Warisan Turun-temurun Sebagai Pemberitahuan Segera Digelar Karya Agung
Tradisi Ngambeng Tanda Dimulainya Karya Padudusan Agung Pura Samuantiga Desa Bedulu, Blahbatuh
Ngambeng juga dilakukan pengayah khusus Pura Samuan Tiga yang disebut Parekan bagi kaum laki-laki dan pengayah Permas sebutan bagi pengayah wanita.
GIANYAR, NusaBali
Tradisi Ngambeng dilakukan anak-anak Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar pada rahina Tilem Kedasa, Sukra Paing Sinta, Jumat (1/4). Ngambeng dilakukan selama 9 hari hingga Sabtu (9/4). Sementara puncak Karya akan berlangsung pada Rahina Purnama Jiyesta, Redite Pon Kulantir, Minggu (17/4).
Bendesa Pura Samuantiga I Gusti Ngurah Made Serana menjelaskan tradisi ini sebagai tanda dimulainya rangkaian Karya Padudusan Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. "Ngambeng menjadi cara yang diwariskan secara turun temurun untuk memberitahu krama pengempon Pura, bahwa segera akan dilaksanakan piodalan ataupun karya agung," jelas Ngurah Serana, Jumat (1/4).
Dalam tradisi ngambeng itu, biasanya lebih banyak melibatkan anak-anak usia sekolah dasar (SD). "Mereka berkelompok, memasuki rumah warga. Setelah mengucapkan salam Om Swastyastu, anak-anak mengucapkan ‘Tiyang ngambeng’," jelas Ngurah Serana yang juga anggota DPRD Gianyar ini. Kedatangan pengayah Ngambeng ini kemudian diberikan persembahan berupa sarana prasarana upakara seikhlasnya. Bisa berupa beras, buah kelapa, janur, buah-buahan dan sarana upakara lain. "Krama dengan tulus ikhlas mempersembahkan sarana yang ada di rumahnya untuk dihaturkan ke pura melalui pengayah Ngambeng," jelas Serana.
Selain anak-anak, tradisi ngambeng juga dilakukan kelompok Yowana dari anggota sekaa teruna pengempon Pura Samuantiga. Ngambeng juga dilakukan pengayah khusus Pura Samuan Tiga yang disebut Parekan bagi kaum laki-lakinya dan pengayah Permas sebutan bagi pengayah wanita. "Ngambeng oleh Parekan maupun Permas ini, biasanya lebih mengkhusus untuk mencari bahan upacara tertentu. Misalnya bunga merak untuk menghias dan bungkak atau kelapa muda," jelasnya.
Selain tradisi ngambeng, hari yang sama juga dilaksanakan prosesi upacara nyambut karya dan maturan pawilet. Maturan pawilet juga maknanya sama dengan Ngambeng, hanya beda cara. Maturan pawilet ini, biasanya berupa beras, telur, maupun material lain yang dapat menunjang pelaksanaan upacara. Jika ngambeng dijemput pengayah ngambeng, maturan pawilet dilakukan umat dari berbagai daerah yang datang ke Pura Samuantiga untuk menghaturkan berbagai bahan penunjang upacara.
"Krama yang maturan pewilet ini, lebih banyak dilakukan oleh pangempon Pura Samuantiga dan krama pengempon Pura yang tinggal di luar daerah maupun yang sudah menikah ke luar desa," jelas Ngurah Serana. Sementara menurut Panglingsir Sabha Pura Samuantiga Ida Bagus Parsa, Pura Samuantiga diempon oleh 5 desa adat. Di antaranya Desa Adat Wanayu Mas, Desa Adat Taman, Desa Adat Bedulu, yang ada di Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh. Sedangkan dua desa adat lainnya, Desa Adat Tengkulak Kaja dan Desa Adat Tengkulak Tengah, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati.
Lebih lanjut dijelaskan, usai tradisi ngambeng dan maturan pawilet, dilakukan upacara pengrawuh. Dilakukan menjelang malam hari. "Sesuai kepercayaan, akan ada tanda berupa sinar berbentuk bola api dari atas area Pura Samuantiga menuju mandala suci Pura. Fenomena ini biasanya hanya dilihat oleh Pamangku Pura dan beberapa orang yang ada di area suci Pura," jelasnya.
Dua hari setelah pengrawuh, dilakukan upacara Negtegan lan Munggahan Sunari, tepatnya 12 April 2022 pukul 09.00 Wita. Keesokan harinya, 13 April 2022 dilaksanakan Mapekeling Karya lan Nyangling. Upacara Nyangling ini, merupakan tahapan untuk menyucikan secara simbolis, seluruh bahan upakara yang akan digunakan dalam Karya Padudusan Agung. Pada hari itu, juga dilakukan nunas tirta pakuluh atau air suci dari Puncak Gunung Agung di Karangasem.
Tiga hari menjelang puncak karya, digelar upacara Mapepada, Ngamedalian Ida Bhatara lanjut Ngias pretima Ida Bhatara, serta Memben Banten. Keesokannya, 15 April 2022, dilaksanakan upacara Tawur Panca Sanak Agung.
Puncak Karya Padudusan Agung yang dilaksanakan pada rahina Purnama Jiyesta, Redite Pon Kulantir, Minggu (17/4) Pukul 09.00 Wita. Dalam prosesi Mukiang Karya ini juga dirangkai dengan upacara Mapeselang dan upacara Memasar. Setelah dilaksanakan puncak Karya Padudusan Agung, setiap harinya dilakukan upacara Nganyarin yang melibatkan seluruh desa adat, melalui Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten dan Kota se Bali.
Tiga hari setelah puncak Karya Padudusan Agung, Ida Bhatara Ratu Manca dan Ida Bhatara Pura Penataran Sasih Pejeng budal menuju Pura Payogan masing-masing. Ritual ini, diawali dengan tradisi Masiat Sampian yang dikuti lebih dari 400 pengayah Parekan dan puluhan Permas. Parekan adalah pengayah khusus dari kelompok pria, sedangkan Permas adalah pengayah dari kalangan perempuan.
Serangkaian Karya Padudusan Agung ini, juga dilaksanakan piodalan di Pura Dalem Puri yang ada di sisi timur Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. Selain Pura Dalem Puri, di area Pura Samuantiga juga terdapat Pura Palinggih Sedaan Atma, Pura Geduh dan Pura Titi Gonggang. Selanjutnya Pemelastian akan dilaksanakan pada hari kesebelas mulai pukul 05.00 Wita sampai selesai. Tradisi ini dilakukan dengan berjalan kaki yang diikuti ribuan orang pengiring menuju Pantai Masceti di Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh.
Sebagai akhir dari rangkaian Karya Padudusan Agung, dilaksanakan Ida Bhatara Masineb pada 29 April 2022. Dan keesokan harinya dilangsungkan tradisi Mejaga-jaga yang dirangkai Mecaru Eka Sata dan Panca Sata. Mecaru ini kemudian disusul dengan ritual Penyepian Pura. "Seperti hari raya Nyepi pada tilem kesanga, Penyepian Pura dilakukan dengan menjalankan catur brata penyepian dan menutup area suci Pura Samuantiga, selama sehari penuh selama 24 jam," jelasnya. *nvi
Bendesa Pura Samuantiga I Gusti Ngurah Made Serana menjelaskan tradisi ini sebagai tanda dimulainya rangkaian Karya Padudusan Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. "Ngambeng menjadi cara yang diwariskan secara turun temurun untuk memberitahu krama pengempon Pura, bahwa segera akan dilaksanakan piodalan ataupun karya agung," jelas Ngurah Serana, Jumat (1/4).
Dalam tradisi ngambeng itu, biasanya lebih banyak melibatkan anak-anak usia sekolah dasar (SD). "Mereka berkelompok, memasuki rumah warga. Setelah mengucapkan salam Om Swastyastu, anak-anak mengucapkan ‘Tiyang ngambeng’," jelas Ngurah Serana yang juga anggota DPRD Gianyar ini. Kedatangan pengayah Ngambeng ini kemudian diberikan persembahan berupa sarana prasarana upakara seikhlasnya. Bisa berupa beras, buah kelapa, janur, buah-buahan dan sarana upakara lain. "Krama dengan tulus ikhlas mempersembahkan sarana yang ada di rumahnya untuk dihaturkan ke pura melalui pengayah Ngambeng," jelas Serana.
Selain anak-anak, tradisi ngambeng juga dilakukan kelompok Yowana dari anggota sekaa teruna pengempon Pura Samuantiga. Ngambeng juga dilakukan pengayah khusus Pura Samuan Tiga yang disebut Parekan bagi kaum laki-lakinya dan pengayah Permas sebutan bagi pengayah wanita. "Ngambeng oleh Parekan maupun Permas ini, biasanya lebih mengkhusus untuk mencari bahan upacara tertentu. Misalnya bunga merak untuk menghias dan bungkak atau kelapa muda," jelasnya.
Selain tradisi ngambeng, hari yang sama juga dilaksanakan prosesi upacara nyambut karya dan maturan pawilet. Maturan pawilet juga maknanya sama dengan Ngambeng, hanya beda cara. Maturan pawilet ini, biasanya berupa beras, telur, maupun material lain yang dapat menunjang pelaksanaan upacara. Jika ngambeng dijemput pengayah ngambeng, maturan pawilet dilakukan umat dari berbagai daerah yang datang ke Pura Samuantiga untuk menghaturkan berbagai bahan penunjang upacara.
"Krama yang maturan pewilet ini, lebih banyak dilakukan oleh pangempon Pura Samuantiga dan krama pengempon Pura yang tinggal di luar daerah maupun yang sudah menikah ke luar desa," jelas Ngurah Serana. Sementara menurut Panglingsir Sabha Pura Samuantiga Ida Bagus Parsa, Pura Samuantiga diempon oleh 5 desa adat. Di antaranya Desa Adat Wanayu Mas, Desa Adat Taman, Desa Adat Bedulu, yang ada di Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh. Sedangkan dua desa adat lainnya, Desa Adat Tengkulak Kaja dan Desa Adat Tengkulak Tengah, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati.
Lebih lanjut dijelaskan, usai tradisi ngambeng dan maturan pawilet, dilakukan upacara pengrawuh. Dilakukan menjelang malam hari. "Sesuai kepercayaan, akan ada tanda berupa sinar berbentuk bola api dari atas area Pura Samuantiga menuju mandala suci Pura. Fenomena ini biasanya hanya dilihat oleh Pamangku Pura dan beberapa orang yang ada di area suci Pura," jelasnya.
Dua hari setelah pengrawuh, dilakukan upacara Negtegan lan Munggahan Sunari, tepatnya 12 April 2022 pukul 09.00 Wita. Keesokan harinya, 13 April 2022 dilaksanakan Mapekeling Karya lan Nyangling. Upacara Nyangling ini, merupakan tahapan untuk menyucikan secara simbolis, seluruh bahan upakara yang akan digunakan dalam Karya Padudusan Agung. Pada hari itu, juga dilakukan nunas tirta pakuluh atau air suci dari Puncak Gunung Agung di Karangasem.
Tiga hari menjelang puncak karya, digelar upacara Mapepada, Ngamedalian Ida Bhatara lanjut Ngias pretima Ida Bhatara, serta Memben Banten. Keesokannya, 15 April 2022, dilaksanakan upacara Tawur Panca Sanak Agung.
Puncak Karya Padudusan Agung yang dilaksanakan pada rahina Purnama Jiyesta, Redite Pon Kulantir, Minggu (17/4) Pukul 09.00 Wita. Dalam prosesi Mukiang Karya ini juga dirangkai dengan upacara Mapeselang dan upacara Memasar. Setelah dilaksanakan puncak Karya Padudusan Agung, setiap harinya dilakukan upacara Nganyarin yang melibatkan seluruh desa adat, melalui Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten dan Kota se Bali.
Tiga hari setelah puncak Karya Padudusan Agung, Ida Bhatara Ratu Manca dan Ida Bhatara Pura Penataran Sasih Pejeng budal menuju Pura Payogan masing-masing. Ritual ini, diawali dengan tradisi Masiat Sampian yang dikuti lebih dari 400 pengayah Parekan dan puluhan Permas. Parekan adalah pengayah khusus dari kelompok pria, sedangkan Permas adalah pengayah dari kalangan perempuan.
Serangkaian Karya Padudusan Agung ini, juga dilaksanakan piodalan di Pura Dalem Puri yang ada di sisi timur Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. Selain Pura Dalem Puri, di area Pura Samuantiga juga terdapat Pura Palinggih Sedaan Atma, Pura Geduh dan Pura Titi Gonggang. Selanjutnya Pemelastian akan dilaksanakan pada hari kesebelas mulai pukul 05.00 Wita sampai selesai. Tradisi ini dilakukan dengan berjalan kaki yang diikuti ribuan orang pengiring menuju Pantai Masceti di Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh.
Sebagai akhir dari rangkaian Karya Padudusan Agung, dilaksanakan Ida Bhatara Masineb pada 29 April 2022. Dan keesokan harinya dilangsungkan tradisi Mejaga-jaga yang dirangkai Mecaru Eka Sata dan Panca Sata. Mecaru ini kemudian disusul dengan ritual Penyepian Pura. "Seperti hari raya Nyepi pada tilem kesanga, Penyepian Pura dilakukan dengan menjalankan catur brata penyepian dan menutup area suci Pura Samuantiga, selama sehari penuh selama 24 jam," jelasnya. *nvi
Komentar