30 Siswa Ikut Pelatihan Denpasar Documentary Film Festival Ke-13
DENPASAR, NusaBali.com - Gelaran Denpasar Documentary Film Festival (DDFF) tahun 2022 mulai digelar di Gedung Dharma Negara Alaya, Senin (21/3/2022). Festival diawali dengan pelatihan pembuatan film dokumenter pendek kepada 30 orang siswa.
DDFF edisi ke-13 sejak 2010, dibuka langsung oleh Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa.
Para peserta tahun ini terdiri dari 9 siswa SMP, 6 siswa SMA, dan 15 siswa SMK. Total ada 10 sekolah di Kota Denpasar yang bisa ikut festival tahun ini, yakni sebanyak 3 SMP, 2 SMA, dan 5 SMK.
Mereka terpilih setelah melewati tahap seleksi yang dimulai sejak Februari lalu.
"Pelatihan produksi film dokumenter adalah salah satu program dari penyelenggaraan Denpasar Documentary Film Festival (DDFF)," terang Direktur DDFF, Maria Ekaristi kepada NusaBali.com di Gedung Dharma Negara Alaya.
Eka menjelaskan, selama 5 hari, 21-25 Maret 2022, para peserta akan menerima pelatihan berupa pemaparan teori dan praktik langsung pembuatan film.
Mengambil tema 'Rempah di Kota Denpasar', para calon sineas muda akan diperkenalkan teknik membuat film dokumenter pendek berdurasi 5 menit serta berbagai hal terkait manajemen pembuatan film.
Para mentor terdiri dari para ahli berpengalaman di bidang film maupun seni, seperti Tonny Trimarsanto, Agung Bawantara, Oka Sudarsana, Agus Wiranata, dan Maria Ekaristi sendiri yang sudah berpengalaman dalam produksi film bertema budaya.
Setelah menjalani pelatihan, para peserta nantinya akan melakukan produksi film sendiri, namun tetap dalam pengawasan pihak DDFF.
Puncaknya, tambah Eka, nanti adalah di bulan Oktober 2022, di mana karya para peserta akan dikompetisikan, diputar di Dharma Negara Alaya, dan dicari pemenangnya.
Pemenang nanti berhak diikutkan dalam berbagai festival film dokumenter di berbagai tempat di Indonesia. Bahkan juga berkesempatan mengikuti festival di mancanegara.
"Pemenang dari pelajar yang kita bina ini akan kita kirim karyanya ke WHC (World Heritage Committee), kompetisinya setiap tahun ganjil sejak 2015. Dan Denpasar selalu ikut sejak 2015 dan selalu masuk jadi finalis," ungkap Eka.
Eka menuturkan pelatihan membuat film kepada generasi muda, tidak selalu harus menjadikan mereka sebagai calon sineas profesional.
Lebih dari itu ada pendidikan karakter yang bisa didapatkan peserta ketika berlatih membuat film.
"Cara berpikir film-nya terutama, saya bukan menyasar bahwa mereka harus jadi film maker. Misal nanti mereka jadi dokter, nanti mereka bisa menampilkan karya mereka lewat film," ujar Eka.
"Cara berpikir film itu disiplin, jujur, bertanggungjawab," sambungnya.
Untuk diketahui, DDFF sejak awal diselenggarakan oleh Yayasan Bali Gumanti, sebuah komunitas yang punya passion dalam pendokumentasian produk budaya, termasuk melalu dokumentasi dalam bentuk film.
Komentar