HPI dan BVA Usulkan Bali Berlakukan VOA
Sistem pengurusan visa yang mudah, mendorong banyak wisman ke Pulau Dewata
DENPASAR,NusaBali
Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) dan Bali Villa Association (BVA) optimistis pariwisata Bali akan membaik. Hal tersebut menyusul mulai dibukanya penerbangan internasional langsung ke Bali diantaranya Garuda Indonesia dari Narita (Jepang), Singapura Airlines dari Singapura dan rencananya Jet Star dari Australia.
“Kita mengapresiasi kebijakan pemerintah yang telah memudahkan wisman untuk datang ke Bali,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Bali I Nyoman Nuarta, Senin (21/2).
Walau demikian menurut Nuarta, ada dua hal yang mesti menjadi atensi untuk mendorong wisman lebih banyak penerbangan langsung ke Bali. Kedua hal tersebut adalah soal visa dan karantina.
Untuk visa, Nuarta meminta sistem pengurusan visa untuk wisatawan dibuat sederhana, sehingga wisatawan cepat mendapatkannya.
”Atau berlakukan visa on arrival (VOA) sebagaimana seperti sebelum pandemi,” ujar praktisi pariwisata asal Singaraja, Buleleng ini.
Dia yakin pengurusan visa yang simple atau sekalian pemberlakuan VOA mendorong lebih banyak kunjungan wisman ke Bali.
VOA adalah Visa Kunjungan Saat Kedatangan diberikan kepada Warga Negara Asing yang bermaksud mengadakan kunjungan ke Indonesia dalam rangka wisata, kunjungan sosial budaya, kunjungan usaha, atau tugas pemerintahan
Kemudian tentang karantina. Nuarta mengatakan memang sudah ada pengurangan masa karantina bagi wisman yang datang ke Bali, sehingga kini menjadi 3 hari. Namun kata dia sebaiknya, tidak ada karantina sepanjang wisman yang datang sudah sehat.
“Jadi masalah visa dan masalah karantina ini mesti diselesaikan, untuk mendorong lebih banyak kunjungan wisman ke Bali,” ucap Nuarta.
Walau sudah ada kunjungan wisman, namun belum berdampak signifikan terhadap profesi guiding. “Daya serapnya masih nihil,” ujar Nuarta.
Yang dia maksud kunjungan wisman, tidak serta merta berdampak pada anggota HPI untuk kembali beraktivitas mengguiding wisman. “Masih belum,” tandas Nuarta.
Ketua Bali Villa Association (BVA) I Putu Gede Hendrawan atau Jro Hendrawan menyampaikan hal senada. “Sebaiknya karantina ditiadakan dan visa kembali ke visa on arrival (VOA) atau free visa kepada negara- negara yang sudah melandai kasus Covid-19 dan sudah tervaksin penduduknya,” kata Jro Hendrawan.
Hal itu lanjut Jro Hendrawan, sebagaimana yang telah dilakukan negara- negara tetangga yang sudah membuka lebar- lebar pintunya untuk wisman. Dikatakan VOA dan no quarantine, merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Bali.
Selain mendorong peningkatan kunjungan wisman, VOA dan no quarantine, mengantisipasi kemungkinan proses pengurusan visa dan karantina dimanfaatkan pihak tertentu melakukan penyelewengan yang berpotensi merugikan citra pariwisata Bali yang baru mulai dalam proses pemulihan.
“Karena itu kami dari BVA berpendapat VOA diberlakukan seperti sebelum pandemi. Kemudian tidak dilakukan karantina,”ujar praktisi pariwisata asal Banjar/Desa Sedang Kecamatan Abiansemal, Badung ini. *k17.
“Kita mengapresiasi kebijakan pemerintah yang telah memudahkan wisman untuk datang ke Bali,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPD HPI) Bali I Nyoman Nuarta, Senin (21/2).
Walau demikian menurut Nuarta, ada dua hal yang mesti menjadi atensi untuk mendorong wisman lebih banyak penerbangan langsung ke Bali. Kedua hal tersebut adalah soal visa dan karantina.
Untuk visa, Nuarta meminta sistem pengurusan visa untuk wisatawan dibuat sederhana, sehingga wisatawan cepat mendapatkannya.
”Atau berlakukan visa on arrival (VOA) sebagaimana seperti sebelum pandemi,” ujar praktisi pariwisata asal Singaraja, Buleleng ini.
Dia yakin pengurusan visa yang simple atau sekalian pemberlakuan VOA mendorong lebih banyak kunjungan wisman ke Bali.
VOA adalah Visa Kunjungan Saat Kedatangan diberikan kepada Warga Negara Asing yang bermaksud mengadakan kunjungan ke Indonesia dalam rangka wisata, kunjungan sosial budaya, kunjungan usaha, atau tugas pemerintahan
Kemudian tentang karantina. Nuarta mengatakan memang sudah ada pengurangan masa karantina bagi wisman yang datang ke Bali, sehingga kini menjadi 3 hari. Namun kata dia sebaiknya, tidak ada karantina sepanjang wisman yang datang sudah sehat.
“Jadi masalah visa dan masalah karantina ini mesti diselesaikan, untuk mendorong lebih banyak kunjungan wisman ke Bali,” ucap Nuarta.
Walau sudah ada kunjungan wisman, namun belum berdampak signifikan terhadap profesi guiding. “Daya serapnya masih nihil,” ujar Nuarta.
Yang dia maksud kunjungan wisman, tidak serta merta berdampak pada anggota HPI untuk kembali beraktivitas mengguiding wisman. “Masih belum,” tandas Nuarta.
Ketua Bali Villa Association (BVA) I Putu Gede Hendrawan atau Jro Hendrawan menyampaikan hal senada. “Sebaiknya karantina ditiadakan dan visa kembali ke visa on arrival (VOA) atau free visa kepada negara- negara yang sudah melandai kasus Covid-19 dan sudah tervaksin penduduknya,” kata Jro Hendrawan.
Hal itu lanjut Jro Hendrawan, sebagaimana yang telah dilakukan negara- negara tetangga yang sudah membuka lebar- lebar pintunya untuk wisman. Dikatakan VOA dan no quarantine, merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Bali.
Selain mendorong peningkatan kunjungan wisman, VOA dan no quarantine, mengantisipasi kemungkinan proses pengurusan visa dan karantina dimanfaatkan pihak tertentu melakukan penyelewengan yang berpotensi merugikan citra pariwisata Bali yang baru mulai dalam proses pemulihan.
“Karena itu kami dari BVA berpendapat VOA diberlakukan seperti sebelum pandemi. Kemudian tidak dilakukan karantina,”ujar praktisi pariwisata asal Banjar/Desa Sedang Kecamatan Abiansemal, Badung ini. *k17.
Komentar