16 Korban Keracunan Masih Dirawat di Tiga Rumah Sakit
Sebanyak 16 dari total 49 bocah sekolah Taman Kanak-kanan (TK) Negeri Desa Joanyar, Kecamatan Seritit, Buleleng korban keracunan nasi kuning perayaan ulang tahun masih dirawat di rumah sakit, hingga Kamis (9/3).
SINGARAJA, NusaBali
Belasan korban yang dirawat di tiga rumah sakit berbeda ini masih mengalami gejala muntah dan diare. Ke-16 bocah korban keracunan ini sudah dirawat inap di rumah sakit, sejak Rabu (8/3) siang, atau beberapa jam pasca santap nasi kuning ulang tahun di TK Negeri Joanyar. Dari 16 korban keracunan terebut, 12 orang di antaranya dirawat di RS Pratama Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Sedangkan sisanya, 3 korban dirawat di RSUD Buleleng dan 1 korban di RS Santhi Graha Seririt.
Dari 12 korban keracunan yang masih dirawat di RS Pratama Tangguwisia ini, termasuk di antaranya dua bocah kembar yang sebelumnya merayakan ulang tahun di sekolahnya, yakni Ni Kadek Diana Widiasusanti, 6, dan Ni Komang Diandra Widiasusianti, 6. Keduanya sudah dirawat sejak Rabu siang.
Menurut keterangan Kepala RS Pratama Tangguwisia, dr Agustina Sombo Tumaang, awalnya ada 30 pasien korban keracunan yang dirawat di rumah sakit setempat. Sebagian merupakan pasien rujukan dari RS Santhi Graha Seririt. Mereka terdiri dari 17 siswa TK Negeri Joanyar dan 13 keluarga siswa.
Namun, hingga Kamis sore pukul 15.30 Wita, korban keracunan yang masih dirawat di RS Pratama Tangguwisia tingga 12 orang. Rinciannya, 7 korban bocah TK dan 5 orang dewasa keluarga siswa. “Yang masih dirawat hingga sore ini (kemarin), hanya 7 anak-anak dan 5 pasien dewasa,” ujar dr Agustina Sombo saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.
Menurut dr Agustina, para pasien korban keracunan ini sebgaian masih mengalami gejala muntah dan diare. Meski demikian, 12 pasien korban keracunan yang dirawat di RS Pratama Tangguwisia ini sudah mulai menunjukkan perkembangan ke arah kesembuhan.
Kondisi serupa juga terlihat di RSUD Buleleng. Tiga (3) pasien korban keracunan yang masih dirawat di RSUD Buleleng hingga kemarin, kopndisinya sudah berangsur membaik. Ketiga pasien ini sebelumnya dirujuk dari RS Pratama Tangguwisia dan RS Santhi Graha Seririt. Termasuk di antaranya Ni Komang Alica Naila, 3,5, bocah yang adi seorang siswi TK Negeri Joanyar.
Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng, dr Nyoman Sutjidra, sempat terjun menjenguk para bocah korban keracunan di RS Pratama Tangguwisia dan RS Santi Graha Seririt, Kamis kemarin. Wabup Sutjidra menegaskan Pemkab Buleleng akan menggratiskan biaya perawatan bagi para korban keracunan, yang dirawat di rumah sakit milik pemerintah. Sedangkan yang dirawat di rumah sakit swasta, tidak ditanggung.
“Kami sudah perintahkan kepala RS Pratama Tangguwisia dan Direktur RSUD Buleleng (keduanya rumah sakit milik pemerintah, red) untuk menggratiskan biaya perawatan, karena ini musibah. Kalau mau tetap di RS swasta, juga silakan,” kata Sutjidra yang notabene dokter spesialis kandungan.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kamis kemarin, Kapolsek Seririt Kompol AA Wiranata Kusuma menyatakan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik terkait kandungan dari smapel makanna yang disantap para bocah TK Negeri Joanyar dan keluarganya. “Kami juga masih mendalami pemeriksaan saksi-saksi yang terlibat dalam peristiwa itu, terutama pembuat makanan,” jelas Kapolsek Wiranata Kusuma.
Peristiwa meracunan massa itu sendiri bermula saat dua siswi TK Negeri Joanyar yang terlahir kembar, Ni Kadek Diana Widiasusanti dan Ni Komang Diandra Widiasusianti, merayakan Ultah. Orangtua kedua siswi kembar ini meminta seorang guru TK, Ni Nyoman Suismi, untuk menyiapkan segala sesuatunya terkait perayan Ultah kedua putrinya.
Nyoman Suismi pun memesan nasi kuning berlauk daging ayam suir dan mie goreng kepada ibunya, Ni Made Sudarmi, 60, di Desa Sulanyah, Kecamatan Seririt, Buleleng. Setelah segalanya siap, nasi kuning tersebut dibawa ke sekolah TK Negeri Desa Joanyar.
Begitu proses belajar mengajar selesai, Rabu pagi sekitar pukul 10.00 Wita, acara perayaan ulang tahun kedua siswi kembar itu pun dimulai. Perayaan Ultah berlangsung selama 30 menit hingga pukul 10.30 Wita. Usai perayaan Ultah, nasi kuning beserta satu teh gelas tidak langsung dimakan seluruh siswa di sekolah. Sebagian besar siswa TK membawa makanan itu pulang untuk disantap di rumahnya. Setelah santap nasi kuning di rumah, mereka mengalami gejala keracunan. * k23
Belasan korban yang dirawat di tiga rumah sakit berbeda ini masih mengalami gejala muntah dan diare. Ke-16 bocah korban keracunan ini sudah dirawat inap di rumah sakit, sejak Rabu (8/3) siang, atau beberapa jam pasca santap nasi kuning ulang tahun di TK Negeri Joanyar. Dari 16 korban keracunan terebut, 12 orang di antaranya dirawat di RS Pratama Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Sedangkan sisanya, 3 korban dirawat di RSUD Buleleng dan 1 korban di RS Santhi Graha Seririt.
Dari 12 korban keracunan yang masih dirawat di RS Pratama Tangguwisia ini, termasuk di antaranya dua bocah kembar yang sebelumnya merayakan ulang tahun di sekolahnya, yakni Ni Kadek Diana Widiasusanti, 6, dan Ni Komang Diandra Widiasusianti, 6. Keduanya sudah dirawat sejak Rabu siang.
Menurut keterangan Kepala RS Pratama Tangguwisia, dr Agustina Sombo Tumaang, awalnya ada 30 pasien korban keracunan yang dirawat di rumah sakit setempat. Sebagian merupakan pasien rujukan dari RS Santhi Graha Seririt. Mereka terdiri dari 17 siswa TK Negeri Joanyar dan 13 keluarga siswa.
Namun, hingga Kamis sore pukul 15.30 Wita, korban keracunan yang masih dirawat di RS Pratama Tangguwisia tingga 12 orang. Rinciannya, 7 korban bocah TK dan 5 orang dewasa keluarga siswa. “Yang masih dirawat hingga sore ini (kemarin), hanya 7 anak-anak dan 5 pasien dewasa,” ujar dr Agustina Sombo saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.
Menurut dr Agustina, para pasien korban keracunan ini sebgaian masih mengalami gejala muntah dan diare. Meski demikian, 12 pasien korban keracunan yang dirawat di RS Pratama Tangguwisia ini sudah mulai menunjukkan perkembangan ke arah kesembuhan.
Kondisi serupa juga terlihat di RSUD Buleleng. Tiga (3) pasien korban keracunan yang masih dirawat di RSUD Buleleng hingga kemarin, kopndisinya sudah berangsur membaik. Ketiga pasien ini sebelumnya dirujuk dari RS Pratama Tangguwisia dan RS Santhi Graha Seririt. Termasuk di antaranya Ni Komang Alica Naila, 3,5, bocah yang adi seorang siswi TK Negeri Joanyar.
Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng, dr Nyoman Sutjidra, sempat terjun menjenguk para bocah korban keracunan di RS Pratama Tangguwisia dan RS Santi Graha Seririt, Kamis kemarin. Wabup Sutjidra menegaskan Pemkab Buleleng akan menggratiskan biaya perawatan bagi para korban keracunan, yang dirawat di rumah sakit milik pemerintah. Sedangkan yang dirawat di rumah sakit swasta, tidak ditanggung.
“Kami sudah perintahkan kepala RS Pratama Tangguwisia dan Direktur RSUD Buleleng (keduanya rumah sakit milik pemerintah, red) untuk menggratiskan biaya perawatan, karena ini musibah. Kalau mau tetap di RS swasta, juga silakan,” kata Sutjidra yang notabene dokter spesialis kandungan.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kamis kemarin, Kapolsek Seririt Kompol AA Wiranata Kusuma menyatakan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik terkait kandungan dari smapel makanna yang disantap para bocah TK Negeri Joanyar dan keluarganya. “Kami juga masih mendalami pemeriksaan saksi-saksi yang terlibat dalam peristiwa itu, terutama pembuat makanan,” jelas Kapolsek Wiranata Kusuma.
Peristiwa meracunan massa itu sendiri bermula saat dua siswi TK Negeri Joanyar yang terlahir kembar, Ni Kadek Diana Widiasusanti dan Ni Komang Diandra Widiasusianti, merayakan Ultah. Orangtua kedua siswi kembar ini meminta seorang guru TK, Ni Nyoman Suismi, untuk menyiapkan segala sesuatunya terkait perayan Ultah kedua putrinya.
Nyoman Suismi pun memesan nasi kuning berlauk daging ayam suir dan mie goreng kepada ibunya, Ni Made Sudarmi, 60, di Desa Sulanyah, Kecamatan Seririt, Buleleng. Setelah segalanya siap, nasi kuning tersebut dibawa ke sekolah TK Negeri Desa Joanyar.
Begitu proses belajar mengajar selesai, Rabu pagi sekitar pukul 10.00 Wita, acara perayaan ulang tahun kedua siswi kembar itu pun dimulai. Perayaan Ultah berlangsung selama 30 menit hingga pukul 10.30 Wita. Usai perayaan Ultah, nasi kuning beserta satu teh gelas tidak langsung dimakan seluruh siswa di sekolah. Sebagian besar siswa TK membawa makanan itu pulang untuk disantap di rumahnya. Setelah santap nasi kuning di rumah, mereka mengalami gejala keracunan. * k23
1
Komentar