Pamucuk Pura Minta Maaf, Diakui Kegiatan Spontan dari Pamedek yang Tangkil
Heboh Pamedek Bawakan Tarian Non Dresta Bali di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana, Tumbu, Karangasem
Penyarikan Desa Adat Tumbu, I Wayan Sujana menegaskan pamedek yang datang ke Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana bukan dari kalangan sampradaya.
AMLAPURA, NusaBali
Sejumlah pamedek menarikan tarian non dresta Bali sempat ramai beredar di media sosial. Lokasinya di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana, Banjar Tumbu Kelod, Desa Adat Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, Minggu (27/2) lalu. Tarian itu informasinya dibawakan pamedek asal Kabupaten Gianyar secara spontan. Pasca heboh, Pamucuk Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana, Jro Mangku Nyoman Sudana pun meminta maaf atas kejadian tersebut.
Pamucuk Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana Jro Mangku Nyoman Sudana, Bendesa Adat Tumbu I Made Tirtayasa bersama prajuru Desa Adat Tumbu, dan Kertha Desa menggelar paruman membahas kejadian itu di Wantilan Desa Adat Tumbu, Kecamatan Karangasem pada Redite Umanis Kelawu, Minggu (6/3).
Jro Mangku Sudana mengungkapkan rombongan pamedek dari Gianyar tersebut datang ke Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana pada, Minggu (27/2) lalu. Tujuan kedatangan mereka untuk sembahyang, kemudian malukat, berlanjut menggelar tari-tarian sakral.
Tetapi lanjut Jro Mangku Sudana di akhir acara pamedek tersebut menarikan tarian non dresta Hindu Bali. Lalu salah satu dari pamedek itu merekam dan diedarkan di media sosial sehingga menjadi viral. Dalam rekaman itu, yang memandu adalah salah satu pamedek wanita mengenakan sejenis pakaian India. Sambil menari-nari dengan badan berputar-putar dia membagikan sesuatu kepada penari dan pamedek lainnya.
"Itu bukan sampradaya, tujuan mereka datang murni untuk sembahyang, hanya saja di akhir acara menari tarian non dresta Hindu Bali. Atas kejadian ini saya selaku Pamucuk Pura meminta maaf, itu dilakukan spontan," jelas Jro Mangku Sudana di hadapan paruman, kemudian dituangkan dalam berita acara ditandatangani Jro Mangku Sudana.
Terjadinya tarian non dresta Hindu Bali, katanya, di luar prediksi. "Sekali lagi kami mohon maaf," imbuhnya. Sedangkan dalam paruman kemarin dikoordinasikan Bendesa Adat Tumbu I Made Tirtayasa didampingi Penyarikan I Wayan Sujana dan dihadiri Bendesa Alitan MDA Kecamatan Karangasem I Nyoman Wijaya, dan 29 krama termasuk pamedek asal Gianyar Ketut Manis, Komang Agus, membahas munculnya tarian non dresta Hindu Bali tersebut. Hasil paruman diputuskan melalui musyawarah mupakat dan dituangkan dalam berita acara Nomor 88/DAT/III/2022 tertanggal Minggu 6 Maret 2022.
Usai paruman Penyarikan Desa Adat Tumbu, I Wayan Sujana menegaskan pamedek yang datang ke Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana bukan dari kalangan sampradaya. "Jro Mangku Nyoman Sudana dan pamedek yang hadir dalam paruman telah meminta maaf. Mereka tidak mengetahui adanya larangan menarikan tari non dresta Bali dan berjanji tidak mengulangi lagi," jelas Sujana.
Di samping itu paruman memutuskan agar di kemudian hari berlaku larangan mengambil video dan foto kegiatan di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana. Paruman kemarin memutuskan lima butir kesepakatan tertuang dalam berita acara ditandatangani Bendesa Adat Tumbu I Made Tirtayasa, Penyarikan I Wayan Sujana dan mengetahui Bendesa Alitan MDA Kecamatan Karangasem I Nyoman Wijaya. Lima butir kesepakatan tersebut, pertama Jro Mangku Nyoman Sudana sebagai Pamucuk Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana meminta maaf atas pelaksanaan kegiatan non dresta Hindu Bali yang dilaksanakan di Parahyangan Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana yang wawidangannya terletak di Desa Adat Tumbu.
Kedua, Jro Mangku dan Prajuru Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana tidak tahu atas pelaksanaan kegiatan non dresta Hindu Bali yang dilaksanakan pada 27 Februari 2022. Ketiga, untuk ke depan pasemetonan yang melaksanakan kegiatan non dresta Hindu Bali agar tidak mengulangi lagi perbuatannya di wawidangan Desa Adat Tumbu dan desa adat lainnya di Bali.
Keempat, Bendesa dan prajuru Desa Adat Tumbu tidak mengetahui akan diadakannya kegiatan yang sudah dilarang atas keputusan bersama PHDI dan MDA Provinsi Bali serta piagam Silayukti ini. Kelima, dilarang mengambil foto, video pada saat melaksanakan kegiatan upacara di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana.
Seperti diketahui Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana sebagian pangemponnya berdomisili di Desa Adat Tumbu, Kecamatan Karangasem dan sebagian berasal dari luar wilayah Desa Adat Tumbu. Sementara Pamucuk Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana, Jro Mangku Nyoman Sudana merupakan warga Desa Adat Tumbu. Di Pura ini berstana Ida Ratu Mas Alit Sakti. Kenapa disebut Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana, karena di tengah pura ada vihara untuk umat Budha. Umat Budha juga biasanya sering tangkil melakukan persembahyangan di pura ini. *k16
Pamucuk Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana Jro Mangku Nyoman Sudana, Bendesa Adat Tumbu I Made Tirtayasa bersama prajuru Desa Adat Tumbu, dan Kertha Desa menggelar paruman membahas kejadian itu di Wantilan Desa Adat Tumbu, Kecamatan Karangasem pada Redite Umanis Kelawu, Minggu (6/3).
Jro Mangku Sudana mengungkapkan rombongan pamedek dari Gianyar tersebut datang ke Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana pada, Minggu (27/2) lalu. Tujuan kedatangan mereka untuk sembahyang, kemudian malukat, berlanjut menggelar tari-tarian sakral.
Tetapi lanjut Jro Mangku Sudana di akhir acara pamedek tersebut menarikan tarian non dresta Hindu Bali. Lalu salah satu dari pamedek itu merekam dan diedarkan di media sosial sehingga menjadi viral. Dalam rekaman itu, yang memandu adalah salah satu pamedek wanita mengenakan sejenis pakaian India. Sambil menari-nari dengan badan berputar-putar dia membagikan sesuatu kepada penari dan pamedek lainnya.
"Itu bukan sampradaya, tujuan mereka datang murni untuk sembahyang, hanya saja di akhir acara menari tarian non dresta Hindu Bali. Atas kejadian ini saya selaku Pamucuk Pura meminta maaf, itu dilakukan spontan," jelas Jro Mangku Sudana di hadapan paruman, kemudian dituangkan dalam berita acara ditandatangani Jro Mangku Sudana.
Terjadinya tarian non dresta Hindu Bali, katanya, di luar prediksi. "Sekali lagi kami mohon maaf," imbuhnya. Sedangkan dalam paruman kemarin dikoordinasikan Bendesa Adat Tumbu I Made Tirtayasa didampingi Penyarikan I Wayan Sujana dan dihadiri Bendesa Alitan MDA Kecamatan Karangasem I Nyoman Wijaya, dan 29 krama termasuk pamedek asal Gianyar Ketut Manis, Komang Agus, membahas munculnya tarian non dresta Hindu Bali tersebut. Hasil paruman diputuskan melalui musyawarah mupakat dan dituangkan dalam berita acara Nomor 88/DAT/III/2022 tertanggal Minggu 6 Maret 2022.
Usai paruman Penyarikan Desa Adat Tumbu, I Wayan Sujana menegaskan pamedek yang datang ke Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana bukan dari kalangan sampradaya. "Jro Mangku Nyoman Sudana dan pamedek yang hadir dalam paruman telah meminta maaf. Mereka tidak mengetahui adanya larangan menarikan tari non dresta Bali dan berjanji tidak mengulangi lagi," jelas Sujana.
Di samping itu paruman memutuskan agar di kemudian hari berlaku larangan mengambil video dan foto kegiatan di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana. Paruman kemarin memutuskan lima butir kesepakatan tertuang dalam berita acara ditandatangani Bendesa Adat Tumbu I Made Tirtayasa, Penyarikan I Wayan Sujana dan mengetahui Bendesa Alitan MDA Kecamatan Karangasem I Nyoman Wijaya. Lima butir kesepakatan tersebut, pertama Jro Mangku Nyoman Sudana sebagai Pamucuk Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana meminta maaf atas pelaksanaan kegiatan non dresta Hindu Bali yang dilaksanakan di Parahyangan Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana yang wawidangannya terletak di Desa Adat Tumbu.
Kedua, Jro Mangku dan Prajuru Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana tidak tahu atas pelaksanaan kegiatan non dresta Hindu Bali yang dilaksanakan pada 27 Februari 2022. Ketiga, untuk ke depan pasemetonan yang melaksanakan kegiatan non dresta Hindu Bali agar tidak mengulangi lagi perbuatannya di wawidangan Desa Adat Tumbu dan desa adat lainnya di Bali.
Keempat, Bendesa dan prajuru Desa Adat Tumbu tidak mengetahui akan diadakannya kegiatan yang sudah dilarang atas keputusan bersama PHDI dan MDA Provinsi Bali serta piagam Silayukti ini. Kelima, dilarang mengambil foto, video pada saat melaksanakan kegiatan upacara di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana.
Seperti diketahui Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana sebagian pangemponnya berdomisili di Desa Adat Tumbu, Kecamatan Karangasem dan sebagian berasal dari luar wilayah Desa Adat Tumbu. Sementara Pamucuk Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana, Jro Mangku Nyoman Sudana merupakan warga Desa Adat Tumbu. Di Pura ini berstana Ida Ratu Mas Alit Sakti. Kenapa disebut Pura Pasimpenan Baturaya Siwa Budha Mahayana, karena di tengah pura ada vihara untuk umat Budha. Umat Budha juga biasanya sering tangkil melakukan persembahyangan di pura ini. *k16
1
Komentar