nusabali

Menangkal Mala dari Pemastu Dalem Sawang

  • www.nusabali.com-menangkal-mala-dari-pemastu-dalem-sawang

Puluhan penekun spiritual atau rohaniwan dari berbagai daerah di Bali menggelar ritual Pangruwatan Bumi Pembangkitan Energi Mungkah Lawang Taksu Jagat Nusa Penida, Klungkung

Penekun Spiritiul Gelar Pangruwatan Bumi Nusa Penida

SEMARAPURA, NusaBali
Prosesi ini digelar dengan menghaturkan Puja Agni di Pura Puser Saab, Desa Batumadeg dan Pura Pusering Dalem Dukut, Desa Batukandik, Saniscara Pon Gumbreg, Sabtu (4/2).

“Prosesi ritual ini untuk membangkitkan energi dan proses mungkah lawang nusa (membuka taksunya Nusa Penida),” ujar seorang penekun spiritual yang juga pamangku di Pura Lawang Sari, Nusa Ceningan, Kecamatan Nusa Penida, Jro Mangku Made Buda, Senin (6/3).

Jro Mangku Buda menambahkan, berdasarkan sebuah prasasti di Pura Pasamuan Lawang Sari, kejayaan Nusa tersebut terkunci akibat pamastu (kutukan) dari Dalem Sawang seorang raja di Pulau Nusa Gede pada zamannya. Raja ini terkenal kejam dan mempunyai sifat seorang denawa. Pamastu itu akan habis waktunya setelah 5.000 tahun sejak diucapkan. “Sesuai refrensi dari sejumlah sumber masa pamastu itu akan berakhir lagi 300 tahun kemudian, maka dari itu kita perlu melakukan persiapan dari saat ini baik secara sekala maupun niskala,” imbuh Jro Mangku Buda, yang sekaligus penulis buku bertajuk Babad Nusa Penida.

Ritual Pangruwatan Bumi Pembangkitan Energi Mungkah Lawang Taksu Jagat Nusa Penida, diawali dengan mendak tirta di Pura Kancing Gumi, Petang Badung. Kemudian nunas tirta Ida Bhatara Toh Langkir di Pura Besakih (Penataran Agung Padma Tiga), Desa Beskih, Karangasem. Nunas tirta di Pura Pasamuan Lawang Sari, Nusa Ceningan, nunas tirta di Pura Puncak Mundi, Desa Klumpu. “Tirta itu untuk meruwat bumi dan membangkitkan energi mungkah lawang taksu tersebut,” ujarnya.

Menurut Jro Mangku Buda, pemastu tersebut terkait cerita tentang kutukan Dalem Sawang. Dale mini mengutuk sumber air di pasraman Puncak Mundhi yaitu tirta asata gangga (8 tirta) agar jatuh ke laut. Kutukannya dengan menghentakkan kaki tiga kali. Air pun muncrat (mancur) dan jatuh di dahan pohon di Puncak Mundhi. Air lainnya jatuh di pangkal Pohon Bebuwu di Pulau Nusa Ceningan, berupa Tirta Asta Gangga.

Setelah pastu itu, rakyat Nusa banyak yang mati, bumi porak poranda dan tandus. Maka Dalem Dukut yang sempat dinobatkan sebagai raja setelah berhasil mengalahkan Dalem Sawang, menjadi sedih dan prihatin. Beliau melakukan tapa brata yoga semadi agar Nusa terhindar dari malapetaka yang ditimbulkan oleh bala samarnya Dalem Sawang. Pun, Ida Batara Siwa memenuhi permohonan Dalem Dukut dan segera mengutus Dukuh Jumpungan untuk turun ke Nusa untuk memberikan petunjuk kepada Dalem Dukut.

Maka bisama Dukuh Jumpungan kepada Dalem Dukut antara lain, memerintahkan Dalem Dukut untuk beryoga semadi demi keselamatan dan ketentraman bumi Nusa.

Rakyat Nusa wajibnmayadnya yakni Maguru Piduka,  Menyupat pastu, Mendak nuntun semua yang dipastu dan distanakan di Puncak Gunung Mundhi, mayadnya pada sasih kanem agar terhindar dari gangguan bala samar dan babhutan. Caranya, memakai benang tridatu sebagai simbol Siwa, menorek pamor tapak dara di ulu hati, Nangluk Merana di pantai, menjaga barang pusaka yang dipastu di Biyas Muntig dan Gili Maya, serta menjaga Pulau Nusa Ceningan agar terjaga kesuciannya. *wa

Komentar