Bersama Gelar Aksi Sosial di Karangasem, Sebut Perang Urusan Negara
Kisah Damai Wisatawan Rusia dan Ukraina di Bali Saat Negara Mereka Terlibat Perang
Ketiganya, yakni Evgeny, Golp dan Sonya selama ini memang berteman, mereka janjian berwisata ke Bali walau di negaranya saat ini sedang berkecamuk perang.
AMLAPURA, NusaBali
Tiga orang wisatawan mancanegara (Wisman) asal Rusia dan Ukraina bersatu lakukan aksi sosial saat berwisata ke Bali. Ketiganya, yakni Evgeny dan Golp asal Rusia dan Sonya asal Ukraina. Mereka lakukan aksi sosial membantu anak-anak asuh Yayasan Yasa Kerthi Amlapura, Karangasem. Kedatangan mereka diantar Ketua PHRI Kabupaten Karangasem I Wayan Kariasa, kemudian diterima pengelola Yayasan Yasa Kerthi I Wayan Berata dan Ni Kadek Suastini di Jalan Ngurah 45 Rai Amlapura, Selasa (5/4).
Pasangan Rusia (laki-laki dan perempuan) Evgeny dan Golp dan satu wisman Ukraina jenis kelamin perempuan, Sonya datang membawa bantuan berupa mie instan sebanyak 2 dus, beras 30 kilogram, telur sebanyak 3 tray dan beberapa bungkus kopi susu.
Kedatangan wisman Rusia dan Ukraina ini awalnya mereka makan siang di Hotel Ashyana Candidasa, Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Kebetulan hotel tersebut dikelola Ketua PHRI Karangasem I Wayan Kariasa. Saat itu wisatawan tersebut menanyakan kepada Kariasa di mana tempat menyalurkan bantuan.
Kebetulan Kariasa juga salah satu pendiri dan penyuplai bantuan ke Yayasan Yasa Kerthi, maka dia mengarahkan wisatawan ini untuk datang ke Yayasan Yasa Kerthi. Setiba di Yayasan Yasa Kerthi, ketiga wisatawan tersebut diperkenalkan Kariasa ke pengasuh yayasan, kemudian mereka menyerahkan bantuan untuk 26 siswa penghuni yayasan. Tak hanya serahkan bantuan, ketiganya juga tampak asyik mengajak anak-anak tersebut bermain dan foto bersama.
Tercatat di Yayasan Yasa Kerthi Amlapura dihuni 26 anak, terdiri atas 6 siswa SD, 9 siswa SMP dan 11 siswa SMA. Siswa tersebut berlatar belakang anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu, dan anak kurang mampu. Semua siswa terdata alamat, nama orangtua dan tempat sekolah.
"Kebetulan ada wisatawan awalnya makan siang di Hotel Ashyana dan menanyakan tempat menyalurkan bantuan, maka saya ajak ke Yayasan Yasa Kerthi," jelas Kariasa.
Apalagi Kariasa selama ini juga gencar mencarikan bantuan untuk kelangsungan bekal siswa penghuni Yayasan Yasa Kerthi. Bukan saja mencarikan bantuan juga merekrut siswa kurang mampu untuk diasramakan di yayasan. Tujuannya agar siswa kurang mampu terhindar dari putus sekolah.
Salah satu wisman asal Rusia, Evgeny, mengaku terkesan berkunjung ke Yayasan Yasa Kerthi. "Saya senang disambut ramah dan bersahabat," ucap Evgeny, melalui penerjemah Kariasa. Ketiga wisatawan ini menurut Ketua PHRI Karangasem, Wayan Kariasa tinggal di penginapan di wilayah Kuta, Badung. Mereka tiba di Bali pada, Sabtu (2/4) lalu dan akan kembali ke negaranya pada, Sabtu (9/4) nanti.
Ketiganya, yakni Evgeny, Golp dan Sonya selama ini memang berteman. Mereka lalu janjian untuk berwisata ke Bali walau di negaranya saat ini sedang terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Sementara bantuan yang diserahkan kepada anak-anak di Yayasan Yasa Kerthi Amlapura merupakan swadaya mereka bertiga.
“Kebetulan mereka adalah pegiat sosial di negaranya,” ujar Kariasa. Mengapa mereka bisa bersatu di Bali padahal negara mereka sedang bersitegang? Kariasa mengatakan lewat pengakuannya mereka tidak mau memikirkan soal perang, sebab itu urusan negara.
“Kita bersaudara sesama umat manusia di dunia,” ujar Kariasa menirukan ucapan wisatawan tersebut. Sedangkan Pengelola Yayasan Yasa Kerthi I Wayan Berata mengatakan siswa penghuni yayasan itu sekolahnya terpencar, tetapi dipilih paling dekat dengan yayasan agar tidak sulit mengantar jemput siswa. Siswa penghuni yayasan juga diajari mandiri, mengurus diri sendiri, mulai dari mencuci pakaian, bersih-bersih kamar, bersih-bersih halaman, hingga memasak.
Jika waktunya jam belajar, siswa wajib belajar. "Tujuan utama adalah belajar agar setelah tamat sekolah masa depan bisa terbentang luas," katanya. Wayan Berata mengapresiasi bantuan diberikan pihak-pihak donatur yang peduli terhadap masa depan siswa yang tinggal di yayasan. Sehingga masa depan siswa kurang mampu terselamatkan. Walau ada siswa SD dan SMP, tetapi rata-rata telah bisa mandiri karena diajari kakak kelasnya. Semua penghuni yayasan adalah satu keluarga besar. Mereka sesekali ditengok orangtuanya untuk memotivasi agar semangat belajar.
"Sebenarnya daya tampung yayasan sebanyak 30 siswa, namun saat ini penghuninya 26 siswa," katanya. Sebelumnya diberitakan di balik ketegangan Rusia dan Ukraina juga tidak membuat warga negara bertetangga tersebut memanas. Di Bali, suasana rukun dan guyub ditunjukkan oleh mereka. Seperti yang ditunjukkan oleh Pokras Lampas. Seniman kaligrafi asal Rusia ini menorehkan lukisan karyanya di atap vila milik Alex Stefan yang seorang ekspatriat warga negara Ukraina.
Kaligrafi bertemakan perdamaian ini dilukis di atap vila seluas 980 meter persegi (m2) milik Alex Stefan di Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung. Karya yang bertajuk ‘World United’ ini dibuat dalam lima bahasa, yakni Rusia, Ukraina, Inggris, Indonesia dan Tiongkok. Sementara itu Alex Stefan, pengusaha properti pemilik Alex Villas mengatakan sebagai pebisnis asal Ukraina, dirinya tidak menginginkan perang. “Kami tidak menginginkan perang. Kami ingin membangun masa depan bersama-sama. Kami mau perdamaian di seluruh dunia,” kata Alex yang datang ke Pulau Dewata sejak enam tahun silam. *k16
Pasangan Rusia (laki-laki dan perempuan) Evgeny dan Golp dan satu wisman Ukraina jenis kelamin perempuan, Sonya datang membawa bantuan berupa mie instan sebanyak 2 dus, beras 30 kilogram, telur sebanyak 3 tray dan beberapa bungkus kopi susu.
Kedatangan wisman Rusia dan Ukraina ini awalnya mereka makan siang di Hotel Ashyana Candidasa, Banjar Samuh, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Kebetulan hotel tersebut dikelola Ketua PHRI Karangasem I Wayan Kariasa. Saat itu wisatawan tersebut menanyakan kepada Kariasa di mana tempat menyalurkan bantuan.
Kebetulan Kariasa juga salah satu pendiri dan penyuplai bantuan ke Yayasan Yasa Kerthi, maka dia mengarahkan wisatawan ini untuk datang ke Yayasan Yasa Kerthi. Setiba di Yayasan Yasa Kerthi, ketiga wisatawan tersebut diperkenalkan Kariasa ke pengasuh yayasan, kemudian mereka menyerahkan bantuan untuk 26 siswa penghuni yayasan. Tak hanya serahkan bantuan, ketiganya juga tampak asyik mengajak anak-anak tersebut bermain dan foto bersama.
Tercatat di Yayasan Yasa Kerthi Amlapura dihuni 26 anak, terdiri atas 6 siswa SD, 9 siswa SMP dan 11 siswa SMA. Siswa tersebut berlatar belakang anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu, dan anak kurang mampu. Semua siswa terdata alamat, nama orangtua dan tempat sekolah.
"Kebetulan ada wisatawan awalnya makan siang di Hotel Ashyana dan menanyakan tempat menyalurkan bantuan, maka saya ajak ke Yayasan Yasa Kerthi," jelas Kariasa.
Apalagi Kariasa selama ini juga gencar mencarikan bantuan untuk kelangsungan bekal siswa penghuni Yayasan Yasa Kerthi. Bukan saja mencarikan bantuan juga merekrut siswa kurang mampu untuk diasramakan di yayasan. Tujuannya agar siswa kurang mampu terhindar dari putus sekolah.
Salah satu wisman asal Rusia, Evgeny, mengaku terkesan berkunjung ke Yayasan Yasa Kerthi. "Saya senang disambut ramah dan bersahabat," ucap Evgeny, melalui penerjemah Kariasa. Ketiga wisatawan ini menurut Ketua PHRI Karangasem, Wayan Kariasa tinggal di penginapan di wilayah Kuta, Badung. Mereka tiba di Bali pada, Sabtu (2/4) lalu dan akan kembali ke negaranya pada, Sabtu (9/4) nanti.
Ketiganya, yakni Evgeny, Golp dan Sonya selama ini memang berteman. Mereka lalu janjian untuk berwisata ke Bali walau di negaranya saat ini sedang terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Sementara bantuan yang diserahkan kepada anak-anak di Yayasan Yasa Kerthi Amlapura merupakan swadaya mereka bertiga.
“Kebetulan mereka adalah pegiat sosial di negaranya,” ujar Kariasa. Mengapa mereka bisa bersatu di Bali padahal negara mereka sedang bersitegang? Kariasa mengatakan lewat pengakuannya mereka tidak mau memikirkan soal perang, sebab itu urusan negara.
“Kita bersaudara sesama umat manusia di dunia,” ujar Kariasa menirukan ucapan wisatawan tersebut. Sedangkan Pengelola Yayasan Yasa Kerthi I Wayan Berata mengatakan siswa penghuni yayasan itu sekolahnya terpencar, tetapi dipilih paling dekat dengan yayasan agar tidak sulit mengantar jemput siswa. Siswa penghuni yayasan juga diajari mandiri, mengurus diri sendiri, mulai dari mencuci pakaian, bersih-bersih kamar, bersih-bersih halaman, hingga memasak.
Jika waktunya jam belajar, siswa wajib belajar. "Tujuan utama adalah belajar agar setelah tamat sekolah masa depan bisa terbentang luas," katanya. Wayan Berata mengapresiasi bantuan diberikan pihak-pihak donatur yang peduli terhadap masa depan siswa yang tinggal di yayasan. Sehingga masa depan siswa kurang mampu terselamatkan. Walau ada siswa SD dan SMP, tetapi rata-rata telah bisa mandiri karena diajari kakak kelasnya. Semua penghuni yayasan adalah satu keluarga besar. Mereka sesekali ditengok orangtuanya untuk memotivasi agar semangat belajar.
"Sebenarnya daya tampung yayasan sebanyak 30 siswa, namun saat ini penghuninya 26 siswa," katanya. Sebelumnya diberitakan di balik ketegangan Rusia dan Ukraina juga tidak membuat warga negara bertetangga tersebut memanas. Di Bali, suasana rukun dan guyub ditunjukkan oleh mereka. Seperti yang ditunjukkan oleh Pokras Lampas. Seniman kaligrafi asal Rusia ini menorehkan lukisan karyanya di atap vila milik Alex Stefan yang seorang ekspatriat warga negara Ukraina.
Kaligrafi bertemakan perdamaian ini dilukis di atap vila seluas 980 meter persegi (m2) milik Alex Stefan di Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung. Karya yang bertajuk ‘World United’ ini dibuat dalam lima bahasa, yakni Rusia, Ukraina, Inggris, Indonesia dan Tiongkok. Sementara itu Alex Stefan, pengusaha properti pemilik Alex Villas mengatakan sebagai pebisnis asal Ukraina, dirinya tidak menginginkan perang. “Kami tidak menginginkan perang. Kami ingin membangun masa depan bersama-sama. Kami mau perdamaian di seluruh dunia,” kata Alex yang datang ke Pulau Dewata sejak enam tahun silam. *k16
Komentar