Koster Ajak Krama Pertajam Pikiran dengan Penyucian Diri
Sembahyang Jana Kerthi di Pura Pengukuran-ukuran Memperingati Tumpek Landep
Gubernur Koster meminta krama Bali senantiasa mengendalikan pikiran. Secara niskala melalui persembahyangan, secara sekala dengan memuliakan, merawat berbagai hasil cipta produk manusia.
GIANYAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster melakukan persembahyangan Jana Kerthi memperingati Tumpek Landep di Pura Pengukur-ukuran, Desa Pejeng Kelod, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (9/4) pagi. Gubernur Koster mengajak krama Bali mempertajam pikiran dengan penyucian diri dan perbuatan mulia, serta memuliakan warisan leluhur menuju Bali Era Baru.
“Mudahan-mudahan orang yang sedang salah pikirannya, dibelokkan ke jalan yang benar. Jalan di rel yang benar,” ujar Gubernur Koster dalam sambutannya usai persembahyangan.
Gubernur didampingi Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu, Wagub Bali Tjokorda Artha Ardhana Sukawati, Sekda Bali Dewa Made Indra, Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra, Ketua DPRD Kabupaten Gianyar Wayan Tagel Winartha, sejumlah Kepala OPD Provinsi Bali dan Kabupaten Gianyar, Bendesa Pura Pengukuran-ukuran, serta krama setempat terlebih dahulu natab sesayut Pengenteg Bayu dan Sesayut Pasupati.
Gubernur Koster menjelaskan, pelaksanaan Jana Kerthi sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2022 tentang Tata Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi. “Ini perayaan ketiga, setelah Tumpek Uye dan Tumpek Wayang. Kita akan terus laksanakan secara beruntun sesuai siklus waktu,” kata politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Sesuai instruksi, pelaksanaan Tumpek Landep agar dilaksanakan menyeluruh di Bali, oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan oleh masyarakat. “Ini merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk memelihara nilai-nilai adi luhung sat kertih. Dilakukan berkelanjutan secara menyeluruh sekala niskala,” imbuh Ketua DPD PDIP Bali ini.
Tumpek, kata Gubernur Koster, merupakan hari yang sakral karena merupakan pertemuan dua waktu transisi. “Kliwon waktu terakhir siklus panca wara, Saniscara waktu terakhir siklus sapta wara. Tumpek Landep, menjadi yang pertama dalam siklus kalender Bali. Secara filosofi makna perayaannya mengasah pikiran manusia agar tetap tajam dan kuat. Pada hari ini kita memuja Dewa Siwa dalam manifestasi Hyang Pasupati. Mohon waranugraha agar diberikan kecerdasan dan keteguhan dalam menghadapi dinamika kehidupan skala lokal, nasional, maupun global,” bebernya.
Gubernur Koster meminta krama Bali untuk senantiasa mengendalikan pikiran. Sebab manusia adalah makhluk yang paling beruntung dianugerahi manah (pikiran). “Pikiran cikal bakal timbulnya perkataan dan perbuatan, penggerak nafsu baik dan buruk. Maka itu, pikiran harus bisa dikendalikan. Secara niskala melalui persembahyangan. Secara sekala dengan memuliakan, merawat berbagai hasil cipta produk manusia. Bisa berupa keris, tombak, mesin termasuk hasil karya teknologi digital,” tuturnya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Pemprov Bali, melalui persembahyangan bersama di Pura Pengukuran-ukuran. Sedangkan secara sekala menyelenggarakan Bali Digital Festival (DigiFest) pada 8 – 10 April 2022 di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Denpasar Selatan. Gubernur Koster berharap festival ini mendukung pertumbuhan perekonomian di Bali yang sedang dalam transformasi menuju ekonomi Kerthi Bali. Ada 6 sektor unggulan, yakni, pertanian organik, kelautan dan perikanan, industri manufaktur, IKM UMKM dan koperasi, ekonomi kreatif dan ekonomi digital, serta pariwisata.
“Ini sudah jadi dokumen pembangunan yang dijadikan percontohan transformasi ekonomi nasional. Jadi kita akan ubah struktur dan fundamental ekonomi Bali, agar kita tidak sepenuhnya lagi tergantung pada pariwisata,” tegas Gubernur Koster.
Ekonomi Kerthi Bali, versi Gubernur Koster, akan berpihak pada kearifan lokal, berkualitas, dan berdaya saing. “Ini yang harus kita jaga. Agar Bali betul memiliki satu tatanan ekonomi yang tangguh menghadapi perkembangan zaman. Kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pariwisata. Selam pandemi, dua tahun lebih kita terpuruk, sudah seharusnya kita belajar. Bahwa Bali tidak bisa terus menerus bergantung mengandalkan pariwisata. Kita harus punya sumber lain, digarap secara konsisten, bersama sama,” kata Gubernur Koster.
Dia yakin orang Bali adalah orang-orang hebat. Khusus pelaku ekonomi digital, Bali menduduki peringkat kelima nasional. “Padahal Bali ini kecil, penduduknya sedikit. Tapi orang Bali itu orang hebat. Yang diberikan anugerah luar biasa, adat budaya yang kuat. Itulah sebabnya, kita harus bangga jadi orang Bali. Jangan sampai dirongrong dari luar. Kita sudah punya warisan, jaga sekuat-kuatnya. Cukup dengan melaksanakan secara tertib dan disiplin, taat jalankan warisan leluhur,” pinta Gubernur Koster.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Koster berterima kasih kepada masyarakat Bali yang telah mendukung peringatan Tumpek sebagai tata titi kehidupan masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi. “Saya ucapkan terima kasih, karena ternyata sejak digulirkan dapat respons baik. Baru kali ini pemerintah menjadi bagian penting, jadikan kebijakan untuk dilakukan. Dulu tumpek hanya dilakukan orang per orang, lama-lama bisa ditinggal tergerus zaman. Sekarang tumpek meriah,” ujarnya.
Kata Gubernur Koster, teknologi boleh berkembang, namun akar budaya nilai kearifan lokal harus tetap dijalankan dengan disiplin. “Jadikan laku hidup orang Bali, semoga niat baik kita ini direstui oleh sasuhunan agar Bali tetap ajeg dengan adat istiadat tradisi seni budaya,” tegasnya. *nvi
“Mudahan-mudahan orang yang sedang salah pikirannya, dibelokkan ke jalan yang benar. Jalan di rel yang benar,” ujar Gubernur Koster dalam sambutannya usai persembahyangan.
Gubernur didampingi Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu, Wagub Bali Tjokorda Artha Ardhana Sukawati, Sekda Bali Dewa Made Indra, Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra, Ketua DPRD Kabupaten Gianyar Wayan Tagel Winartha, sejumlah Kepala OPD Provinsi Bali dan Kabupaten Gianyar, Bendesa Pura Pengukuran-ukuran, serta krama setempat terlebih dahulu natab sesayut Pengenteg Bayu dan Sesayut Pasupati.
Gubernur Koster menjelaskan, pelaksanaan Jana Kerthi sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2022 tentang Tata Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi. “Ini perayaan ketiga, setelah Tumpek Uye dan Tumpek Wayang. Kita akan terus laksanakan secara beruntun sesuai siklus waktu,” kata politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Sesuai instruksi, pelaksanaan Tumpek Landep agar dilaksanakan menyeluruh di Bali, oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan oleh masyarakat. “Ini merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk memelihara nilai-nilai adi luhung sat kertih. Dilakukan berkelanjutan secara menyeluruh sekala niskala,” imbuh Ketua DPD PDIP Bali ini.
Tumpek, kata Gubernur Koster, merupakan hari yang sakral karena merupakan pertemuan dua waktu transisi. “Kliwon waktu terakhir siklus panca wara, Saniscara waktu terakhir siklus sapta wara. Tumpek Landep, menjadi yang pertama dalam siklus kalender Bali. Secara filosofi makna perayaannya mengasah pikiran manusia agar tetap tajam dan kuat. Pada hari ini kita memuja Dewa Siwa dalam manifestasi Hyang Pasupati. Mohon waranugraha agar diberikan kecerdasan dan keteguhan dalam menghadapi dinamika kehidupan skala lokal, nasional, maupun global,” bebernya.
Gubernur Koster meminta krama Bali untuk senantiasa mengendalikan pikiran. Sebab manusia adalah makhluk yang paling beruntung dianugerahi manah (pikiran). “Pikiran cikal bakal timbulnya perkataan dan perbuatan, penggerak nafsu baik dan buruk. Maka itu, pikiran harus bisa dikendalikan. Secara niskala melalui persembahyangan. Secara sekala dengan memuliakan, merawat berbagai hasil cipta produk manusia. Bisa berupa keris, tombak, mesin termasuk hasil karya teknologi digital,” tuturnya.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Pemprov Bali, melalui persembahyangan bersama di Pura Pengukuran-ukuran. Sedangkan secara sekala menyelenggarakan Bali Digital Festival (DigiFest) pada 8 – 10 April 2022 di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Denpasar Selatan. Gubernur Koster berharap festival ini mendukung pertumbuhan perekonomian di Bali yang sedang dalam transformasi menuju ekonomi Kerthi Bali. Ada 6 sektor unggulan, yakni, pertanian organik, kelautan dan perikanan, industri manufaktur, IKM UMKM dan koperasi, ekonomi kreatif dan ekonomi digital, serta pariwisata.
“Ini sudah jadi dokumen pembangunan yang dijadikan percontohan transformasi ekonomi nasional. Jadi kita akan ubah struktur dan fundamental ekonomi Bali, agar kita tidak sepenuhnya lagi tergantung pada pariwisata,” tegas Gubernur Koster.
Ekonomi Kerthi Bali, versi Gubernur Koster, akan berpihak pada kearifan lokal, berkualitas, dan berdaya saing. “Ini yang harus kita jaga. Agar Bali betul memiliki satu tatanan ekonomi yang tangguh menghadapi perkembangan zaman. Kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pariwisata. Selam pandemi, dua tahun lebih kita terpuruk, sudah seharusnya kita belajar. Bahwa Bali tidak bisa terus menerus bergantung mengandalkan pariwisata. Kita harus punya sumber lain, digarap secara konsisten, bersama sama,” kata Gubernur Koster.
Dia yakin orang Bali adalah orang-orang hebat. Khusus pelaku ekonomi digital, Bali menduduki peringkat kelima nasional. “Padahal Bali ini kecil, penduduknya sedikit. Tapi orang Bali itu orang hebat. Yang diberikan anugerah luar biasa, adat budaya yang kuat. Itulah sebabnya, kita harus bangga jadi orang Bali. Jangan sampai dirongrong dari luar. Kita sudah punya warisan, jaga sekuat-kuatnya. Cukup dengan melaksanakan secara tertib dan disiplin, taat jalankan warisan leluhur,” pinta Gubernur Koster.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Koster berterima kasih kepada masyarakat Bali yang telah mendukung peringatan Tumpek sebagai tata titi kehidupan masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi. “Saya ucapkan terima kasih, karena ternyata sejak digulirkan dapat respons baik. Baru kali ini pemerintah menjadi bagian penting, jadikan kebijakan untuk dilakukan. Dulu tumpek hanya dilakukan orang per orang, lama-lama bisa ditinggal tergerus zaman. Sekarang tumpek meriah,” ujarnya.
Kata Gubernur Koster, teknologi boleh berkembang, namun akar budaya nilai kearifan lokal harus tetap dijalankan dengan disiplin. “Jadikan laku hidup orang Bali, semoga niat baik kita ini direstui oleh sasuhunan agar Bali tetap ajeg dengan adat istiadat tradisi seni budaya,” tegasnya. *nvi
Komentar