Perumda Atur Pengoperasian Eskalator
Biaya Listrik Pasar Banyuasri Rp 50 Juta/Bulan
Biaya operasional tahun lalu mencapai Rp 3.029.000.000. Dari jumlah itu, Rp 600 juta untuk biaya listrik.
SINGARAJA,NusaBali
Pasar Banyuasri di Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng merupakan pasar termegah di Buleleng. Pasar yang dikelola Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng akhir tahun 2021 menyetor pendapatan ke kas daerah Rp 1.082.000.000. Namun pengelolaan pasar ini belum maksimal, hingga terus mengefisiensi biaya operasi. Antara lain, dengan mengurangi waktu pengoperasian eskalator (tangga putar) dan lift barang.
Dirut Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng I Made Agus Yudi Arsana, dihubungi Rabu (23/3), mengakui pengelolaan Pasar Banyuasri, belum maksimal. Sebab kios 184 unit, baru terisi 54 persen saja. Sisanya belum diisi pemilik karena berbagai alasan. “Sebenarnya masih bisa dimaksimalkan, karena pedagang belum masuk semua. Kios di lantai II masih banyak kosong. Tetapi untuk tahun 2021, kami sudah menyetorkan keuntungan ke kas daerah sesuai dengan perjanjian kerjasama yang disepakati sebelumnya dengan pemerintah selaku pemilik aset,” ucap Yudi Arsana.
Pendapatan dari pengelolaan Pasar Banyuasri, disebut Yudi Arsana, digenjot dari retribusi pedagang dan juga pengelolaan parkir digital. Perubahan sistem pembayaran ini membawa pengaruh besar peningkatan pendapatan Perumda Pasar. Perumda Pasar juga mengefisiensi sejumlah peralatan canggih di Pasar Banyuasri. Seperti eskalator dan lift barang.
“Kami mengefisiensi dengan menekan tagihan biaya listrik. Karena dari hitung-hitungan kami, biaya operasional tahun lalu mencapai Rp 3.029.000.000. Dari jumlah itu, Rp 600 juta untuk biaya listrik, dengan rata-rata sebulan untuk listrik, Rp 50 juta,” imbuh pejabat asal Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Jelas Yudi Arsana, perumda pasar terpaksa membatasi pemakaian eskalator dan lift barang. Dua teknologi canggih dalam pasar tradisional itu hanya dihidupkan pada saat pengunjung pasar ramai, pukul 05.00 - 10.00 Wita. Menurutnya, operator sudah mengatur betul kapan eskalator dan lift barang dihidupkan.
Sementara itu dari evaluasi pengelolaan Pasar Banyuasri tahun ini, Perumda Pasar mencoba untuk memaksimalkan pengisian kios yang masih kosong. Menurutnya, puluhan kios yang belum terisi sudah ada pemiliknya. Hanya saja sejauh ini terkesan kosong karena pemilik belum juga mengisi kios. Alasannya karena kehabisan modal akibat pandemi Covid-19, pasar masih sepi hingga masih mengontrak di tempat lain.
Sejumlah pedagang yang belum menempati tempatnya sudah diberikan Surat Peringatan (SP) 1. “Kami sudah sebar SP 1 mulai Senin kemarin. Kami berikan batas waktu 14 hari kalau tidak diindahkan imbauan kami akan lanjut dengan penertiban SP2. Batasnya sampai SP3. Kalau memang sama sekali tidak ada respon kami terpaksa menerapkan sanksi sesuai perjanjian, mencabut hak sewa,” kata Yudi Arsana.
Dia melanjutkan, kebijakan yang diambil Perumda Pasar sudah mempertimbangkan win-win solution. Yudi Arsana pun menilai Perumda Pasar sebagai pengelola sudah memberikan waktu cukup lama bagi pedagang pemilik kios. Perumda Pasar juga telah memberikan kebijakan karena beberapa dari pedagang kios mengaku masih menghabiskan kontrakan di luar, sejak pasar direvitalisasi. *k23
Dirut Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng I Made Agus Yudi Arsana, dihubungi Rabu (23/3), mengakui pengelolaan Pasar Banyuasri, belum maksimal. Sebab kios 184 unit, baru terisi 54 persen saja. Sisanya belum diisi pemilik karena berbagai alasan. “Sebenarnya masih bisa dimaksimalkan, karena pedagang belum masuk semua. Kios di lantai II masih banyak kosong. Tetapi untuk tahun 2021, kami sudah menyetorkan keuntungan ke kas daerah sesuai dengan perjanjian kerjasama yang disepakati sebelumnya dengan pemerintah selaku pemilik aset,” ucap Yudi Arsana.
Pendapatan dari pengelolaan Pasar Banyuasri, disebut Yudi Arsana, digenjot dari retribusi pedagang dan juga pengelolaan parkir digital. Perubahan sistem pembayaran ini membawa pengaruh besar peningkatan pendapatan Perumda Pasar. Perumda Pasar juga mengefisiensi sejumlah peralatan canggih di Pasar Banyuasri. Seperti eskalator dan lift barang.
“Kami mengefisiensi dengan menekan tagihan biaya listrik. Karena dari hitung-hitungan kami, biaya operasional tahun lalu mencapai Rp 3.029.000.000. Dari jumlah itu, Rp 600 juta untuk biaya listrik, dengan rata-rata sebulan untuk listrik, Rp 50 juta,” imbuh pejabat asal Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Jelas Yudi Arsana, perumda pasar terpaksa membatasi pemakaian eskalator dan lift barang. Dua teknologi canggih dalam pasar tradisional itu hanya dihidupkan pada saat pengunjung pasar ramai, pukul 05.00 - 10.00 Wita. Menurutnya, operator sudah mengatur betul kapan eskalator dan lift barang dihidupkan.
Sementara itu dari evaluasi pengelolaan Pasar Banyuasri tahun ini, Perumda Pasar mencoba untuk memaksimalkan pengisian kios yang masih kosong. Menurutnya, puluhan kios yang belum terisi sudah ada pemiliknya. Hanya saja sejauh ini terkesan kosong karena pemilik belum juga mengisi kios. Alasannya karena kehabisan modal akibat pandemi Covid-19, pasar masih sepi hingga masih mengontrak di tempat lain.
Sejumlah pedagang yang belum menempati tempatnya sudah diberikan Surat Peringatan (SP) 1. “Kami sudah sebar SP 1 mulai Senin kemarin. Kami berikan batas waktu 14 hari kalau tidak diindahkan imbauan kami akan lanjut dengan penertiban SP2. Batasnya sampai SP3. Kalau memang sama sekali tidak ada respon kami terpaksa menerapkan sanksi sesuai perjanjian, mencabut hak sewa,” kata Yudi Arsana.
Dia melanjutkan, kebijakan yang diambil Perumda Pasar sudah mempertimbangkan win-win solution. Yudi Arsana pun menilai Perumda Pasar sebagai pengelola sudah memberikan waktu cukup lama bagi pedagang pemilik kios. Perumda Pasar juga telah memberikan kebijakan karena beberapa dari pedagang kios mengaku masih menghabiskan kontrakan di luar, sejak pasar direvitalisasi. *k23
Komentar