani saat ini sudah dibuka total. Namun demikian, setiap objek dibatasi jumlah pengunjung maksimal 50 persen dari kapasitas. Penerapan protokol kesehatan (prokes) juga dilakukan secara ketat.
Terkait target pendapatan dari pariwisata, Sedana Arta mengaku masih melakukan penghitungan. Dalam hitungan itu, berkaca pula dari data tahun 2019 sebelum terjadi pandemi Covid-19. “Kami optimis PAD Bangli bisa meningkat dengan penggunaan e-ticketing ini,” katanya. *esa
Acara launching logo branding pariwisata Bangli dan penggunaan e-ti-cketing kawasan Kintamani, Kamis pagi pukul 09.30 Wita, dihadiri pula Wakil Bupati Bangli I Wayan Diar, Sekda Kabupaten Bangli IB Gede Giri Putra, jajaran Forkompinda Bangli, pimpinan OPD lingkup Pemkab Banding, para Perbekel se-Kecamatan Kintamani, Pimpinan BNI Wilayah Bali-NTB-NTT, dan Pimpinan BPD Bali Cabang Bangli.
Bupati Sedana Arta menyebutkan, logo branding pariwiata Bangli yakni ‘Bangli The Origin of Bali’, mengandung makna bahwa Kabupten Bangli yang secara geografis terletak di tengah-tengah Pulau Bali, merupakan sarining (pusat) Padma Bhuana secara alami dan menjadi representasi Purusha-Pradhana sebagai cikal bakal kehidupan. Gunung Batur merupakan simbol dari Purusha, sementara Danau Batur merupakan aspek Pradhana.
Keduanya bertemu secara alami dan menghasilkan sebuah kehidupan. Secara langsung, ini menjadi penopang kelangsungan entitas dan jadi pusat kekuatan Bali. Kecuali itu, Kabupaten Bangli secara historis merupakan asal-usul (origin) peradaban Bali, yang dibuktikan dengan berbagai temuan benda arkeologi dan prasasti peninggalan Kerajaan Bali Kuno, yang menunjukkan bahwa kerajaan tertua di Bali yang tercatat dalam sejarah.
Simbol pada logo branding ‘Bangli The Origin of Bali’ adalah Gunung Batur sebagai simbol Purusha (maskulin) dalam filosofi penciptaan alam semesta, yang merupakan perlambang bapa akasa (langit). Sedangkan Danau Batur sebagai simbol Pradhana (feminine) dalam filosofi penciptaan alam semesta, sebagai perlambang ibu pertiwi (bumi).
Dewi Danu sebagai Dewi Kesuburan, Dewi Kemakmuran, dan Dewi Cinta Kasih dalam mitologi Hindu Bali. Sementara bunga Pucuk Bang adalah bunga Maskot Kabupaten Bangli, sebagai simbol semangat, keberanian, taksu, dan kewibawaan. “Dalam logo ‘Bangli The Origin of Bali’ terdapat juga warna-warni, yang memiliki arti. Misalnya, warna hijau yang dimaknai sebagai kreativitas, ramah alam, dan keselarasan,” jelas Bupati Sedana Arta.
Sedangkan penerapan e-ticketing di kawasan wisata Kintamani, kata Bupati Sedana Arta, sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. Selain itu, juga untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dan sekaligus memulihkan citra pariwisata Bangli. Dengan e-ticketing ini, pelayanan bisa lebih transparan dan akuntabel. Muaranya, pendapatan dari dari sektor pariwisata ke depannya diharapkan meningkat.
Menurut Bupati Sedana Arta, wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kintamani kini bisa cashless (sistem pembayaran tanpa uang tunai), dengan diterapkannya e-ticketing. Dalam penerapan e-ticketing ini, Pemkab Bangli bekerjasama dengan BNI melalui Tapcash.
Disebutkan, Arta, wisatawan juga bisa menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). "Mulai hari ini (kemarin) sudah menggunakan cashless. Saat ini e-ticketing memang baru tersedia di satu pintu. Namun, dalam beberapa hari ke depan seluruh pintu masuk (kawasan wisata Kintamani, Red) akan menggunakan e-ticketing," terang Bupati Sedana Arta.
Di kawasan wisata Kintamani saat ini terdapat 8 titik atau pos retribusi. Setidaknya ada 60 orang petugas pungut yang disiapkan bertugas di 8 pos tersebut. Sebelum bertugas, mereka telah diberikan pelatihan terlebih dulu untuk peningkatan pelayanan bagi wisatawan. Selain di pos retribusi, kata Bupati Sedana Arta, nantinya juga akan dilakukan pengawasan di jalur-jalur tikus yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk menghindari petugas pungut.
Bupati Sedana Arta menyebutkan, penerapan e-ticketing ini bisa memberikan pelayanan yang lebih baik, transparan, dan akuntabel. Dengan begitu, diharapkan lebih banyak wisatawan yang datang ke Bangli, khususnya kawasan Kintamani. "Harapannya, pariwisata Bangli secara umum dan Kintamani secara khusus lebih dipercaya," tegas bupati asal Desa Sulahan, Kecamatan Susut yang juga Ketua DPC PDIP Bangli ini.
Ada pun besaran retribusi pariwisata yang dipungut masing-masing Rp 25.000 bagi wisatawan lokal (dewasa) dan Rp 50.000 bagi wisatawan mancanegara (dewasa). Untuk kategori anak-anak, besarannya lebih kecil lagi.
Menurut Sedana Arta, pihaknya juga merancang agar ada jalur khusus pariwisata. Sedangkan bagi masyarakat yang hendak menuju Singaraja (Buleleng) via Kintamani atau sebaliknya, dapat melalui jalur lain.
Sedana Arta pun sudah bersurat ke Gubernur Bali Wayan Koster terkait pemanfaatan jalan provinsi untuk jalur alternatif menuju Singaraja. "Kami sedang merancang jalan ini (Penelokan) jadi jalur pariwisata. Bagi yang tidak berwisata ke Kintamani, akan diarahkan ke jalan lain," tandas Sedana Arta.
Sedana Arta menambahkan, pihaknya juga sudah melakukan survei. Berdasarkan survei tersebut, ada jalan provinsi yang memadai untuk akses ke Singaraja, termasuk kendaraan besar seperti bus. Namun, tidak dijelaskan jalur dimaksud.
Sementara, pariwisata Kintamani saat ini sudah dibuka total. Namun demikian, setiap objek dibatasi jumlah pengunjung maksimal 50 persen dari kapasitas. Penerapan protokol kesehatan (prokes) juga dilakukan secara ketat.
Terkait target pendapatan dari pariwisata, Sedana Arta mengaku masih melakukan penghitungan. Dalam hitungan itu, berkaca pula dari data tahun 2019 sebelum terjadi pandemi Covid-19. “Kami optimis PAD Bangli bisa meningkat dengan penggunaan e-ticketing ini,” katanya. *esa
1
Komentar