Asyik! Mbak Rara ‘Pawang Hujan’ Beraksi di Stadion Dipta
GIANYAR, NusaBali
Belum hilang dalam ingatan aksi unik Rara Istiati Wulandari atau dikenal dengan Mbak Rara, sebagai pawang hujan dalam gelaran MotoGP Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada, Minggu (20/3) lalu.
Kini Mbak Rara kembali bikin heboh karena kehadirannya di Stadion Kapten I Wayan Dipta Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, pada laga pamungkas antara Bali United vs Persik Kediri, Kamis (31/3) malam.
Jika di Sirkuit Mandalika, Mbak Rara diminta memindahkan hujan, di Stadion Dipta Gianyar selain memindahkan hujan, dia juga berusaha mengurai massa suporter yang berkerumun menghadang bus tim Bali United yang sedang mengarah menuju ke Taman Kota Gianyar, Kamis malam. Di sana rencananya para pemain akan menemui para pendukung yang melakukan acara nonton bareng (Nobar) yang diselenggarakan Pemkab Gianyar.
Mbak Rara menyebut selama massa mengerumuni bus Bali United yang mengarah ke Taman Kota, dia menggunakan energi spiritual untuk melindungi para suporter agar tidak ada yang terluka. "Rara menggunakan energi spiritual melik, buat perlahan-lahan mengurai massa fans Bali United agar bus bisa jalan," tulis Mbak Rara dalam laman media sosial Instagramnya, rara_cahayatarotindigi, yang diunggah sehari setelah beraksi di Gianyar, Jumat (1/4).
Rara mengaku serba salah dalam situasi tersebut, karena selain harus mengawal bus Bali United, dia juga sekaligus harus mengawal fans Bali United, kepolisian, dan pihak Manajemen Bali United. "Sempat dilema, manajemen maunya tropi diarak ke tempat nobar yang diselenggarakan oleh Bupati Gianyar, sedangkan fans Bali United nggak mau hal itu," sebutnya. "Mereka bilang no politics, bus Bali United harus pulang," Rara melanjutkan.
Syukurnya, lanjut Rara, singing bowl yang selalu dibawanya memberi isyarat. Ketika sedang mengawal bus, terlihat ada arah belokan kembali menuju balik mess Bali United. Singing bowl Mbak Rara mengeluarkan suara nyaring pada saat itu. "Jujur tubuh fisik Mbak Rara udah nggak kuat, mau pakai tubuh halu spiritual melik ya masih bisa, hanya badan bisa lelah sekali," ungkap perempuan kelahiran Papua 38 tahun silam ini.
Massa, ujarnya, sempat berteriak meminta hujan, Mbak Rara mencoba mendatangkan hujan namun tidak memungkinkan. Menurutnya cara yang bisa dicoba adalah dengan minum es atau menaruh es di elemen tanah, agar bisa menjadi media menembus ke langit, menembus izin Tuhan agar hujan turun. Cara lainnya adalah Rara harus keluar dari area Stadion Dipta, tapi itu berarti harus jauh dari bus dan fans yang sedang dikawalnya.
Akhirnya Mbak Rara memilih opsi negosiasi. Meminta kepolisian membujuk Manajemen Bali United dan Bupati Gianyar agar bus yang membawa pemain Bali United balik ke markas tim saja.
Negosiasi berlangsung alot namun akhirnya berhasil. Bus Bali United balik arah, pulang menuju markas. Para suporter yang sebelumnya mengerumuni bus perlahan membubarkan diri memberi jalan kepada bus. "Rasanya happy, damai semua," kata Mbak Rara.
Mbak Rara mengaku sudah sejak H-1 pertandingan berdoa di area Stadion Dipta, memohon cuaca cerah pada saat pertandingan. Terbukti tidak terjadi hujan sepanjang pertandingan dan pada saat prosesi penyerahan tropi juara Liga 1 kepada Bali United.
Mbak Rara lahir di Papua pada 22 Oktober 1983. Meski lahir di Papua, Rara yang penganut Kejawen ini berdarah Jawa. Rara yang kini tinggal di Bali sudah lama mempelajari ilmu menjadi 'pawang hujan', sejak dirinya masih kecil. Dilansir dari CNN dan dikutip detik.com, Minggu (20/3) lalu Rara mulai belajar pawang sejak umur sembilan tahun. Dalam aksinya sebagai Pawang Hujan Mandalika, Rara juga tampak membawa alat-alat khusus seperti mangkok emas (singing bowl) untuk meredakan hujan di area lokasi. Sebelumnya, dia juga sempat menjadi pawang hujan untuk acara vaksinasi massal, kampanye Presiden Jokowi, hingga upacara pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Budayawan Bali, I Gede Anom Ranuara atau yang akrab disapa Guru Anom melihat ritual pawang hujan atau di Bali disebut Nerang yang dilakukan Mbak Rara merupakan perpaduan beberapa budaya. Singing bowl yang setia menemani dalam setiap kesempatan, termasuk pada saat mengawal bus dan fans Bali United banyak ditemukan di India.
Ketika Mbak Rara Nerang di Mandalika, Guru Anom melihat sarana yang digunakan juga banyak memadukan budaya Bali hingga kebudayaan Dayak.
Guru Anom yang juga pernah melakukan ritual Nerang menuturkan, seorang juru Nerang di Bali, sebelum melakukan ritual juga harus meminta izin kepada Sesuhunan yang dipuja di tempat akan melakukan ritual Nerang. "Ini suatu bentuk budaya, kearifan lokal, yang memang perlu kita lestarikan dan difungsikan sebagaimana fungsinya," sebut Guru Anom saat dihubungi via telepon, Jumat kemarin.
Untuk diketahui, selepas Bali United menerima tropi juara Liga 1, Kamis malam sempat terjadi insiden penghadangan bus tim Bali United yang hendak menuju acara nonton bareng (Nobar) di Taman Kota Gianyar. Hal ini mengakibatkan bus tertahan hingga tengah malam. Setelah Manajemen Bali United memutuskan batal menuju Taman Kota, suporter mulai tenang, membiarkan bus melaju perlahan. Saat itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 00.30 Wita. *cr78
1
Komentar