Desa Adat Gianyar Buka Penuh Catus Pata
GIANYAR, NusaBali
Desa Adat Gianyar, Kelurahan/Kecamatan Gianyar, membuka kembali Catus Pata Desa Adat Gianyar secara penuh.
Sebelumnya, dari empat arus jalan menuju Catus Pata ini, penutupan pada sisi selatan sempat dilakukan karena sebelumnya ada renovasi Lapangan Astina, kini menjadi Alun-alun Gianyar. aHal itu disampaikan Ketua Paruman Pangemong Adat (PPA) Desa Adat Gianyar Kadek Agus Astawa di Gianyar, Jumat (4/3). Kata dia, pembukaan itu dilakukan pecalang, disaksikan sejumlah prajuru desa adat dan krama. Prajuru adat asal Banjar Pasdalem, Desa Adat Gianyar ini menjelaskan, pembukaan utuh itu ditandai pemindahan barier (pembatas) antara titik Catus Pata menuju arah selatan. Pembukaaan barier jalan setelah pelaksanaan Tawur Kasanga Walik Sumpah Agung di Catus Pata Gianyar, Rabu (2/3).
Dia menjelaskan, pembukaan utuh Catus Pata itu berdasarkan sumber sastra lontar Hindu Bali. Jelasnya, Catus Pata adalah salah satu wujud tata ruang desa amat penting yang dimiliki Bali. Karena dalam setiap ruang atau wawidangan desa adat terdapat pura, bale banjar, pasar, pemukiman, jalan, subak/tegalan, bahkan, segara (pantai) dan sebagainya. Catus patalah yang menghubungkan antar krama (manusia) dan mengakses antar ruang publik tersebut. Oleh karena itu, penetapan Catus Pata pada zaman dahulu oleh raja atas petunjuk bhagawanta. Karena secara niskala, Catus Pata adalah ruang sakral, terutama karena terhubung erat dengan pelaksanaan yadnya atau upacara Hindu Bali. Di Catus Pata terbangun tradisi ritual murwa daksina (berputar kira ke kanan) sebagai simbolisasi penciptaan, panguripan (penghidupan), penghormatan bahkan peningkatan status para roh. Kebalikan Purwa Daksina adalah prasawya atau pasawya-sawya atau putaran dari kanan ke kiri, simbolisasi peleburan, antara lain saat penguburan mayat atau pangabenan. Ritual ini digelar karena di Catus Pata berstana Sang Hyang Catur Bhuwana, sebagaimana tersurat dalam Lontar Gong Besi. ‘’Dengan dasar lontar ini, para tetua dulu menetapkan titik Catus Pata ini dengan penuh perhitungan matang,’’ jelas seniman topeng yang penggiat sastra Bali ini.
Salah seorang tokoh Desa Adat Gianyar yang juga Wakil Ketua DPRD Gianyar Ida Bagus Gaga Adi Saputra mengapresiasi langkah yang diambil Desa Adat Gianyar untuk membuka barier Catus Pata Gianyar ke arah selatan. Pembukaan ini menjadikan masyarakat baik di kota dan luar Kota lebih bebas dalam mewujudkan akses ke empat arah zona tersebut (utara, timur, selatan, dan barat). Tatkala melihat fungsi Catus Pata sebagai episentrum antararus manusia, dirinya sangat mengapreasiasi strategi para para tetua zaman dulu. Para tetua amat cerdas untuk menciptakan dimensi area antara satu dengan yang lain, hingga mewujud keseimbangan ruang, kesetaraan, bahkan berkeadilan. ‘’Intinya, Catus Pata, dimana pun lokasinya, adalah simpul dari keseimbangan ruang publik yang dilandasi kearifan lokal Bali, berdasarkan konsep sekala dan niskala,’’ jelas tokoh asal Griya Kawan, Kelurahan Gianyar, yang akrab disapa Gus Gaga ini.
Gus Gaga juga sangat mendukung upaya Pemkab Gianyar untuk menjaga keasrian Alun-alun Gianyar yang berkesatuan dengan Catus Pata Desa Adat, Puri Gianyar, Balai Budaya, sebagai ruang apreasiasi publik terhadap seni budaya di Gianyar. Untuk menjaga keasrian tersebut, antara lain, bisa dengan memasang tanda larangan parkir kendaraan di stage (panggung) terbuka, sisi timur Balai Budaya Gianyar.*lsa
Komentar