Juara di Jembrana, Bersisik Biji Padi
Ogoh-ogoh Bawera Gumi Arohara Karya ST Eka Cita
NEGARA, NusaBali
Ogoh-ogoh Bawera Gumi Arohara karya Sekaa Teruna (ST) Eka Cita di Banjar Adat Menega, Lingkungan Menega, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Jembrana, raih Juara I Lomba Ogoh-ogoh digelar Pemkab Jembana serangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1944.
Guna lebih menonjolkan penggunaan bahan ramah lingkungan, bagian tubuh Ogoh-ogoh ini dihiasi dengan biji padi. Ogoh-ogoh Bawera Gumi Arohara berupa seorang manusia diapit dua sosok Butha Kala. Salah satu Butha Kala itu, Bhuta Braja Wismaka berwujud raksasa bermahkota kepala gajah dengan kulit bersisik dan memegang sebuah golok. Sosok utama Butha Kala ini bisa digerakkan berdiri-merunduk dengan sistem katrol. Tubuh Butha Kala ini dibalut biji padi.
"Biji padi ini untuk kulit tubuhnya. Ide menggunakan biji padi ini spontan. Awalnya mau pakai kulit kuaci. Tetapi kebetulan Ogoh-ogoh yang kami buat ini kan bisa digerakkan berdiri-merunduk. Sesuai filosofi tanaman padi, semakin berisi semakin merunduk, akhirnya kami pakai biji padi," ujar Ketua III ST Eka Cita I Putu Dodi Sastrawan,21, saat ditemui di Bale Lingkungan sekaligus Bale Banjar Adat Menega, Kamis (10/3).
Dodi Sastrawan alias Dodik menjelaskan, Bawera Gumi Arohara mulai dikerjakan pada 21Januari 2022. Kreator Ogoh-ogoh ini yakni dirinya dan kreator utama I Putu Widiantara,20, yang anggota ST setempat. "Kalau pembuatannya, kami gotong-royong oleh seluruh anggota STT. Tetapi kalau yang biasa ikut membantu lembur sampai malam hari, paling hanya 5 orang," ucap Dodik.
Dodik mengatakan, proses pembuatan kulit Ogoh-ogoh dengan biji padi itu sebelumnya dengan menempelkan satu per satu biji padi pada sejumlah kertas yang sudah dipotong-potong dengan ukuran sekitar 15 cm x 3 cm. Setelah selesai ditempelkan pada potongan kertas, barulah dilanjutkan penempelan pada tubuh Ogoh-ogoh. "Untuk nempel di bawah (menempel biji padi di kertas), kita habiskan waktu hampir sebulan. Sedangan untuk nempel ke Ogoh-ogoh sekitar seminggu," ujar Dodik.
Dodik mengatakan, total biji padi yang digunakan membalut tubuh Bhuta Braja Wismaka, diperkirakan menghabiskan 10 kg biji padi. "Mungkin sampai 100 juta biji. Kemarin waktu nempel di satu potong kertas saja (ukuran 15 cm x 3 cm), sempat ada yang iseng hitung. Per potong kertas itu, isinya 688 biji," ungkap Dodik yang juga memiliki usaha di bidang dekorasi ini.
Tentang tema Ogoh-ogoh Bawera Gumi Arohara ini, Dodik mengatakan mengangkat tentang kemarahan alam yang diakibatkan ulah manusia. Salah satu sosok Bhuta Kala yang lebih kecil dengan membelakangi sosok manusia, dinamai Bhuta Pisaca. Bhuta Pisaca ini diceritakan sebagai Butha Kala pengganggu dan leluasa merangsuki orang yang melupakan tatwa atau pun ajaran-ajaran baik dalam agama.
Manusia yang dibawah kendali Bhuta Pisaca itu terhasut untuk selalu berbuat buruk. Salah satunya adalah pengerusakan hutan. Karena kestabilan alam terganggu, muncul lah Bhuta Braja Wismaka sebagai perwujudan raksasa penguasa hutan. Akibat alamnya dirusak, Bhuta Braja Wismaka yang menjadi sosok utama dalam Ogoh-ogohini, murka dan menyemburkan asap wabah yang akhirnya menyebabkan gering agung. "Melalui Ogoh-ogohini, intinya kita mengajak agar kita selalu mengingat pentingnya menjaga alam," ucap Dodik.
Sesuai tema itu, untuk landscape Ogoh-ogoh berupa bebatuan dan akar kering yang menggambarkan kerusakan alam. Bebatuan menggunakan bahan sambuk (kulit kelapa) dan akar-akaran menggunakan keraras (daun pisang yang sudah kering). "Kalau rangka Ogoh-ogohnya, semuanya ulatan bambu. Tidak ada pakai styrofoam," ucap Dodik.
Biaya pembuatan Ogoh-ogoh ini, Dodik mengatakan sekitar Rp 10 juta. Saat malam Pangrupukan, H-1 Nyepi, Rabu (2/3), Ogoh-ogoh ini sempat diarak di wawidangan banjar adat setempat. Ogoh-ogoh diarak menggunakan kereta dengan roda yang didorong para yowana. Dengan itu, Ogoh-ogoh tidak rusak. Karena Ogoh-ogoh ini juga diikutkan sebagai peserta dalam Lomba Ogoh-ogoh yang digelar Pemprov Bali. Rencananya, penilaian lomba tingkat kecamatan pada akhir Maret 2022, dan penilaian tingkat kabupaten pada April 2022.*ode
Komentar