Begini Perbedaan Minyak Goreng Curah dan Minyak Goreng Kemasan
DENPASAR, NusaBali.com - Emak-emak di Banjar Pemedilan, Pemecutan, Denpasar, rela berpanas-panasan mengantre giliran membeli minyak goreng curah. Antreannya mengular sampai 10 meter.
Minyak goreng curah memang menjadi komoditi seksi belakangan ini di tengah melonjaknya harga minyak goreng kemasan.
Harga minyak goreng curah dipatok pemerintah dengan HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp 14.000 per liter berbanding harga minyak goreng kemasan yang saat ini berada pada kisaran Rp 25.000 per liter di pasaran.
Lalu apa perbedaan minyak goreng curah dengan minyak goreng kemasan, baik kemasan sederhana maupun kemasan premium?
Amankah minyak goreng curah dikonsumsi?
Ketua DPD Persagi (Persatuan Ali Gizi Indonesia) Bali, Dr I Putu Suiraoka SST MKes, mengatakan pada dasarnya minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan berasal dari bahan yang sama.
Sama-sama berasal dari bahan kelapa sawit, keduanya hanya dibedakan pada proses penyaringannya.
"Perbedaannya ada pada ada tahap penyaringannya di mana minyak goreng curah dilakukan 1 kali penyaringan sedangkan minyak goreng kemasan dengan 2 kali penyaringan," terang Suiraoka, Kamis (24/3/2022).
Perbedaan dalam jumlah penyaringan tersebut, lanjut Suiraoka, akan berpengaruh pada kualitas kedua jenis minyak goreng tersebut, pada angka peroksidanya.
Minyak curah dikatakan lebih mudah teroksidasi sehingga lebih cepat mengalami kerusakan, berbau tengik, sehingga sudah tidak layak lagi dikonsumsi.
"Tingginya angka peroksida ini menunjukkan telah terjadi kerusakan pada minyak tersebut sehingga minyak akan cepat mengalami ketengikan atau piing dalam bahasa Bali," ujar Suiraoka.
Lanjutnya, faktor penyimpanan juga merupakan kelemahan dari minyak curah.
Tanpa kemasan memadai, minyak goreng curah akan mudah terkena paparan oksigen dan cahaya dibanding dengan minyak goreng yang disimpan dalam kemasan.
"Hal ini akan mempengaruhi oksidasi dari minyak tersebut," jelas akademisi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Denpasar.
Suiraoka mengatakan, baik minyak goreng dalam kemasan maupun curah sama-sama layak dikonsumsi jika masih dalam kondisi baik (tidak tengik).
Namun, ia mengingatkan, masyarakat untuk tetap bijak dalam menggunakan minyak goreng.
Sebaiknya tidak berkali-kali menggunakan minyak goreng yang sama. Cukup digunakan 1-2 kali pemakaian dan jika sudah berubah warna sebaiknya tidak digunakan lagi.
"Makanan yang digoreng memang lebih gurih dan lezat, tapi belum tentu sehat. Batasi konsumsi gorengan, batasi asupan lemak dan minyak sesuai anjuran hidup sehat," pungkasnya.
Komentar