Upacara Maca Mana Sebelum Palebon Telah Digelar Tadi Malam
Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama, Prof Ketut Widnya, menilai almarhum Ida Pedanda Sebali Tianyar telah beri contoh kesederhanaan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Bahkan, Prof Widya dipanggilnya adi, sementara almarhum sebagai bli
Usai Dikremasi, Ida Pedanda Sebali Tianyar Dibawa ke Griya Teges Tukad Pati, Desa Pakraman Subagan
MANGUPURA, NusaBali
Prosesi kremasi jenazah mantan Dharma Adyaksa (Ketua Sabha Pandita) PHDI Pusat, Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa, 74, telah dilakukan di Krematorium Kerta Semadhi Taman Mumbul, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Anggara Wage Gumbreg, Selasa (28/2) pagi. Malamnya, dilaksanakan upacara ‘maca mana’ di kediaman almarhum, Griya Teges Tukad Pati, Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem.
Suasana haru mewarnai prosesi kremasi jenazah Ida Pedanda Sebali Tianyar di Krematorium Kerta Semadhi Taman Mumbul. Sejak pagi pukul 06.30 Wita, para pelayat sudah memenuhi tempat krematorium untuk mengantar kepergian Ida Pedanda Sebali Tianyar, yang hingga akhir hayatnya menjabat sebagai President World Hindu Summit.
Prosesi kremasi kemarin pagi dihadiri keluarga, kerabat, para pedanda dan bhawati, sejumlah pejabat termasuk Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Prof I Ketut Widnya, Wakil Gubenur Bali Ketut Sudikerta, Ketua PHDI Pusat Wisnu Bawa Tenaya, Ketua PHDI Bali Prof IGN Sudiana, tokoh umat, tokoh pariwisata, hingga para aktivis. Sejak pagi, kidung pengantar kepergian layon dan puja berbahasa San-skerta yang dilantunkan para bhakta tiada henti diuncar. Satu per satu pelayat secara bergantian mendoakan kepergian almarhum menuju sunia loka di depan peti jenazah. Usai ritual pengantar dan ucapan belasungkawa dari beberapa pejabat, layon kemudian mulai dimasukkan dan dikremasi, sekitar pukul 07.25 Wita.
Tangisan dari beberapa wanita yang merupakan keluarga almarhum seketika pecah, saat tombol untuk membesarkan api kremasi ditekan secara bersama-sama. Istri almarhum, Ida Pedanda Istri Gede Ketut Sebali Tianyar, tampak tegar. Beberapa lainnya terlihat berlinang air mata. Sementara masyarakat lain terus menguncar kidung dan puja-puja selama proses kremasi berlangsung hingga pukul 08.58 Wita. Usai kremasi, serpihan galih (tulang) kemudian diangkat dan diletakkan dalam kain kasa putih dilengkapi dengan upakaranya.
Ketua PHDI Pusat, Wisnu Bawa Tenaya, mengaku sangat kehilangan sosok Ida Pedanda Sebali Tianyar. Sepeninggal almarhum, mantan Danjen Kopassus dan Pangdam IX/Udayana ini mengajak umat sedharma untuk menindaklanjuti keharmonisan beragama yang selama ini ditanamkan Ida Pedanda Sebali Tianyar.
"Apa yang telah disampaikan selama beliau ngayah, banyak punya cita-cita yang be-lum terselesaikan. Mari kita jaga keharmonisan beragama apa yang menjadi harapan beliau selama ini. Beliau juga berharap Hindu semakin maju," ujar Purnawirawan Jenderal Bintang Dua TNI AD ini.
Hal senada disampaikan Wagub Ketut Sudikerta. Dia mengapresiasi setinggi-tingginya dedikasi almarhum Ida Pedanda Sebali Tianyar, karena telah mengabdi kepada umat Hindu dalam mewujudkan kerukunan dan perdamaian. Selain itu, almarhum juga dipandang telah mampu melaksanakan reformasi terhadap seorang sulinggih maupun dalam setiap tata cara yadnya. "Dengan hal tersebut, almarhum mampu menjadi contoh bagi umat dalam melakasanakan pengabdian (swadharma) masing-masing dalam membangun kemajuan umat manusia," kata Ketua DPD I Golkar Bali ini.
Sedangkan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama, Prof Ketut Widnya, mengajak umat sedharma bersukacita atas berpulangnya Ida Pedanda Sebali Tianyar, sebagai upaya melepas ikatan duniawi. Dia melihat almarhum sebagai sosok yang sangat sederhana. Almarhum dipandang mampu memberikan contoh kesederhanaan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
"Beliau selalu berpenampilan sederhana dan sangat universal. Bahkan, saya dipanggil adi (adik) dan beliau memanggil dirinya sendiri dengan sebutan bli (kakak). Sikap hangat ini, saya seperti merasa bersaudara dengan beliau. Dan, beliau tidak ingin membeda-bedakan hanya karena beliau pedanda dan saya walaka. beliau sangat sederhana, saya merasa kehilangan," kenangnya sembari berlinang air mata.
Sedangkan perwakilan keluarga, IB Putu Jendra, mengatakan setelah dikremasi, galih (tulang) almarhum Ida Pedanda Sebali Tianyar akan dibawa ke Griya Teges Tukad Pati di Banjar Gede, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem---tepatnya di Jalan Sudirman nomor 108 Amlapura. Di Griya Teges Tuad pati yang merupakan rumah asal dan tanah kelahiran almarhum, dilakukan serangkaian upacara ritual jelang palebon.
Upacara ‘maca mana’---istilah walaka disebut upacara munggah tumpang salu---Ida Pedanda Sebali Tianyar telah dilaksanakan di Griya Teges Tukad Pati, tadi malam sekitar pukul 19.00 Wita. Upacara maca mana diantarkan Ida Pedanda Istri Nyoman Jelantik Kania, sulinggih dari Griya Teges Tukad Pati. Sedangkan upacara palebon almarhum akan dilaksanakan pada Sukra Wage Wariga, Jumat (10/3) depan, dilanjut karya maligia sehati berikutnya pada Saniscara Kliwon Wage, Sabtu (11/3).
Juru bicara keluarga besar Gria Teges Tukad Pati, IB Putu Jendra, mengatakan usai upacara maca mana tadi malam, selama 10 hari yakni 1-10 Maret 2017 berlangsung upacara ngaturang saji narpana disertai homa hotra dan agni hotra di griya. Khusus untuk puncak palebon, nantinya akan berlangsung 10 Maret 2017 pas tengah malam pukul 24.00 Wita di Pantai Jasri Kelod, Desa Pakraman Subagan. “Itu permintaan beliau, biar ritualnya lebih hening dan bertaksu,” jelas IB Putu Jendra di Griya Teges Tukad Pati, Selasa kemarin.
Menurut IB Jendra, upacara palebon hingga tuntas dan nyupit di laut Pantai Jasri Kelod sedapat mungkin digelar sederhana, tanpa mengurangi esensinya. Sebab, sang Nabe (Guru), Ida Pedanda Gede Made Pidada (sulinggih dari Griya Tegeh, Banjar Ampel, Desa Pakraman Karangasem) dulunya juga menggelar upacara seperti itu. Bertindak sebagai Prawartaka Karya Palebon adalah Ida Bagus Made Tatwa, sementara Yajamana dan Wiku Tapininya adalah Ida Pedanda Istri Jelantik Kania.
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa sendiri sebelumnya lebar (meninggal) dalam perawatan di ICU Burn Unit RS Sanglah, Den-pasar, Senin (27/2) pagi pukul 06.00 Wita, akibat penyakit komplikasi. Mantan Ketua Sabha Pandita PHDI Pusat tiga periode (2001-2006, 2006-2011, 2011-2016) ini masuk RS Sanglah sejak 22 Februari 2017 lalu. Ida Pedanda Sebali Tianyar yang notabene pendiri Yayasan Weda Posana Yadnya berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri, 4 anak, 10 cucu, dan 1 cicit. * in,k16
Komentar