Krama Bakbakan Tata Objek Panglukatan
GIANYAR, NusaBali
Masyarakat Desa Adat Bakbakan, Desa Bakbakan, Kecamatan Gianyar, Gianyar, kini menata lokasi panglukatan (permandian suci) di Beji Tukad Cebluk, desa setempat.
Bendesa Adat Bakbakan Ida Bagus Gede Purnama menyatakan air panglukatan ini selain untuk kebutuhan upacara, juga dipercaya warga dapat menyembuhkan penyakit kulit.
“Awalnya tempat ini dipakai nunas (mohon) Toya Ning (air bening) untuk upacara Ngaben. Fungsi lain tempat panglukatan ini konon untuk mengobati warga yang kena cacar, dan diyakini bisa sembuh,” ujar Ida Bagus Purnama, Senin (28/3).
Untuk penyembuhan sakit kulit, jelas dia, prosesinya sederhana. Diawali menghaturkan banten Pejati, melalui pamangku yang matur piuning. "Kalau sakit, boleh saja kesini, sebelumnya mandi dulu. Kecuali sedang menstruasi tidak boleh mandi,” jelasnya.
Kata Purnama, sudah banyak masyarakat yang mempercayai keampuhan air di panglukatan tersebut. Beji itu juga telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat desa setempat. Lokasi Beji terdiri dari beberapa bagian. Bagian utara terdapat taman pasucian Ida Batara saat Pujawali di Pura Kahyangan Tiga. Di selatan, tempat mandi masyarakat. “Karena dulu di rumah belum ada air PDAM, maka warga mandi di bagian selatan, dibedakan laki dan perempuan,” ujarnya.
Seiring berkembangnya zaman, setelah PDAM masuk rumah, tempat pemandian umum itu mulai jarang dipakai. “Sekarang kami perbaiki. Ke depan, taman pasucian Ida Bhatara kami perbaiki. Mulai ditata sejak Oktober 2021,” ungkapnya.
Kata dia, masyarakat bersemangat menata beji ini. Anak muda desa yang lihai mengukir ikut menyumbang karya mengukir tebing secara sukarela. “Ada relief, cuma belum bercerita. Ini ungkapan seni para yowana (kaum muda) di sini. Mereka bebas eksperimen,” ujarnya.
Keahlian anak muda itu tidak terlepas dari tradisi kerajinan patung di desa ini. “Sehingga karya mereka diimplementasikan di tebing ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, Desa Adat Bakbakan memiliki angan-angan untuk menjadikan beji tersebut sebagai objek wisata panglukatan. “Hasilnya nanti untuk menunjang kebutuhan upakara keagamaan. Ini sebatas angan-angan. Kalau ada pendanaan,” jelasnya.
Selain menata beji, pihak desa juga memerlukan akses yang strategis. Sebab, untuk menuju beji harus melewati sejumlah lahan warga. “Kami juga perlu akses. Kami akan kerja sama ke pemilik tanah untuk akses itu,” terangnya.
Pihaknya juga berharap pemerintah mendukung upaya Desa Adat Bakbakan. Baik dari sisi pendanaan hingga promosi. “Kami ingin pendapatan untuk adat. Harapan masyarakat, ingin ditata. Kami harap masyarakat juga ikut menjaga supaya tetap asri,” pintanya.*nvi
“Awalnya tempat ini dipakai nunas (mohon) Toya Ning (air bening) untuk upacara Ngaben. Fungsi lain tempat panglukatan ini konon untuk mengobati warga yang kena cacar, dan diyakini bisa sembuh,” ujar Ida Bagus Purnama, Senin (28/3).
Untuk penyembuhan sakit kulit, jelas dia, prosesinya sederhana. Diawali menghaturkan banten Pejati, melalui pamangku yang matur piuning. "Kalau sakit, boleh saja kesini, sebelumnya mandi dulu. Kecuali sedang menstruasi tidak boleh mandi,” jelasnya.
Kata Purnama, sudah banyak masyarakat yang mempercayai keampuhan air di panglukatan tersebut. Beji itu juga telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat desa setempat. Lokasi Beji terdiri dari beberapa bagian. Bagian utara terdapat taman pasucian Ida Batara saat Pujawali di Pura Kahyangan Tiga. Di selatan, tempat mandi masyarakat. “Karena dulu di rumah belum ada air PDAM, maka warga mandi di bagian selatan, dibedakan laki dan perempuan,” ujarnya.
Seiring berkembangnya zaman, setelah PDAM masuk rumah, tempat pemandian umum itu mulai jarang dipakai. “Sekarang kami perbaiki. Ke depan, taman pasucian Ida Bhatara kami perbaiki. Mulai ditata sejak Oktober 2021,” ungkapnya.
Kata dia, masyarakat bersemangat menata beji ini. Anak muda desa yang lihai mengukir ikut menyumbang karya mengukir tebing secara sukarela. “Ada relief, cuma belum bercerita. Ini ungkapan seni para yowana (kaum muda) di sini. Mereka bebas eksperimen,” ujarnya.
Keahlian anak muda itu tidak terlepas dari tradisi kerajinan patung di desa ini. “Sehingga karya mereka diimplementasikan di tebing ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, Desa Adat Bakbakan memiliki angan-angan untuk menjadikan beji tersebut sebagai objek wisata panglukatan. “Hasilnya nanti untuk menunjang kebutuhan upakara keagamaan. Ini sebatas angan-angan. Kalau ada pendanaan,” jelasnya.
Selain menata beji, pihak desa juga memerlukan akses yang strategis. Sebab, untuk menuju beji harus melewati sejumlah lahan warga. “Kami juga perlu akses. Kami akan kerja sama ke pemilik tanah untuk akses itu,” terangnya.
Pihaknya juga berharap pemerintah mendukung upaya Desa Adat Bakbakan. Baik dari sisi pendanaan hingga promosi. “Kami ingin pendapatan untuk adat. Harapan masyarakat, ingin ditata. Kami harap masyarakat juga ikut menjaga supaya tetap asri,” pintanya.*nvi
1
Komentar