Ngembak Gni, Bupati Giri Prasta Serahkan Sertifikat WBTB
Untuk Desa Adat Kapal dan Jimbaran, Sekaligus Hadiri Tradisi Siat
MANGUPURA, NusaBali
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menyerahkan sertifikat penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Republik Indonesia kepada Bendesa Adat Kapal dan Bendesa Adat Jimbaran bertempat di Wantilan Balai Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran, Kuta Selatan, Jumat (4/3).
Penyerahan tersebut dirangkaikan dengan pelaksanaan Tradisi Siat Yeh Desa Adat Jimbaran yang dilaksanakan setiap Ngembak Gni atau sehari setelah Nyepi. Adapun dua objek kebudayaan yang ditetapkan menjadi WBTB dan mendapat pengakuan secara nasional antara lain Tradisi Siat Yeh Desa Adat Jimbaran yang ditetapkan pada Tradisi Siat Yeh di Desa Adat Jimbaran dan Tradisi Kebo Dongol Desa Adat Kapal yang sama-sama ditetapkan tahun 2020.
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, saat ini sudah ada 11 WBTB yang dimiliki Desa Adat di Badung dan telah memenuhi syarat mendapatkan pengakuan secara nasional. Sembilan WBTB lainnya, yakni Tradisi Makotek, Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi yang ditetapkan tahun 2016, Tari Leko, Desa Adat Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal (2017), Tradisi Siat Tipat Bantal, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi (2017), Tradisi Siat Geni, Desa Adat Tuban, Kecamatan Kuta (2018), Tradisi Mebuug-buugan, Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta (2019).
Ada juga Dramatari Gambuh, Desa Adat Tumbak Bayuh, Kecamatan Mengwi (2019), Kerajinan Gerabah, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi (2019), Tari Baris Sumbu Desa Adat Semanik, Desa Pelaga, Kecamatan Petang (2019), dan Tari Baris Babuang Desa Adat Batulantang, Sulangai, Petang (2021).
Dalam sambutannya Bupati Badung Nyoman Giri Prasta mengatakan Pemerintah Kabupaten Badung sudah berkomitmen dalam visi dan misi melalui Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) khususnya poin keempat, yaitu Adat, Agama, Tradisi, Seni dan Budaya. Ini diterapkan dan diaplikasikan semua serta berkoordinasi dengan pemerintah pusat dengan Kemenkumham dan Dirjen Kebudayaan Pusat tentang Hak Cipta, HAKI dan WBTB. “Kami di Kabupaten Badung sudah ada 11 WBTB dan kita sudah sertifikatkan. Begitu juga dengan warisan benda, yaitu Pura, sudah ada kurang lebih 30 pura yang sudah disertifikatkan,” ujarnya.
Penyerahan sertifikat WBTB ini dilaksanakan pada saat hari Ngembak Gni dirangkaikan dengan pelaksanaan tradisi Siat Yeh yang dilaksanakan warga Jimbaran. Turut hadir mendampingi Bupati, Ketua DPRD Badung Putu Parwata, Kadis Kebudayaan I Gde Eka Sudarwitha, Camat Kuta Selatan I Ketut Gede Arta, Camat Mengwi I Nyoman Suhartana, Bendesa Adat Kapal Ketut Sudarsana, Bendesa Adat Jimbaran I Gusti Made Rai Dirga, koordinator pemuda peserta Siat Yeh I Komang Agus Wiweka dan undangan lainnya.
“Hari ini adalah rangkaian dari Hari Suci Nyepi, yang pertama kita melaksanakan Tawur Pangrupukan, lalu perayaan Nyepi dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian dan sekarang Ngembak Gni. Maka hari ini warga Jimbaran melaksanakan tradisi Siat Yeh dan di Desa Adat Kapal melaksanakan Kebo Dongol dan ini harus kita lakukan dan lestarikan,” kata Bupati asal Desa Pelaga, Kecamatan Petang ini.
Pada kegiatan penyerahan sertifikat WBTB ini Bupati Nyoman Giri Prasta secara pribadi juga memberikan bantuan dana sebesar Rp 15 juta, masing- masing Rp 5 juta untuk kegiatan pelestarian Tradisi Siat Yeh di Desa Adat Jimbaran, Tradisi Kebo Dongol di Desa Adat Kapal dan Pembinaan Sekaa Gong Wanita.
“Saya pastikan desa adat yang ada di Kabupaten Badung yang memiliki tradisi ke depannya akan kami berikan uang pembinaan. Kami di Pemerintah Kabupaten Badung akan memberikan bantuan dana minimal sebesar Rp 25 juta dan akan diberikan kepada masing-masing bendesa maupun tokoh adat untuk keperluan pembinaan tradisi dan budaya tersebut dan ini wajib untuk dilaksanakan,” ungkap Bupati Giri Prasta.
Sementara itu, Tradisi Siat Yeh atau perang air tetap digelar oleh warga Banjar Teba, Kelurahan Jimbaran, Badung dengan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) yang ketat. Tradisi ini mengandung filosofi penyucian diri menyambut tahun baru saka. Koordinator pemuda peserta Siat Yeh I Komang Agus Wiweka mengatakan, tradisi yang sempat terkubur karena pesatnya perkembangan jaman ini berusaha dibangkitkan kembali oleh masyarakat Jimbaran. Prosesi siat yeh diawali dengan mendak atau menjemput tirta air suci ke pantai timur di wilayah Suwung dan pantai barat di Jimbaran.
Tradisi mendak tirta menggunakan lima kendi dari masing-masing tempat disesuaikan dengan pengurip-urip, yaitu warna kuning dari barat dan putih dari timur. Tradisi siat yeh yang dilaksanakan di hari Ngembak Geni atau Umanis Nyepi ini mengandung filosofi pembersihan diri untuk menyambut Tahun Baru Saka. Dalam situasi pandemi jumlah peserta Siat Yeh dibatasi hanya 25 orang saja untuk masing masing kelompok.
Selain Siat Yeh, Desa Adat Jimbaran juga berusaha membangkitkan kembali tradisi lainnya yang sudah ada sebelumnya yaitu Tradisi Magegobog untuk mengusir energi negatif alam yang berlangsung saat hari Pangrupukan Nyepi. *ind
Komentar