Satu-satunya Teknisi Pesawat Tempur Perempuan di Indonesia
Srikandi asal Desa Nyambu, Tabanan, Letda Tek Ida Ayu Damayanti
TABANAN, NusaBali
Mantan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat Kabupaten Tabanan tahun 2013, Ida Ayu Damayanti kini sukses menjadi Anggota TNI Angkatan Udara.
Bahkan, dia kini adalah Teknisi Pesawat Tempur perempuan satu-satunya di Indonesia. Letda Tek Ida Ayu Damayanti menangani pesawat tempur F16 Fighting Falcon di Skadron 3, Lanud Iswahyudi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Perempuan yang biasa disapa Dayu ini, sudah bertugas di sana selama tiga tahun tiga bulan. Dia berkarir di TNI Angkatan Udara setelah tamat dari SMAN 1 Kediri, Tabanan (SMA Bakta) tahun 2014 lalu. Kala itu, kata Dayu, dia mendapat informasi dibuka pendaftaran masuk Akademi Angkatan Udara (AAU) dari senior di sekolahnya.
"Ketika itu saya sedang latihan Paskibraka untuk tingkat kabupaten. Senior di sekolah saya, sosialisasi mengenai pendaftaran di AAU. Dia juga merupakan lulusan dari akademi," ujar Dayu Damayanti saat dihubungi NusaBali, Senin (4/4). Adanya sosialisasi tersebut, membuat Dayu tertarik mendaftar ke AAU.
Dia juga tidak berpikir lagi mendaftar di matra lain. Bagi Dayu, matra TNI AU sudah sesuai dengannya. Apalagi, jika sudah bertugas di lapangan dia sangat menyukai itu. Anak kedua dari tiga bersaudara ini pun pergi ke Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta untuk mendaftar sebagai Taruni AAU. Dia menumpang dengan keluarga dari pihak ayahnya selama dua bulan di Jakarta guna mengikuti tahapan seleksi. Hasilnya, Dayu dinyatakan lolos. "Jalan dari Tuhan, saya bisa masuk AAU lantaran saya tidak pernah bermimpi sama sekali. Saya mencoba mendaftar dan lulus AAU. Saya sangat bersyukur," ucap Dayu.
Lulus seleksi masuk AAU, Dayu menjalani pendidikan di Magelang, Jawa Tengah. Di sana, pendidikan digabung dengan matra lainnya selama satu tahun. Selanjutnya Dayu Damayanti menempuh pendidikan di Jogjakarta selama tiga tahun. Di AAU ada beberapa bagian seperti penerbang, teknisi dan administrasi.
Dari hasil psikotest, Dayu mendapat bagian teknisi. Dayu selanjutnya menjalani pendidikan di Sekolah Kecabangan Teknisi di Lanud Husain Sastranegara, Bandung, Jawa Barat selama enam bulan. Ketika mengikuti pendidikan di sana, Dayu merupakan satu-satunya teknisi perempuan dari 11 orang yang belajar.
Putri dari Ida Bagus Putu Sunarbawa dan Ida Ayu Putu Yadnyani ini tidak mengalami kesulitan mengikuti pendidikan teknisi. Padahal, dia baru menekuni bidang tersebut. Apalagi selama sekolah, dia tidak pernah menggeluti bidang teknisi, termasuk untuk memperbaiki kerusakan mobil atau motor.
Namun, setelah Sekolah Kecabangan Teknisi, Dayu mampu memperbaiki pesawat tempur. "Semua keahlian itu saya dapat dari belajar. Jadi, asal kita mau belajar, pasti bisa melakukannya," ucap Dayu. Tamat dari Sekolah Kecabangan Teknisi, Dayu mendapat penugasan di Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Awal mendapat penugasan di sana Dayu merasa kaget. Sebab Skadron 3 dikenal sebagai skadron terbaik di TNI AU. Dayu berusaha bekerja maksimal. Terlebih dia adalah teknisi perempuan satu-satunya, karena 90 persen di tempatnya bekerja adalah laki-laki. "Di seluruh skadron di Indonesia, baru saya saja perempuan yang menjadi teknisi pesawat tempur," jelas Dayu.
Meski sebagai satu-satunya teknisi pesawat tempur perempuan, Dayu tetap mendapat tugas seperti teknisi pria lainnya. Dia mendapat tugas memperbaiki pesawat jika ada laporan dari penerbang. Menurut Dayu agar perempuan tidak dianggap lemah harus dibuktikan dalam bekerja, cara penampilan, berpendapat dan memecahkan masalah. "Sebagai perwira teknisi, kita juga memberikan supervisi dan berada di lapangan bersama anggota walau cuaca panas dan berdebu. Selain itu, memberi masukan, monitor pekerjaan anggota, cek dan ricek kondisi pesawat serta memastikan pesawat bisa terbang atau tidak," papar Dayu.
Selama menjalani tugas, Dayu mengaku, tidak masalah. Semua berjalan lancar. Ketika Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa bersama istri Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati atau biasa disapa Hetty Andika Perkasa melakukan kunjungan ke Lanud Iswayudi pada 22 Maret 2022 lalu dan didampingi KASAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Dayu stand by di samping pesawat.
Hetty Andika Perkasa lalu memanggilnya. Dayu Damayanti memperkenalkan diri sebagai teknisi. Kemudian Dayu menjelaskan tentang pesawat kepada Hetty Andika Perkasa. Hetty sangat mengapresiasi pekerjaan Dayu. Bahkan, menganggapnya adalah sosok yang hebat karena menjadi perempuan satu-satunya teknisi pesawat tempur. Hetty pun, menceritakan kepada Panglima TNI Jenderal Andika.
Panglima TNI Jenderal Andika juga menilai Dayu sosok hebat. Moment tersebut terekam dan disiarkan di channel Youtube Panglima TNI Jenderal Andika. Dayu mengatakan, sangat senang bertatap muka dengan orang nomor satu di TNI. Lantaran selama ini hanya bisa melihat di televisi. "Itu merupakan pertemuan pertama saya dengan Panglima dan istri. Jika dengan KASAU, saya pernah beberapa kali bertemu," kata Dayu. Keluarga di Tabanan, lanjut Dayu, juga sangat senang dan bangga dia bisa bertemu Panglima TNI dan istri. Tak ketinggalan mendoakan Dayu agar selalu lancar dalam bertugas.
Perempuan kelahiran Tohjiwa, Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Tabanan 16 November 1995 ini sendiri selalu menyempatkan diri pulang ke kampung halaman setiap tiga bulan atau empat bulan sekali. Dia mengambil cuti sekitar seminggu demi bertemu keluarga. "Saya pulang di hari raya atau hari-hari besar lainnya. Saya cuti sekitar satu minggu. Jika weekend dan ada waktu, saya pulang sekitar tiga hari," jelas Dayu.
NusaBali sempat bertandang ke kediaman Dayu Damayanti di Gria Purna Dauh Poh di Banjar Tohjiwa, Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Tabanan, Senin kemarin. Kedua orangtua Dayu Damayanti, yakni Ida Bagus Putu Sunarbawa dan Ida Ayu Putu Yadnyani saat ditanya soal putrinya yang kini menjadi Teknisi Pesawat Tempur menuturkan putri kedua mereka sejak kecil tidak suka neko-neko. Orangnya memang seperti tomboy. Misalnya apa yang tidak biasa dilakukan saudaranya, Dayu Damayanti justru melakoninya.
“Dayu Made (sapaan Ida Ayu Damayanti) memang dari kecil kayak tomboy,” ucap Ida Ayu Putu Yadnyani. Jika sedang mencari buah-buahan, kalau kakaknya tak bisa melakukannya, Dayu Damayanti yang melakukannya. “Dia dah cari, pokoknya wanen (berani),” lanjut Ida Ayu Yadnyani.
Tidak hanya anak ‘wanen’ atau pemberani, anak kedua dari tiga bersaudara ini memang dikenal berprestasi di sekolah sejak dari TK di TK Kumara Ria di Desa Nyambu. “Mejalan dumun masekolah tan ket alih tiyang, waktu rauh bawa sertifikat polih juara I,” lanjutnya. Kadang-kadang diantar ke TK atau kalau tak sempat dia jalan kaki sendiri. Jaraknya lumayan untuk ukuran anak TK, yakni 1 kilometer.
Kemudian melanjutkan ke SD 1 Nyambu, juga berprestasi dapat juara juga. Hanya Ida Ayu Yadnyani tidak persis urutan juaranya. Demikian juga ketika di SMP di SMPN 4 Kediri di Kaba-Kaba. Ke SMPN 4, Dayu Damayanti menurut ibunya bersepeda sepanjang 3 kilometer. Selanjutnya sekolah di SMA 1 Kediri.
Waktu di SMAN 1 Kediri, Dayu Damayanti aktif di sekolah ikut paskibraka, pramuka. Pokoknya senang mengikuti kegiatan ekstra tersebut. Karena aktivitasnya itu dia mendapatkan beasiswa. Dia juga memang sudah mempersiapkan diri untuk masuk Angkatan Udara (AU). Hal itu disebabkan karena sering melihat ada wanita angkatan udara (Wara) yang datang ke tempat tinggalnya.
Maklum pamannya adalah mantan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), yakni Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia. Jika pulang kampung, tentu ada staf di antaranya wara yang menyertai. “Di lihat keren-keren itu yang membuat Dayu Gek Ade (Dayu Damayanti) tiyang tertarik,” ungkap Ida Ayu Putu Yadnyani sambil sibuk metanding. Diakui keberadaan pamannya, Marsekal Ida Bagus Putu Dunia memberi inspirasi dan memberi support secara moral. Kalau memang berkeinginan harus bersungguh-sungguh, harus berprestasi. “Akhirnya astungkara lulus,” ujarnya bersyukur.
Hal senada disampaikan aji atau ayahandnya Ida Bagus Putu Sunarbawa. Dikatakan keberadaan kakaknya Marsekal Ida Bagus Putu Dunia menjadi motivasi bagi putri keduanya itu. “Tiyang kagum juga sebelumnya lihat ada wara,” ujar mantan Perbekel Nyambu ini. Karena sebelum kakaknya Ida Bagus Putu Dunia yang biasa disapa Tuaji Duur, tiba di rumah sudah ada wara mendahului datang.
Walau punya paman sebagai Marsekal, namun tidak serta merta gampang. “Jauh hari sudah diberi tahu. Kalau ada minat harus mantap. Kalau tidak terbaik, minimal harus baik,” ungkap Ida Bagus Sunarbawa, tentang nasehat kakaknya. “Kalau tak mampu seperti itu, jangan anulahh (coba-coba),” lanjutnya tentang penyampaian kakaknya. “Jangan coba-coba jadi TNI itu berat, tantangannya banyak, kalau sudah mantap bisa coba,” tambahnya menirukan wejangan kakaknya.
Ida Bagus Putu Sunarbawa juga menyampaikan terima kasih atas doa dan dukungan semua pihak, baik keluarga besar, rekan-rekan, masyarakat atas doa dan dukungannya. “Mudah-mudahan Ida Ayu Damayanti bisa melaksanakan tugas dengan baik,” ujarnya. *k22, k17
Komentar