Perjuangan Desa Batuan Lestarikan Lukisan Gaya Batuan
Masyarakat khususnya para tokoh di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, kini getol berjuang melestarikan gaya batuan.
GIANYAR, NusaBali
Perjuangan itu, mulai dari memberikan les atau pelatihan melukis untuk anak-anak desa hingga mengajak anak-anak studi seni rupa ke museum seni.
Perbekel Desa Batuan Nyoman Netra mengatakan, studi seni untuk anak Batuan ini adalah kelanjutan dari program pelestarian seni lukis gaya batuan. Bentuk program berupa les melukis gaya batuan melibatkan anak-anak SD di Batuan. Les sejak tahun 2015 ini diprakarsai Komunitas Pelukis Tradisonal Batuan Batur Lelangun diketuai pelukis, Made Sujendra.
‘’Studi seni melibatkan sekitar 80 anak Batuan ini, antara lain, kami laksanakan di Museum Arma, Desa Peliatan, Ubud, Sabtu (4/3),‘’ jelas Nyoman Netra, Senin (6/3). 80 anak dimaksud usia kelas 3 - 6 dari 5 SD pada 17 banjar di Desa Batuan.
Ia mengatakan, pihaknya wajib meregenerasi lukisan gaya batuan karena karya seni ini merupakan aset satu-satunya di dunia. Seiring itu, studi seni ini agar anak-anak mengenal dan dapat melestarikan seni rupa yang diwariskan para tetuanya. Jelas Nyoman Netra, di Museum Arma, anak-anak diajak menyaksikan langsung lukisan gaya batuan hasil karya para pelukis Batuan zaman dulu. Anak-anak juga dilibatkan belajar melukis bersama di alam bebas, halaman Museum Arma. Selama kegiatan, anak-anak yang diangkut dengan tiga bus besar itu dipandu para pelukis senior dari Batuan. Di antaranya, pelukis yang juga Ketua Komunitas Pelukis Tradisional Batuan Batur Lelangun, Made Sujendra, dan rekannya Wayan Diana, ketua Sadia, dan lainnya. ‘’Dan, kami di desa segera akan membuat gallery seni untuk menampung lukisan gaya batuan yang berkualitas karya anak-anak Batuan,’’ ujarnya.
Gallery yang menyatu denbgan areal Kantor Desa Batuan ini, lanjut Netra, sebagai wahana untuk memperkanalkan karya seni-anak anak kepada tetamu ke desa. Selama ini, Desa Batuan kerap menjadi objek studi banding desa-desa lain se-Indonesia khususnya dalam bidang pemberdayaan anak-anak desa.
Netra mengakui, semangat para tokoh di Batuan melestarikan seni pada anak ini mengingat karya lukis gaya Batuan terancam punah di tanah kelahirannya, Desa Batuan. Kondisi tersebut akibat maraknya kemunculan pelukis modern. Di lain sisi, proses melukis lukisan gaya Batuan rumit dan memakan waktu relatif panjang. Maka dibukalah
pelatihan, sejenis ‘sekolah’ lukis tradisonal gaya Batuan, Jumat (10/4/2015). Pelatihan ini dua kali seminggu selama setahun atau 56 kali pertemuan, melibatkan pembina 24 pelukis Batuan. Para pelukis gaya batuan yang karya-karyanya terkenal hingga ke manca negara antara lain, Made Jata, I Wayan Rajin, Ida Bagus Togog, I Nyoman Ngendon, I Ketut Tomblos, I Wayan Taweng, DN Tjita, Made Budi, dan Ida Bagus Wija, Wayan Bendi, Ketut Murtika, Made Tubuh, Ketut Sadia, Wayan Diana, dan lainnya. * lsa
Perbekel Desa Batuan Nyoman Netra mengatakan, studi seni untuk anak Batuan ini adalah kelanjutan dari program pelestarian seni lukis gaya batuan. Bentuk program berupa les melukis gaya batuan melibatkan anak-anak SD di Batuan. Les sejak tahun 2015 ini diprakarsai Komunitas Pelukis Tradisonal Batuan Batur Lelangun diketuai pelukis, Made Sujendra.
‘’Studi seni melibatkan sekitar 80 anak Batuan ini, antara lain, kami laksanakan di Museum Arma, Desa Peliatan, Ubud, Sabtu (4/3),‘’ jelas Nyoman Netra, Senin (6/3). 80 anak dimaksud usia kelas 3 - 6 dari 5 SD pada 17 banjar di Desa Batuan.
Ia mengatakan, pihaknya wajib meregenerasi lukisan gaya batuan karena karya seni ini merupakan aset satu-satunya di dunia. Seiring itu, studi seni ini agar anak-anak mengenal dan dapat melestarikan seni rupa yang diwariskan para tetuanya. Jelas Nyoman Netra, di Museum Arma, anak-anak diajak menyaksikan langsung lukisan gaya batuan hasil karya para pelukis Batuan zaman dulu. Anak-anak juga dilibatkan belajar melukis bersama di alam bebas, halaman Museum Arma. Selama kegiatan, anak-anak yang diangkut dengan tiga bus besar itu dipandu para pelukis senior dari Batuan. Di antaranya, pelukis yang juga Ketua Komunitas Pelukis Tradisional Batuan Batur Lelangun, Made Sujendra, dan rekannya Wayan Diana, ketua Sadia, dan lainnya. ‘’Dan, kami di desa segera akan membuat gallery seni untuk menampung lukisan gaya batuan yang berkualitas karya anak-anak Batuan,’’ ujarnya.
Gallery yang menyatu denbgan areal Kantor Desa Batuan ini, lanjut Netra, sebagai wahana untuk memperkanalkan karya seni-anak anak kepada tetamu ke desa. Selama ini, Desa Batuan kerap menjadi objek studi banding desa-desa lain se-Indonesia khususnya dalam bidang pemberdayaan anak-anak desa.
Netra mengakui, semangat para tokoh di Batuan melestarikan seni pada anak ini mengingat karya lukis gaya Batuan terancam punah di tanah kelahirannya, Desa Batuan. Kondisi tersebut akibat maraknya kemunculan pelukis modern. Di lain sisi, proses melukis lukisan gaya Batuan rumit dan memakan waktu relatif panjang. Maka dibukalah
pelatihan, sejenis ‘sekolah’ lukis tradisonal gaya Batuan, Jumat (10/4/2015). Pelatihan ini dua kali seminggu selama setahun atau 56 kali pertemuan, melibatkan pembina 24 pelukis Batuan. Para pelukis gaya batuan yang karya-karyanya terkenal hingga ke manca negara antara lain, Made Jata, I Wayan Rajin, Ida Bagus Togog, I Nyoman Ngendon, I Ketut Tomblos, I Wayan Taweng, DN Tjita, Made Budi, dan Ida Bagus Wija, Wayan Bendi, Ketut Murtika, Made Tubuh, Ketut Sadia, Wayan Diana, dan lainnya. * lsa
Komentar