Raih MURI Penyandang Gelar Doktor Terbanyak
Direktur PIB, Prof Dr Ir Anastasia Sulistyawati MS MM MMis DTh PhD DAg
Terakhir Prof Dr Ir Sulistyawati meraih gelar doktor, program ilmu Agama Hindu di IHDN Denpasar dalam acara wisuda pascasarjana IHDN ke-XXV, 15 Mei 2018, dengan predikat cum laude IPK 3,79.
AMLAPURA, NusaBali
Direktur Politeknik Internasional Bali (PIB) Prof Dr Ir Anastasia Sulistyawati MS MM MMis DTh PhD DAg (Doktor Agama), meraih MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia), sebagai penyandang gelar doktor terbanyak di Indonesia. Tercatat menyandang empat gelar doktor, dari beragam disiplin ilmu pengetahuan.
Ketua Umum Museum Rekor Dunia Indonesia Prof Drhc KP Jaya Suprana, menyerahkan langsung plakat MURI di Mall Of Indonesia Kelapa Gading Jakarta, Jumat (18/3). Kepada NusaBali Prof Dr Ir Sulistyawati memaparkan via telepon setiba di Denpasar, Minggu (20/3).
Keempat gelar doktor diraihnya, bidang arsitektur (School of Architecture Faculty of Environment, Oxford Brookes-UK) 1995, Bidang Agama Kristen di STTII (Sekolah Tinggi Theologi Injili Indonesia) Yogyakarta 2013, bidang pariwisata Unud Denpasar 2017 dan bidang Agama Hindu di IHDN Denpasar 2018.
Terakhir Prof Dr Ir Sulistyawati meraih gelar doktor, program ilmu Agama Hindu di IHDN Denpasar, di acara wisuda pascasarjana IHDN ke-XXV, 15 Mei 2018, dengan predikat cum laude IPK 3,79. "Tentu saja saya merasa senang, dan bahagia. Karena apa yang saya lakukan mendapatkan penghargaan dari MURI," ujar guru besar kelahiran 6 Februari 1946 itu.
Bagi Prof Dr Ir Sulistyawati, pendidikan sangat penting buat keluarga, masyarakat, dan kepentingan bangsa. Hendaknya menuntut ilmu setinggi mungkin, agar disegani bangsa-bangsa lain di Dunia.
"Harapan saya, agar generasi muda bisa mendapatkan inspirasi dari apa yang saya lakukan. Usia bukanlah merupakan hambatan di banding kemauan dan keuletan," kata istri dari Dr Ir Frans Bambang Siswanto MM (alm). "Saya belajar beberapa agama, saya dapat simpulkan religion is something universal," tambahnya.
Sebelumnya guru besar itu, sebagai dosen Arsitektur di Fakultas Teknik Unud Denpasar hingga pensiun golongan IV/d. Belajar di banyak ilmu pengetahuan, katanya, hanya untuk menambah ilmu pengetahuan saja.
Peraih gelar guru besar arsitek perempuan pertama di Indonesia tahun 2000, ternyata tidak lagi berminat mengejar gelar doktor.
Lebih memilih, merapikan buku-buku yang belum tuntas, di antaranya: Encyclopedia Arsitektur Tradisional Bali, Balinese Traditional Architecture Principles in Hotel Design, Strategi peningkatan Jabatan SDM Pariwisata Hindu di Bali ke Tingkat Manager pada Hotel berbintang di Bali, Pendekatan Budaya dalam hubungan Konsep Tabur Tuai dan Karma Phala sebagai sarana Penginjilan di Bali dan lain-lain.
Ditanya mengenai salah satu gelarnya DAg, Prof dr Ir Sulistyawati memaparkan, mengingat banyak gelar doktor disandangnya atas usulan dari Dr Donder, sehingga di akhir namanya diberikan label gelar DAg yang artinya Doktor Agama.
Prof Sulistyawati juga ikut mendirikan INTI (Perhimpunan Tionghoa Indonesia) Bali, 20 Januari 2007, juga sebagai penasihat INTI Bali, hal itu dilakukan semata-mata untuk memotivasi sang suami.
Sebenarnya Prof Sulistyawati itu meraih MURI bersama rekannya yang Ketua INTI Bali, Romo Sudiarta Indrajaya karena mampu memecahkan rekor sehari mampu melayani 3.000 warga menjalani vaksinasi Covid-19 yang tempatnya di Restoran Hongkong Garden Jalan Bypass Ngurah Rai Denpasar Timur. *K16
Ketua Umum Museum Rekor Dunia Indonesia Prof Drhc KP Jaya Suprana, menyerahkan langsung plakat MURI di Mall Of Indonesia Kelapa Gading Jakarta, Jumat (18/3). Kepada NusaBali Prof Dr Ir Sulistyawati memaparkan via telepon setiba di Denpasar, Minggu (20/3).
Keempat gelar doktor diraihnya, bidang arsitektur (School of Architecture Faculty of Environment, Oxford Brookes-UK) 1995, Bidang Agama Kristen di STTII (Sekolah Tinggi Theologi Injili Indonesia) Yogyakarta 2013, bidang pariwisata Unud Denpasar 2017 dan bidang Agama Hindu di IHDN Denpasar 2018.
Terakhir Prof Dr Ir Sulistyawati meraih gelar doktor, program ilmu Agama Hindu di IHDN Denpasar, di acara wisuda pascasarjana IHDN ke-XXV, 15 Mei 2018, dengan predikat cum laude IPK 3,79. "Tentu saja saya merasa senang, dan bahagia. Karena apa yang saya lakukan mendapatkan penghargaan dari MURI," ujar guru besar kelahiran 6 Februari 1946 itu.
Bagi Prof Dr Ir Sulistyawati, pendidikan sangat penting buat keluarga, masyarakat, dan kepentingan bangsa. Hendaknya menuntut ilmu setinggi mungkin, agar disegani bangsa-bangsa lain di Dunia.
"Harapan saya, agar generasi muda bisa mendapatkan inspirasi dari apa yang saya lakukan. Usia bukanlah merupakan hambatan di banding kemauan dan keuletan," kata istri dari Dr Ir Frans Bambang Siswanto MM (alm). "Saya belajar beberapa agama, saya dapat simpulkan religion is something universal," tambahnya.
Sebelumnya guru besar itu, sebagai dosen Arsitektur di Fakultas Teknik Unud Denpasar hingga pensiun golongan IV/d. Belajar di banyak ilmu pengetahuan, katanya, hanya untuk menambah ilmu pengetahuan saja.
Peraih gelar guru besar arsitek perempuan pertama di Indonesia tahun 2000, ternyata tidak lagi berminat mengejar gelar doktor.
Lebih memilih, merapikan buku-buku yang belum tuntas, di antaranya: Encyclopedia Arsitektur Tradisional Bali, Balinese Traditional Architecture Principles in Hotel Design, Strategi peningkatan Jabatan SDM Pariwisata Hindu di Bali ke Tingkat Manager pada Hotel berbintang di Bali, Pendekatan Budaya dalam hubungan Konsep Tabur Tuai dan Karma Phala sebagai sarana Penginjilan di Bali dan lain-lain.
Ditanya mengenai salah satu gelarnya DAg, Prof dr Ir Sulistyawati memaparkan, mengingat banyak gelar doktor disandangnya atas usulan dari Dr Donder, sehingga di akhir namanya diberikan label gelar DAg yang artinya Doktor Agama.
Prof Sulistyawati juga ikut mendirikan INTI (Perhimpunan Tionghoa Indonesia) Bali, 20 Januari 2007, juga sebagai penasihat INTI Bali, hal itu dilakukan semata-mata untuk memotivasi sang suami.
Sebenarnya Prof Sulistyawati itu meraih MURI bersama rekannya yang Ketua INTI Bali, Romo Sudiarta Indrajaya karena mampu memecahkan rekor sehari mampu melayani 3.000 warga menjalani vaksinasi Covid-19 yang tempatnya di Restoran Hongkong Garden Jalan Bypass Ngurah Rai Denpasar Timur. *K16
1
Komentar