Sempat Mati Suri Selama 4 Hari
Launching Buku 'True Story Mbak Ipung (Daeng Ipung)'
DENPASAR, NusaBali
Pengacara yang juga aktivis perempuan dan anak, Siti Sapura atau yang akrab disapa Ipung meluncurkan buku perjalanan hidupnya di Kantor Advokat Siti Sapura dan rekan di Jalan Pulau Buton, Denpasar pada Selasa (29/3).
Dalam buku setebal 186 halaman ini, penulis Vivi Suryanitta mengupas lika liku perjalanan Ipung yang mulai menapak naik usai mengawal kasus pembunuhan Engeline, 9.
"Niat saya untuk membuat buku ini sudah sangat lama, jauh sebelum menangani kasus Engeline, saya sudah punya keinginan untuk membuat buku tentang saya," ujar Ipung.
Dalam buku terungkap jika nama asli Siti Sapura adalah Ipung, anak dari Daeng Abdul Kadir (almarhum). Bukan Sapura atau Siti Sapura seperti yang orang kenal selama ini. Sejak ayahnya meninggal, Ipung mengatakan jika kehidupannya berubah drastis dari putri seorang pengusaha sukses di Serangan, Denpasar, menjadi anak sebatang kara.
Diusia 4 tahun, dia sudah banting tulang menangkap nener (anak ikan bandeng) dan keong yang ada di pantai. Tidak hanya itu, Ipung kecil juga mengurus pekerjaan rumah seperti mengepel lantai, mencuci piring dan pakaian, menyapu rumah dan lainnya.
Peristiwa cukup tragis dialami Daeng Ipung ketika berusia 22 tahun. Dimana saat itu dia hanya mengenakan pakaian tidur, mendadak ditarik dari kamar oleh orang-orang yang selama ini dianggapnya keluarga. "Dengan tega mereka lalu menginjak-injak saya mulai dari kepala hingga kaki. Jangan ditanya rasa sakit dan luka hati yang saya alami. Setelah puas menginjak-injak, saya dilempar begitu saja di depan rumah," bebernya.
Seminggu setelah dianiaya, Daeng Ipung nekat menenggak cairan pembasmi serangga. Namun ia hanya tidak sadarkan diri dan mati suri selama 4 hari dalam perawatan di RSUP Sanglah Denpasar. Daeng Ipung tak berhenti menyalahkan Tuhan, lantaran ingin mengakhiri hidup namun masih diberi nafas. Pada saat sadar usai mati suri, ia terngiang petuah almarhum ayahnya, "Jadilah orang kuat, berani, berani, selama kamu benar dan jujur".
"Petuah Bapak, orang yang sungguh mencintai saya dengan segenap rasa yang dimilikinya. Petuah Bapak akhirnya menjadi cemeti supaya tetap bertahan," ujarnya.
Ipung juga mengungkapkan, dibuatnya buku ini untuk mencari identitas tentang dirinya, memberi pesan kepada keluarga besar Daeng Abdul Kadir, Daeng Syaban dan Daeng Sappar bahwa di Denpasar, Bali ada keturunan mereka yang masih hidup sampai sekarang.
"Saya Daeng Ipung anak dari Daeng Abdul Kadir. Saya pingin mereka yang ada di Bugis mendatangi saya, saya masih hidup, carilah saya karena saya tidak bisa mencari kalian dan saya tidak mempunyai satu lembar identitas pun tentang diri saya," tuturnya. *rez
Komentar