Pasokan Menipis, Harga Bawang Merah Naik 75 Persen
Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil panen bawang menurun, karena petani ada yang gagal panen akibat pengaruh cuaca.
SINGARAJA, NusaBali
Harga bawang merah di Buleleng sejak sepekan terakhir naik signifikan. Karena pasokan bawang dari luar pulau mulai menipis. Harga naik juga karena kenaikan permintaan akibat banyak warga sedang melangsungkan upacara keagamaan.
Pantauan NusaBali di sejumlah pasar tradisional di Buleleng, harga bawang merah saat ini Rp 35.000 per kilogram (kg). Peningkatan harga mencapai 75 persen dari harga sebelumnya yang hanya berkisar Rp 20.000 - Rp 22.000/kg.
Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Dagperinkop UMKM) Buleleng Dewa Made Sudiarta, dihubungi Jumat (18/2) kemarin, membenarkan kenaikan harga bumbu dapur itu. Menurut Sudiarta kenaikan harga bawang merah dimulai sejak awal pekan lalu. Awalnya hanya naik Rp 6.000/kg menjadi Rp 28.000/kg. Namun kenaikan harga terus terjadi hingga saat ini mencapai Rp 35.000/kg.
“Naiknya sejak tanggal 14 Februari lalu. Harga normal sebelumnya Rp 20.000/kg. Kemudian naik menjadi Rp 28.000 dan dua hari terakhir ini sudah jadi Rp 35.000/kg,” ungkap Sudiarta.
Menurutnya, dari hasil pengecekan pasokan di pengepul dan pedagang di pasar tradisional, penyebab kenaikan harga bawang merah, antara lain karena pasokan yang mulai menipis. Kebutuhan bawang merah di Buleleng, disebut Sudiarta, selama ini memang dipenuhi oleh produksi bawang dari Kintamani, Bangli dan sebagian besar produksi bawang dari Jawa.
“Karena produk bawang lokal Buleleng belum bisa memenuhi kebutuhan. Pasokan terbanyak dari Pulau Jawa dan Kintamani, Bangli. Memang di musim penghujan seperti sekarang, seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil panen bawang menurun, karena petani ada yang gagal panen akibat pengaruh cuaca,” mbuh dia.
Selain karena faktor cuaca, kenaikan harga bawang merah juga dipengaruhi karena tingginya permintaan. Sejumlah umat Hindu di Buleleng banyak yang sedang melangsungkan upacara yadnya. Kebutuhan untuk penunjang upacara ini menyebabkan permintaan relatif meningkat.
“Kami sudah rutin melakukan pengecekan dan pemantauan ke lapangan. Bawang merah dengan cabai itu sifatnya sama hanya tahan 1 - 2 hari. Sehingga pedagang tidak bisa menyetok lebih lama. Seluruh pedagang sudah kami ingatkan juga jangan sampai ada yang stok berlebih. Masyarakat juga jangan membeli berlebihan agar ketersediaan tetap terjaga,” jelas Sudiarta. *k23
Pantauan NusaBali di sejumlah pasar tradisional di Buleleng, harga bawang merah saat ini Rp 35.000 per kilogram (kg). Peningkatan harga mencapai 75 persen dari harga sebelumnya yang hanya berkisar Rp 20.000 - Rp 22.000/kg.
Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Dagperinkop UMKM) Buleleng Dewa Made Sudiarta, dihubungi Jumat (18/2) kemarin, membenarkan kenaikan harga bumbu dapur itu. Menurut Sudiarta kenaikan harga bawang merah dimulai sejak awal pekan lalu. Awalnya hanya naik Rp 6.000/kg menjadi Rp 28.000/kg. Namun kenaikan harga terus terjadi hingga saat ini mencapai Rp 35.000/kg.
“Naiknya sejak tanggal 14 Februari lalu. Harga normal sebelumnya Rp 20.000/kg. Kemudian naik menjadi Rp 28.000 dan dua hari terakhir ini sudah jadi Rp 35.000/kg,” ungkap Sudiarta.
Menurutnya, dari hasil pengecekan pasokan di pengepul dan pedagang di pasar tradisional, penyebab kenaikan harga bawang merah, antara lain karena pasokan yang mulai menipis. Kebutuhan bawang merah di Buleleng, disebut Sudiarta, selama ini memang dipenuhi oleh produksi bawang dari Kintamani, Bangli dan sebagian besar produksi bawang dari Jawa.
“Karena produk bawang lokal Buleleng belum bisa memenuhi kebutuhan. Pasokan terbanyak dari Pulau Jawa dan Kintamani, Bangli. Memang di musim penghujan seperti sekarang, seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil panen bawang menurun, karena petani ada yang gagal panen akibat pengaruh cuaca,” mbuh dia.
Selain karena faktor cuaca, kenaikan harga bawang merah juga dipengaruhi karena tingginya permintaan. Sejumlah umat Hindu di Buleleng banyak yang sedang melangsungkan upacara yadnya. Kebutuhan untuk penunjang upacara ini menyebabkan permintaan relatif meningkat.
“Kami sudah rutin melakukan pengecekan dan pemantauan ke lapangan. Bawang merah dengan cabai itu sifatnya sama hanya tahan 1 - 2 hari. Sehingga pedagang tidak bisa menyetok lebih lama. Seluruh pedagang sudah kami ingatkan juga jangan sampai ada yang stok berlebih. Masyarakat juga jangan membeli berlebihan agar ketersediaan tetap terjaga,” jelas Sudiarta. *k23
1
Komentar