Puskesmas Buleleng III Buka Klinik UBM
SINGARAJA, NusaBali
Puskesmas Buleleng III yang berlokasi di Kelurahan Penarukan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, sejak dua tahun terakhir membuka klinik Upaya Berhenti Merokok (UBM).
Klinik ini dikhususkan untuk menerapi perokok-perokok berat, dapat mengurangi atau berhenti merokok. Koordinator Klinik UBM Puskesmas Buleleng III, Sri Achyati didampingi Putu Susi Virgowati selaku koordinator Promosi Kesehatan, Selasa (15/3) kemarin mengatakan, klinik ini dibentuk pada tahun 2019. Inisiatif membentuk Klinik UBM karena dari hasil pendataan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) setiap tahunnya ditemukan angka perokok sangat tinggi.
“Setiap tahun kami ada pendataan terkait PHBS dengan pembinaan langsung ke rumah tangga. Dari sampel 210 KK per desa 87 persen diantaranya adalah perokok. Itu baru sampel, kalau dilakukan pendataan riil tentu akan jauh lebih banyak,” jelas Susi seizin Kepala Puskesmas dr Dewa Ketut Suteja.
Data tersebut akhirnya membuat Puskesmas Buleleng III menyusun program inovasi dengan membuka Klinik UBM dan juga program Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (Siwa Taro) yang langsung menyentuh masyarakat. Kedua program yang saling bertalian ini diharapkan dapat mengurangi angka perokok aktif di enam desa dan dua kelurahan yang menjadi wilayah penanganan Puskesmas Buleleng III.
Awal Klinik UBM ini dibuka dikatakan Sri Achyati, hanya diikuti oleh 6 orang pasien. Mereka pun adalah pasien-pasien yang telah didiagnosa mengalami kendala di paru-paru. Baik menderita TB maupun gangguan paru-paru lain seperti batuk menahun.
“Rata-rata dari mereka yang sudah sakit, ketika berobat ke poli kami arahkan untuk ikut terapi berhenti merokok. Awal hanya enam orang terakhir hingga Juni 2021 totala da 26 orang,” imbuh Sri Achyati.
Dia pun mengakui untuk menarik dan mengajak perokok aktif yang sudah ketergantungan menahun sangat sulit. Sehingga saat perokok aktif bersedia melakukan terapi, mereka diberikan pendampingan ketat. Mereka diwajibkan datang ke klinik dua minggu sekali dalam kurun waktu tiga bulan.
Di klinik mereka akan menjalani sesi konseling. Lebih pada pemberian motivasi dan kendala yang dihadapi oleh yang bersangkutan. Peserta konseling pun diberikan kesempatan untuk menceritakan kendala yang dihadapi, untuk diberikan jalan keluar. Mereka yang terdaftar sebagai peserta terapi juga akan mendapatkan pendampingan keluarga.
Tim Puskesmas disebut Sri akan melakukan kunjungan rumah. Melihat perilaku langsung pasien yang sedang ditangani, termasuk menanyakan kepada anggota keluarga untuk perkembangan pasien. Menurutnya, perokok yang sedang berupaya mengurangi atau berhenti merokok akan mengalami fase perubahan emosional. Terutama lebih cepat marah. Pendampingan pada keluarga dimaksudkan untuk memahami situasi dan kondisi tersebut.
“Secara teori upaya berhenti merokok bisa dilakukan dalam waktu tiga bulan. Tetapi di lapangan sering kita jumpai kasus bolak-balik karena faktor lingkungan juga. Memang sangat sulit dan perlu waktu. Kami batasi untuk pasien di klinik maksimal 1 tahun bisa berhasil lepas dari rokok,” jelas dia.
Perokok aktif yang sudah berhasil berhenti merokok, potensi tinggi kembali menghisap candu. Terutama ketika lingkungan sekitarnya mendukung. Meski demikian Puskesmas Buleleng III telah meluluskan tiga orang pasien klinik yang sudah berhasil berhenti merokok. Mereka adalah pasien pertama yang ikut program pada tahun 2019 lalu. Ketiganya yakni Nyoman Sujana, 55, warga Kelurahan Penarukan, Kadek Arianta, 40, dan Ketut Sujana, 50, warga Kelurahan Banyuning, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
Sayangnya, layanan Klinik UBM, macet sejak pandemi mewabah. Petugas medis di Puskesmas Buleleng III, selama ini masih fokus dalam penanganan Covid-19. Selain juga pelayanan pasien paru, terutama dalam pengecekan kadar nikotin menggunakan alat sangat riskan dalam penularan Covid-19.
“Dua tahun terakhir kami memang sangat sibuk oleh Covid-19 sehingga Klinik UBM sedikit terbengkalai. Tetapi tahun ini rencananya kami akan aktifkan kembali. Ada rencana juga berkolaborasi dengan teman yang ahli Hipnoterapi untuk membantu mempercepat proses berhenti merokok pada perokok aktif,” kata Sri Achayati.*k23
Komentar