Ada Jejak Beringin Keramat, Kerap Muncul Sosok Anak Lingsir
Dalam salah satu penampakannya, Anak Lingsir meminta petugas lapangan Pasar Kidul Bangli, Dewa Gede Rai Banjar, agar mau jadi pamangku. Begitu permintaannya ditolak, sosok pria sepuh berbusana serba putih itu langsung lenyap
Dewa Rai Banjar tidak mau bercerita lebih jauh soal pertemuannya dengan sosok Anak Lingsir yang diyakini penunggu gaib areal Pasar Kidul Bangli. “Yang jelas, saya saat itu diminta agar jadi pamangku,” katanya.
Hanya saja, Dewa Rai Banjar menolak tawaran Anak Lingsir untuk jadi pamangku tersebut. Alasannya sederhana, karena menjadi pamangku tentu berat, lantaran harus melaksanakan swadharmaning kepamangkuan. Padahal, Dewa Rai Banjar harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.
Anehnya, setelah permintaannya ditolak Dewa Rai Banjar, sosok Anak Lingsir tersebut tiba-tiba lenyap dari pandangan. Saat itu pula, Dewa Rai Banjar baru sadar kalau sosok lelaki sepuh berpakaian serba putih yang barusan diajaknya bicara tersebut adalah makhluk dari alam gaib.
Sementara, Kepala Pasar Kidul Bangli, Jero Sabda, mengakui lokasi pasar di jantung kota ini memang keramat. Sisi keramat tersebut diyakini bertalian dengan sejarah Pasar Kidul Bangli, yang awalnya merupakan lokasi dari zaman kerajaan. Sejak zaman kerajaan hingga era kemerdekaan, kata Jero Sabda, di lokasi Pasar Kidul Bangli pernah tumbuh dua pohon yang amat dikeramatkan warga.
Satu di antaranya jenis pohon Beringin, sementara satunya lagi pohon Kersek. Pohon Beringin itu sendiri berada di tengah-tengah areal Pasar Kidul Bangli. “Posisinya sekarang di pintu utama sisi utara Pasar Kidul Bangli,” papar Jero Sabda, yang kemarin didampingi petugas Bagian Administrasi Pasar Kidul Bangli, Jero Mangku Suta.
Jero Sabda menyebutkan, begitu dikeramatkannya Beringin tersebut, sehingga tak sembarang orang diizinkan memangkas pohon ini. “Hanya warga dari Desa Pengotan (Kecamatan Bangli) yang diizinkan oleh raja untuk memangkas pohon Beringin keramat ini,” beber Jero Sabda.
Namun, pada akhirnya pohon Beringin keramat tersebut dipotoing total, menyusul dilakukannya perluasan dan pembangunan Pasar Kidul Bangli oleh pemerintah setempat. Sekarang, pohon Beringin keramat tersebut sudah tidak berbekas. Demikian pula pohon Keresek keramat yang sempat tumpuh di areal Pasar Kidul Bangli.
Menurut Jero Sabda, bukan tak mungkin dipotongnya pohon Beringin keramat di masa lalu ada kaitan secara niskala dengan periswita dua kali kebakaran Pasar Kidul Bangli dalam kutrun 5 tahun terakhir, yakni 11 September 2012 dan 6 Maret 2017. “Masalah ini akan saya sampaikan nanti dalam pertemuan dengan Pemkab Bangli dan para tokoh,” kata Jero Sabda.
Namanya di Bali, lanjut Jero Sabda, segala sesuatu harus dilihat dari dua aspek, yakni sekala dan niskala. “Saya percaya peristiwa kebakaran sampai dua kali di Pasar Kidul Bangli juga bertalian dengan aspek niskala,” imbuhnya.
Sememtara itu, salah seorang Panglingsir Puri Denpasar Bangli, Anak Agung Alit Sastrawan, 65, membenarkan dulunya ada perlakukan khusus terhadap pohon Beringin keramat yang tumbuh di tengah-tengah areal Pasar Kidul Bangli. “Dulu kan pasarnya tidak seperti sekarang, masih tradisional. Ada pohon Beringin di tengah-tengah pasar,” kenang Alit Sastrawan saat dikonfirmasi terpisah di Bangli, Selasa kemarin.
Menurut Alit Sastrawan, dulunya tidak sembarang orang yang diizinkan oleh raja untuk memangkas Beringin keramat tersebut. “Hanya warga dari Desa Pengotan yang diizinkan. Tentu beliau (Raja) yang tahu alasannya, kenapa,” katanya.
Meski demikian, Alit Sastrawan yakin perlakuan tersebut tidak terlepas dari keberadaan Beringin yang memang sebagai pohon suci. Sedangkan pasar merupakan bagian wewidangan puri.
Alit Sastrawan menyebutkan, selain pohon Beringin keramat, dulunya juga ada pohon Kresek keramat yang tumbuh di pojok tenggara Pasar Kidul Bangli. Kini, di bekas pohon Keresek keramat itu berdiri Palinggih Ratu Gede Sakti Barak Geni. “Ini merupakan salah satu palinggih tempat memohon keselamatan di Pasar Kidul Bangli,” ujar Jero Sabda. * k17
Hanya saja, Dewa Rai Banjar menolak tawaran Anak Lingsir untuk jadi pamangku tersebut. Alasannya sederhana, karena menjadi pamangku tentu berat, lantaran harus melaksanakan swadharmaning kepamangkuan. Padahal, Dewa Rai Banjar harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.
Anehnya, setelah permintaannya ditolak Dewa Rai Banjar, sosok Anak Lingsir tersebut tiba-tiba lenyap dari pandangan. Saat itu pula, Dewa Rai Banjar baru sadar kalau sosok lelaki sepuh berpakaian serba putih yang barusan diajaknya bicara tersebut adalah makhluk dari alam gaib.
Sementara, Kepala Pasar Kidul Bangli, Jero Sabda, mengakui lokasi pasar di jantung kota ini memang keramat. Sisi keramat tersebut diyakini bertalian dengan sejarah Pasar Kidul Bangli, yang awalnya merupakan lokasi dari zaman kerajaan. Sejak zaman kerajaan hingga era kemerdekaan, kata Jero Sabda, di lokasi Pasar Kidul Bangli pernah tumbuh dua pohon yang amat dikeramatkan warga.
Satu di antaranya jenis pohon Beringin, sementara satunya lagi pohon Kersek. Pohon Beringin itu sendiri berada di tengah-tengah areal Pasar Kidul Bangli. “Posisinya sekarang di pintu utama sisi utara Pasar Kidul Bangli,” papar Jero Sabda, yang kemarin didampingi petugas Bagian Administrasi Pasar Kidul Bangli, Jero Mangku Suta.
Jero Sabda menyebutkan, begitu dikeramatkannya Beringin tersebut, sehingga tak sembarang orang diizinkan memangkas pohon ini. “Hanya warga dari Desa Pengotan (Kecamatan Bangli) yang diizinkan oleh raja untuk memangkas pohon Beringin keramat ini,” beber Jero Sabda.
Namun, pada akhirnya pohon Beringin keramat tersebut dipotoing total, menyusul dilakukannya perluasan dan pembangunan Pasar Kidul Bangli oleh pemerintah setempat. Sekarang, pohon Beringin keramat tersebut sudah tidak berbekas. Demikian pula pohon Keresek keramat yang sempat tumpuh di areal Pasar Kidul Bangli.
Menurut Jero Sabda, bukan tak mungkin dipotongnya pohon Beringin keramat di masa lalu ada kaitan secara niskala dengan periswita dua kali kebakaran Pasar Kidul Bangli dalam kutrun 5 tahun terakhir, yakni 11 September 2012 dan 6 Maret 2017. “Masalah ini akan saya sampaikan nanti dalam pertemuan dengan Pemkab Bangli dan para tokoh,” kata Jero Sabda.
Namanya di Bali, lanjut Jero Sabda, segala sesuatu harus dilihat dari dua aspek, yakni sekala dan niskala. “Saya percaya peristiwa kebakaran sampai dua kali di Pasar Kidul Bangli juga bertalian dengan aspek niskala,” imbuhnya.
Sememtara itu, salah seorang Panglingsir Puri Denpasar Bangli, Anak Agung Alit Sastrawan, 65, membenarkan dulunya ada perlakukan khusus terhadap pohon Beringin keramat yang tumbuh di tengah-tengah areal Pasar Kidul Bangli. “Dulu kan pasarnya tidak seperti sekarang, masih tradisional. Ada pohon Beringin di tengah-tengah pasar,” kenang Alit Sastrawan saat dikonfirmasi terpisah di Bangli, Selasa kemarin.
Menurut Alit Sastrawan, dulunya tidak sembarang orang yang diizinkan oleh raja untuk memangkas Beringin keramat tersebut. “Hanya warga dari Desa Pengotan yang diizinkan. Tentu beliau (Raja) yang tahu alasannya, kenapa,” katanya.
Meski demikian, Alit Sastrawan yakin perlakuan tersebut tidak terlepas dari keberadaan Beringin yang memang sebagai pohon suci. Sedangkan pasar merupakan bagian wewidangan puri.
Alit Sastrawan menyebutkan, selain pohon Beringin keramat, dulunya juga ada pohon Kresek keramat yang tumbuh di pojok tenggara Pasar Kidul Bangli. Kini, di bekas pohon Keresek keramat itu berdiri Palinggih Ratu Gede Sakti Barak Geni. “Ini merupakan salah satu palinggih tempat memohon keselamatan di Pasar Kidul Bangli,” ujar Jero Sabda. * k17
1
2
Komentar