Dari Jualan Buah Potong hingga Parcel Buah dan Dupa
Jurus Owner Coffee Secret's Mampu Bertahan di Tengah Pandemi
DENPASAR,NusaBali
Rajaman pandemi Covid-19 yang menyebabkan kolaps pariwisata berimbas ke segala lini.
Dunia usaha limbung menyebabkan pengusaha sempoyongan. Si Putu Gede Agus Satriawan Yasa atau Agus Satriawan, pelaku UMKM yang juga owner ‘Coffee Secret’s di Jalan Drupadi No 32 di Desa Sumerta Klod, Denpasar, salah seorang yang terimbas pandemi Covid-19.
Namun Agus Satriawan tak patah semangat. Salah satu celah untuk menyelamatkan usahanya, Agus berjualan buah, dari buah potong hingga parcel. Ini juga upayanya untuk menghindari merumahkan karyawan. Bahkan untuk menghemat anggaran, dia bersama istrinya Ni Made Novia Puriandari, tak segan turun sendiri menjadi pengantar pesanan.
Bersama istrinya, Agus Satriawan mengawali usaha dengan membuka Coffee Secret's pada tahun 2012. Bermodalkan 8 meja, 3 orang karyawan, termasuk Agus Satriawan sendiri.
“Awalnya senang ngopi, karena sejak mahasiswa saya suka kopi,” ungkap alumni UGM Jurusan Teknik Mesin asal Baturiti, Tabanan, tentang awal dia merintis Coffee Secret's, Jumat (18/2).
Seiring waktu, Coffee Secret's menunjukkan trend positif. Pengunjung makin ramai. Hal itu tidak lepas dari lokasi tempat bisnisnya yang strategis yakni di Jalan Drupadi No 32, Desa Sumerta Klod.
Selain menu kopi, di Coffee Secret's pengunjung bisa menikmati kuliner antara lain nasi goreng, siomay, gado-gado, mie goreng dan lain-lain. Selain enak untuk nongkrong, tempat ini juga menyediakan fasilitas untuk meeting. Soal penambahan fasilitas meeting ini, kata Agus, tak lepas dari dorongan dan keinginan pengunjung.
“Bikinin tempat ini dong…” kutip Agus Satriawan menirukan pengunjung. Demikian juga kuliner yang disediakan sesuai dengan selera umum menu atau makanan khas Indonesia.
Sehingga dari bermodalkan 8 meja, bertambah menjadi 28 meja. Karyawan dari awalnya 3 orang termasuk Agus Satriawan(owner) bertambah sehingga memperkerjakan 25 orang karyawan. Dari berada di lahan hanya 200 meter persegi (2 are ) yang minus tempat parkir, meluas jadi 800 meter persegi (8 are) plus areal parkir.
Dalam pengembangan usahanya Agus Satriawan mengaku mendapat support dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Diantaranya bantuan KUR (Kredit Usaha Rakyat) Rp 500 juta pada tahun 2015. “Kami yang pertama pakai KUR, karena kami UMKM,” ujarnya.
Namun hal tak terduga terjadi, dimana tahun 2020 pandemi Covid-19 merajam. Pariwisata Bali perlahan tiarap dan akhirnya kolaps. Dunia usaha menyusul terpuruk.
“Awal- awal 2020, belum terlalu terasa. Orang- orang masih cuek. Masuk 2021 mulai terasa . Orang mulai sadar akan bahaya Covid-19, orang mulai takut , tak ada yang meeting. “ Benar- benar down, karena market kita meeting. Orang kerja di rumah, otomatis meeting tidak ada,” ungkapnya.
Memang usahanya masih jalan, namun pemasukan minim. Dari biasanya omset penjualan antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per hari, anjlok hanya dapat Rp 300 ribu. Omset penjualan yang minim tersebut, seperti yang diperoleh Agus Satriawan mengawali buka tahun 2012.
“Ya tentu merasa syok juga,” ujar dia mengiyakan akibat dampak pandemi bagi usahanya. Terkait hal itu, program relaksasi kredit dia juga ikuti, untuk keringanan dalam masa pandemi.
Dalam kondisi kritis itulah Agus Satriawan dan Novia Puriandari berpikir bagaimana agar bisa bertahan. Prinsipnya jangan sampai merumahkan karyawan.
Agus Satriawan dan istrinya kemudian mencoba peluang berjualan buah. Berawal dari jualan buah potong. “Karena tiyang pikir pada saat pandemi semua orang mau sehat. Tiyang coba jual dulu secara online dari instgram, ternyata lumayan ada respon,” tambah Novia Puriandari.
Yang sudah memesan, memberitahu yang lain untuk memesan. “Sampai-sampai tiyang pernah kewalahan karena pesanan banyak,” lanjutnya.
Sering Agus Satriawan dan istrinya mengirim sendiri pesanan buah kepada pelanggannya. Kadang dengan sepeda motor, kadang dengan mobil.
“Ini semua demi bisa bertahan,” lanjut Novia Puriandari. Tak hanya parcel buah, Agus Sartriawan dan istinya Novia Puriandari juga menyediakan parcel dupa. Peluang usaha tersebut diakui juga dari support dan permintaan konsumen .
”Sekarang dirangkum jadi satu , ada kopi, ada parcel, ada celah biar masuk semua,” ujarnya menunjuk parcel buah, dupa dan lainnya di Cofffe Secrets.
Dihubungi terpisah CEO BRI Denpasar Rudy Andimono menyatakan pihaknya senantiasa mendukung UMKM untuk hidup dan bangkit di masa pandemi Covid-19. Dukungan tersebut dalam bentuk permodalan dan pendampingan. “ Tidak ada hal yang tidak mungkin, ketika kita mau melihat peluang,” tegasnya. Kata Rudy Andimono, keuletan dan optimisme adalah kunci untuk bangkit di masa pandemi. *K17.
Komentar