Mega Minta Emak-Emak Kurangi Minyak Goreng, Persagi Bali Setuju Dibatasi
DENPASAR, NusaBali.com - Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri mengaku mengelus dada melihat emak-emak di Indonesia mengantre minyak goreng. Menurut Mega, jika emak-emak tidak bisa mendapatkan minyak goreng, sebaiknya beralih saja pada cara memasak yang lain, bisa merebus ataupun mengukus. Yes or no?
Mega mengatakan, merebus maupun mengukus bahkan jauh lebih sehat dibandingkan memasak makanan dengan penuh minyak.
Ketua DPD Persagi (Persatuan Ali Gizi Indonesia) Bali, Dr I Putu Suiraoka SST MKes, angkat bicara soal ucapan Megawati yang akhirnya menimbulkan kontroversi tersebut. Suiraoka sepakat penggunaan minyak goreng untuk memasak sebaiknya dibatasi dalam masakan sehari-hari.
“Batasan kita mengkonsumsi minyak yang mengandung lemak, idealnya adalah 60 mililiter atau 5 sendok makan sehari,” ujar Suiraoka, Rabu (23/3/2022).
Suiraoka menjelaskan, meski cara memasak mempengaruhi jumlah minyak yang akan masuk ke dalam tubuh, namun menggunakan minyak untuk memasak bukan berarti semuanya akan masuk ke dalam tubuh. Seperti halnya menggoreng yang menggunakan banyak minyak, namun itu tidak semua masuk ke tubuh.
“Minyak yang dimaksud di sini adalah yang akan masuk ke dalam tubuh dan terserap, jadi bukan jumlah minyak yang digunakan untuk memasak,” jelas akademisi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Denpasar tersebut.
Suiraoka melanjutkan, ada beberapa jenis minyak goreng yang biasa digunakan sebagai minyak konsumsi. Yaitu, minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun, minyak sayur, minyak kanola, minyak alpukat, minyak bunga matahari, dan minyak wijen.
Di antara semuanya, Suiraoka menyebut jika minyak zaitun dikenal sebagai minyak goreng yang lebih sehat bahkan bisa langsung disantap. Namun minyak zaitun memiliki titik asap yang relatif lebih rendah ketika dipanaskan dibanding dengan minyak lainnya.
Suiraoka pun menekankan bahayanya menggunakan minyak goreng yang telah berkali-kali digunakan. Lantas, berapa kali idealnya kita bisa menggunakan minyak goreng yang sama?
“Untuk beberapa makanan, minyak mudah menghitam setelah satu kali pakai, tapi jika minyak masih jernih dan bersih, boleh dipakai 1-2 kali lagi. Seperti misalnya, menggoreng ayam atau ikan, minyak akan mudah menghitam. Jika menggoreng tempe, tahu atau makanan yang dibalut adonan tepung, minyak cenderung masih jernih,” ungkap Suiraoka.
Selain memasak dengan cara menggoreng, Suiraoka menyebutkan beberapa cara lainnya dalam mengolah makanan. Pertama adalah membakar, memasak mengunakan media api langsung. Kedua, mengasap, jika medianya menggunakan asap. Dan ketiga merebus, jika memasak menggunakan media air.
Suiraoka berharap masyarakat lebih bijak dalam memilih cara memasak supaya dapat membatasi asupan minyak yang masuk ke dalam tubuh.
“Kalau minyaknya mengandung lemak yang sudah tidak bagus, yang sudah jenuh, akan berpotensi terkena penyakit-penyakit kardiovaskuler,” pungkasnya.
Komentar