Palinggih Utama Diharap Rampung Saat Piodalan 10 April
Minggu kemarin, pengurus Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) se-Nusantara kumpul di lokasi pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana
MGPSSR Kebut Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan di Pundukdawa
SEMARAPURA, NusaBali
Pasemetonan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) se-Nusantara kebut pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di kawasan perbukitan Banjar Pundukdawa, Desa Pakraman Pesinggahan, Kecamat-an Dawan, Klungkung. Pembangunan palinggih utama diharapkan sudah rampung sebelum karya pujawali pada Soma Kliwon Kuningan, Senin, 10 April 2017.
Terkait hal ini, pasemetonan MGPSSR se-Nusantara berkumpul dan bersatupadu di lokasi pembangunan pura di Banjar Pundukdawa, Desa Pakraman Pesinggahan pada Radite Wage Wariga, Minggu (5/3) pagi. Dalam pertemuan tersebut, hadir pengurus MGPSSR dari pusat hingga daerah. Di antaranya, Ketua Majelis Luhur Pusat MGPSSR Ida Pandita Mpu Daksa Merta Yoga, Ketua Umum MGPSSR Pusat Prof Dr dr I Wayan Wita SPJP, Ketua MGPSSR Provinsi Bali Wisnu Bawa Temaja, puluhan sulinggih, dan pamangku. Bahkan, tokoh MGPSSR yang kini Ketua Umum PHDI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya juga hadir dalam pertemuan kemarin pagi.
Pertemuan yang berlangsung selama 3 jam sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita tersebut diawali dengan gotong royong, kemudian penyampaian sambutan dari Panitia Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Prahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, sambutan dari Ketua PHDI, Ketua Umum MGPSSR, dan Ketua Majelis Luhur Pusat MGPSSR.
Poin yang disampaikan dalam sambutan mereka berupa kebulatan tekad pasametonan MGPSSR untuk kebut pembangunan pura, mengingat saat Pemacekan Agung pada Soma Kliwon Kuningan, 10 April 2017 depan, mereka akan ngodalin Ida Bhatara Mpu Gana di pura tersebut. Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana sendiri mengambil lokasi di atas lahan seluas 1,4 hektare di kawasan perbukitan Banjar Punduk Dawa. Saat ini, pengerjaannya baru mencapai 15 persen.
Kendati demikian, saat karya pujawali nanti, palinggih utama dipastikan sudah selesai. Palinggih dimaksud, antara lain, Palinggih Padma Anglayang (Luhuring Akasa), Padma Tiga (Linggih Bhtara Hyang Putranjaya, Linggih Ida Bhatari Hyang Dewi Danu, Linggih Ida Bhatara Hyang Gni Jaya, dan Palinggih Meru Tumpang Telu (Linggih Ida Bhatara Mpu Gana). “Sesuai perencaan, pura ini akan selesai 5 tahun mendatang, dengan dana keseluruhan sekitar Rp 26 miliar,” ungkap Humas Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, I Ketut Sumarya.
Menurut Ketut Sumarya, sesuai denah yang sudah dirancang, areal pura ini meliputi Utamaning Mandala, Madya Utamaning Mandala, Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Berdasarkan SK No.01/MGPSSR-Pst/I/2017 tertanfggal 16 Januari 2017, MGPSSR secara resmi telah menugaskan panitia untuk bekerja. Hal pertama yang dilakukan adalah ritual Majaya-jaya di Pura Catur Lawa Ratu Pasek di Pura Besakih, 28 Desember 2016.
Sementara itu, Ketua Umum MGPSSR Pusat Prof Wayan Wita menyatakan lewat Pasamuhan Agung yang digelar 4 Desember 2016 lalu, MGPSSR secara resmi telah melegalisasi keinginan untuk membangun sendiri parahyangan bagi salah satu leluhur yang dilinggihakan sebagai Ida Bhatara Mpu Gana, yang selama ini distana-kan di Pura Dasar Buana Gelgel, Kecamatan Klungkung. “Sikap yang diambil itu adalah sebuah sikap yang objektif, setelah didahului diskusi yang panjang,” ujar Prof Wita.
Menurut Prof Wita, yang menjadikan keputusan itu tak terbantahkan adalah kinerja Tim Pencari Fakta (TPF). Pada akhir kerja kerasnya, TPF menyimpulkan bahwa dibangunnya parahyangan baru adalah langkah yang paling bijaksana. “Sekalipun untuk itu kita akan berhadapan dengan tantangan yang tidak kalah berat, seperti aspek hukum, pendanaan, dan lainnya,” tegas mantan Rektor Unud ini.
Sedangkan Ketua Majelis Luhur Pusat MGPSSR, Ida Pandita Mpu Daksa Mertha Yoga, mengucapkan terimakasih atas segala upaya yang telah dilakukan semua pihak dalam rangka terwujudnya parahyanga bagi Ida Bhatara Hyang Mpu Gana. “Sudah pasti segala daya upaya itu sangatlah tidak mudah, mengingat hal yang melatari rencana pembangunan parahyangan itu berawal dari keadaan yang sangat di-lematis,” ujar Ida Pandita Mpu.
Ida Pandita Mpu menegaskan, keadaan dilematis dimaksud adalah perlakukan yang kurang baik dan diskriminatif terhadap Pandita Mpu Pasek ketika akan menghaturkan puja bagi Ida Bhatara Mpu Gana di Pura Dasar Buana Gelgel. Bagaiman pun, sulinggih tidak seharusnya didiskriminasi dalam segala wujudnya. Sebab, setiap sulinggih adalah pelayan umat yang tidak terikat kepada soroh atau klan yang berlaku di masyarakat. “Susuatu hal yang penting menjadi perhatian dari seluruh warga Pasek, teristimewa panitia pembangunan pura yang dibentuk MGPSSR, adalah segera melupakan dinamika yang sempat berkembang,” pinta Ida Pandita Mpu.
Sementara, Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum PGDI Pusat yang duduk sebagai Pelindung Panitia Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, mengingatkan sameton Pasek harus bersatu untuk pembangunan parahyangan. “Mari bersatu didasari atas rasa asah, asih, asuh, saling tolong menolong dan saling mengisi,” kata mantan Pangdam IX/Udayana ini. * wa
SEMARAPURA, NusaBali
Pasemetonan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) se-Nusantara kebut pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di kawasan perbukitan Banjar Pundukdawa, Desa Pakraman Pesinggahan, Kecamat-an Dawan, Klungkung. Pembangunan palinggih utama diharapkan sudah rampung sebelum karya pujawali pada Soma Kliwon Kuningan, Senin, 10 April 2017.
Terkait hal ini, pasemetonan MGPSSR se-Nusantara berkumpul dan bersatupadu di lokasi pembangunan pura di Banjar Pundukdawa, Desa Pakraman Pesinggahan pada Radite Wage Wariga, Minggu (5/3) pagi. Dalam pertemuan tersebut, hadir pengurus MGPSSR dari pusat hingga daerah. Di antaranya, Ketua Majelis Luhur Pusat MGPSSR Ida Pandita Mpu Daksa Merta Yoga, Ketua Umum MGPSSR Pusat Prof Dr dr I Wayan Wita SPJP, Ketua MGPSSR Provinsi Bali Wisnu Bawa Temaja, puluhan sulinggih, dan pamangku. Bahkan, tokoh MGPSSR yang kini Ketua Umum PHDI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya juga hadir dalam pertemuan kemarin pagi.
Pertemuan yang berlangsung selama 3 jam sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita tersebut diawali dengan gotong royong, kemudian penyampaian sambutan dari Panitia Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Prahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, sambutan dari Ketua PHDI, Ketua Umum MGPSSR, dan Ketua Majelis Luhur Pusat MGPSSR.
Poin yang disampaikan dalam sambutan mereka berupa kebulatan tekad pasametonan MGPSSR untuk kebut pembangunan pura, mengingat saat Pemacekan Agung pada Soma Kliwon Kuningan, 10 April 2017 depan, mereka akan ngodalin Ida Bhatara Mpu Gana di pura tersebut. Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana sendiri mengambil lokasi di atas lahan seluas 1,4 hektare di kawasan perbukitan Banjar Punduk Dawa. Saat ini, pengerjaannya baru mencapai 15 persen.
Kendati demikian, saat karya pujawali nanti, palinggih utama dipastikan sudah selesai. Palinggih dimaksud, antara lain, Palinggih Padma Anglayang (Luhuring Akasa), Padma Tiga (Linggih Bhtara Hyang Putranjaya, Linggih Ida Bhatari Hyang Dewi Danu, Linggih Ida Bhatara Hyang Gni Jaya, dan Palinggih Meru Tumpang Telu (Linggih Ida Bhatara Mpu Gana). “Sesuai perencaan, pura ini akan selesai 5 tahun mendatang, dengan dana keseluruhan sekitar Rp 26 miliar,” ungkap Humas Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, I Ketut Sumarya.
Menurut Ketut Sumarya, sesuai denah yang sudah dirancang, areal pura ini meliputi Utamaning Mandala, Madya Utamaning Mandala, Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Berdasarkan SK No.01/MGPSSR-Pst/I/2017 tertanfggal 16 Januari 2017, MGPSSR secara resmi telah menugaskan panitia untuk bekerja. Hal pertama yang dilakukan adalah ritual Majaya-jaya di Pura Catur Lawa Ratu Pasek di Pura Besakih, 28 Desember 2016.
Sementara itu, Ketua Umum MGPSSR Pusat Prof Wayan Wita menyatakan lewat Pasamuhan Agung yang digelar 4 Desember 2016 lalu, MGPSSR secara resmi telah melegalisasi keinginan untuk membangun sendiri parahyangan bagi salah satu leluhur yang dilinggihakan sebagai Ida Bhatara Mpu Gana, yang selama ini distana-kan di Pura Dasar Buana Gelgel, Kecamatan Klungkung. “Sikap yang diambil itu adalah sebuah sikap yang objektif, setelah didahului diskusi yang panjang,” ujar Prof Wita.
Menurut Prof Wita, yang menjadikan keputusan itu tak terbantahkan adalah kinerja Tim Pencari Fakta (TPF). Pada akhir kerja kerasnya, TPF menyimpulkan bahwa dibangunnya parahyangan baru adalah langkah yang paling bijaksana. “Sekalipun untuk itu kita akan berhadapan dengan tantangan yang tidak kalah berat, seperti aspek hukum, pendanaan, dan lainnya,” tegas mantan Rektor Unud ini.
Sedangkan Ketua Majelis Luhur Pusat MGPSSR, Ida Pandita Mpu Daksa Mertha Yoga, mengucapkan terimakasih atas segala upaya yang telah dilakukan semua pihak dalam rangka terwujudnya parahyanga bagi Ida Bhatara Hyang Mpu Gana. “Sudah pasti segala daya upaya itu sangatlah tidak mudah, mengingat hal yang melatari rencana pembangunan parahyangan itu berawal dari keadaan yang sangat di-lematis,” ujar Ida Pandita Mpu.
Ida Pandita Mpu menegaskan, keadaan dilematis dimaksud adalah perlakukan yang kurang baik dan diskriminatif terhadap Pandita Mpu Pasek ketika akan menghaturkan puja bagi Ida Bhatara Mpu Gana di Pura Dasar Buana Gelgel. Bagaiman pun, sulinggih tidak seharusnya didiskriminasi dalam segala wujudnya. Sebab, setiap sulinggih adalah pelayan umat yang tidak terikat kepada soroh atau klan yang berlaku di masyarakat. “Susuatu hal yang penting menjadi perhatian dari seluruh warga Pasek, teristimewa panitia pembangunan pura yang dibentuk MGPSSR, adalah segera melupakan dinamika yang sempat berkembang,” pinta Ida Pandita Mpu.
Sementara, Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum PGDI Pusat yang duduk sebagai Pelindung Panitia Pembangunan Pura Penataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, mengingatkan sameton Pasek harus bersatu untuk pembangunan parahyangan. “Mari bersatu didasari atas rasa asah, asih, asuh, saling tolong menolong dan saling mengisi,” kata mantan Pangdam IX/Udayana ini. * wa
1
Komentar