Banyak Peminat, Festival Ogoh-ogoh di GWK Akan Dibuat Lebih Meriah
MANGUPURA, NusaBali
Festival ogoh-ogoh yang digelar di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Kecamatan Kuta Selatan diminati oleh kangan seniman.
Hal ini terbukti yang ikut serta dalam lomba hampir berasal dari seluruh Pulau Dewata. Antusiasme seniman ini menjadi perhatian serius pihak management untuk melaksanakan event serupa secara berkesinambungan. Bahkan rencananya akan dilakukan setiap tahun dan menampilkan lebih banyak seniman.
Marketing Communication and Event Division Head Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Andre R Prawiradisastra, mengatkan festival ogoh-ogoh yang dilaksanakan melibatkan sekitar 120 peserta dari seluruh Bali. Puncak kegiatan berlangsung pada Sabtu sore setelah melewati berbagai rangakaian selama hampir satu sebulan. Menariknya, antusiasme masyarakat dalam gelaran festival ogoh-ogoh itu sama sekali tidak diduga. Hal inilah yang menjadi pemicu akan diselenggarakan kegiatan yang lebih besar ke depannya.
“Awalnya kami perkirakan dari wilayah yang ada di Ungasan dan sekitarnya saja. Namun, ternyata ada yang dari Denpasar, Buleleng, dan wilayah lainnya yang terlibat,” kata Andra di sela-sela penilaian yang digelar, Sabtu (2/4) sore.
Andre mengaku, antusiasme masyarakat ini disebabkan adanya keterlibatan sejumlah maestro ogoh-ogoh dalam penilaian. Adapun tiga maestro yang terlibat masing-masing Ida Bagus Nyoman Surya Wigenem, Marmar Herayukti, dan Komang Gede Sentana Putra. Selain itu, maestro ogoh-ogoh ini juga ikut memberikan workshop terkait cara pembuatan atau pembentukan anatomi ogoh-ogoh.
Dalam festival kali ini, Andre juga mengaku tidak membatasi bahan yang digunakan. Hal ini dikhawatirkan membatasi kreativitas masyarakat. “Kalau sebelumnya ada pembatasan terkait bahan. Tapi kali ini sesuai hasil koordinasi dengan sejumlah seniman, akhirnya tidak ada bahan yang dilarang. Jangan sampai nantinya justru menghambat kreativitas yang terlibat,” jelas Andre.
Masih menurut dia, adapun tujuan dari festival ogoh-ogoh ini diharapkan bisa meningkatkan kreativitas dan mengajak masyarakat Bali untuk terus berkarya serta menjaga tradisi. Apalagi, hasil karya yang terlibat dalam festival ini akan ditampilkan secara khusus di area patung GWK. Nantinya, karya yang keluar sebagai juara dipajang selama setahun dan diberikan akses kepada pengunjung untuk melihat karya-karya tersebut. “Nanti karya ini akan dilihat oleh pengunjung secara luas. Bagi mereka yang sama sekali belum mengetahui, tentu bisa melihat di kawasan GWK. Jadi ada pengalaman dari pengunjung yang datang,” kata Andre.
Kemudian hasil penilaian dari dewan juri, karya ogoh-ogoh yang keluar sebagai juara dari 10 kategori masing-masing, yakni best of the best adalah I Made Adanyana Putra dengan judul karya Kumbakarna Pejah Amurti Ratu. Kemudian kategori anatomi terbaik dari Marupa Production dengan judul karya Detya Sura Butha Antaka. Untuk kategori ekspresi terbaik oleh I Gede Hadi Susena dengan judul karya Reratuning Pengiwa Iwa.
Selanjutnya kategori konsep dan desain terbaik dari Swecan Widhi dengan judul karya Puputan. Pada kategori inovasi dan teknologi terbaik oleh pasukan kera dengan judul karya Trineta. Kemudian pada kategori kostum payasan terbaik oleh I Gede Gana Palguna W dengan karya Amuk Dewa Kuwera.
Sementara, untuk favorit juri I milik Ces Art Studio dengan tema karya Prabu Watugunung Embas. Kemudian favorit juri II milik I Gede Hadi Susena judul karya Reratuning Pengiwa Iwa. Selanjutnya, favorit juri III milik I Made Adanyana Putra dengan judul karya Kumbakarna Pejah Amurti Ratu. Pada kategori terakhir adalah Favorit Online milik SMP Dwijendra Bualu dengan tema karya Sandikala. *dar
Komentar