Peserta Pelatihan Tidak Dapat Uang Saku
Dana pelatihan tiap paket sebesar Rp 50 juta dari APBN.
AMLAPURA, NusaBali
Uang saku peserta pelatihan calon tenaga kerja di UPTD BLK (Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja) Karangasem dihapuskan. Sebelumnya, tiap peserta pelatihan dapat uang saku sebagai pengganti bahan bakar minyak. Biasanya, uang saku diberikan di akhir pelatihan. Meski tidak dapat uang saku, peserta tetap semangat menimba ketrampilan untuk mendapatkan sertifikat.
Kadis Ketenagakerjaan Karangasem, I Ketut Kanginan Subandi, membenarkan peserta pelatihan di tahun 2022 tidak mendapatkan uang saku. “Saya tidak dapat penjelasan terkait penghapusan uang saku. Anggarannya dari APBN, di bawah naungan BLK Kabupaten Lombok Timur, NTB,” jelas Kanginan Subandi, Selasa (8/3). Meski peserta pelatihan tanpa uang saku, mereka tetap semangat belajar ketrampilan untuk mendapatkan sertifikat. Di akhir pelatihan, semuanya wajib mengikuti uji kompetensi sehingga nantinya dapat dua sertifikat.
Hanya saja untuk pelatihan gelombang I, sebanyak 2 paket dari 8 paket pelatihan ditunda. Sebab pendaftar di dua paket pelatihan itu belum mencapai minimal 16 orang. Dana pelatihan tiap paket sebesar Rp 50 juta dari APBN. Latihan gelombang I sebanyak 6 paket yakni roti kue, teknisi AC, menjahit, waiters, desain grafis, dan administrasi perkantoran. Waktu pelaksanaannya berbeda-beda. Paket membuat roti kue misalnya, pertemuannya paling singkat hanya 18 kali, yang lainnya 30 kali pertemuan. Latihan selama 240 jam mulai pukul 08.00 Wita-15.00 Wita. “Semua peserta wajib protokol kesehatan secara ketat,” tegas Kanginan Subandi yang mantan Kepala Kesbangpolinmas Karangasem.
Instruktur menjahit, Handayani membenarkan peserta pelatihan tahun 2022 tidak lagi mendapatkan uang saku. Para peserta sudah memulai praktek menjahit setelah selama seminggu dapat teori dasar pengenalan mesin dan praktek menghidupkan mesin jahit. Pertemuannya selama 30 kali atau 240 jam sejak Senin (14/2). Peserta Ni Komang Suryati dari Banjar Yehkori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem mengaku mengenal mesin jahit sejak mengikuti pelatihan. “Saya belajar dari nol, memainkan mesin jahit hingga bisa menjahit rok,” ungkap Suryani. *k16
Kadis Ketenagakerjaan Karangasem, I Ketut Kanginan Subandi, membenarkan peserta pelatihan di tahun 2022 tidak mendapatkan uang saku. “Saya tidak dapat penjelasan terkait penghapusan uang saku. Anggarannya dari APBN, di bawah naungan BLK Kabupaten Lombok Timur, NTB,” jelas Kanginan Subandi, Selasa (8/3). Meski peserta pelatihan tanpa uang saku, mereka tetap semangat belajar ketrampilan untuk mendapatkan sertifikat. Di akhir pelatihan, semuanya wajib mengikuti uji kompetensi sehingga nantinya dapat dua sertifikat.
Hanya saja untuk pelatihan gelombang I, sebanyak 2 paket dari 8 paket pelatihan ditunda. Sebab pendaftar di dua paket pelatihan itu belum mencapai minimal 16 orang. Dana pelatihan tiap paket sebesar Rp 50 juta dari APBN. Latihan gelombang I sebanyak 6 paket yakni roti kue, teknisi AC, menjahit, waiters, desain grafis, dan administrasi perkantoran. Waktu pelaksanaannya berbeda-beda. Paket membuat roti kue misalnya, pertemuannya paling singkat hanya 18 kali, yang lainnya 30 kali pertemuan. Latihan selama 240 jam mulai pukul 08.00 Wita-15.00 Wita. “Semua peserta wajib protokol kesehatan secara ketat,” tegas Kanginan Subandi yang mantan Kepala Kesbangpolinmas Karangasem.
Instruktur menjahit, Handayani membenarkan peserta pelatihan tahun 2022 tidak lagi mendapatkan uang saku. Para peserta sudah memulai praktek menjahit setelah selama seminggu dapat teori dasar pengenalan mesin dan praktek menghidupkan mesin jahit. Pertemuannya selama 30 kali atau 240 jam sejak Senin (14/2). Peserta Ni Komang Suryati dari Banjar Yehkori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem mengaku mengenal mesin jahit sejak mengikuti pelatihan. “Saya belajar dari nol, memainkan mesin jahit hingga bisa menjahit rok,” ungkap Suryani. *k16
1
Komentar