Pemerintah Telusuri Asal Muasal Daging Babi
Pemerintah Kabupaten Badung tengah menelusuri asal muasal daging babi yang disantap warga hingga menyebabkan memicu penyakit Meningitis Streptococcus Suis (MSS).
Ambil Sampel Darah Babi di Dua Tempat di Abiansemal
MANGUPURA, NusaBali
Petugas datang ke Desa Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal, karena di desa tersebut terdapat belasan warga yang sakit setelah menyantap olahan daging babi dalam sebuah acara masakapan atau perkawinan.
Tim yang turun ke lapangan tak hanya dari jajaran Pemkab Badung, melainkan bersama-sama tim dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, serta dari Balai Besar Veteriner Denpasar.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gede Asrama, membenarkan tim gabungan turun ke lapangan mencari tahu asal babi yang disantap warga. “Iya kami bersama tim dari provinsi mengunjungi warga, mencari informasi asal muasal babi yang diolah oleh warga,” kata Asrama yang dikonfirmasi melalui telepon, Sabtu (11/3).
“Ternyata daging babi itu berasal sebuah peternakan babi yang berada di kawasan Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal,” ungkapnya.
Mendapat informasi tersebut, tim gabungan langsung melacak keberadaan peternakan babi dimaksud. “Namun dari keterangan pemilik di Punggul itu, mereka juga mengambil babi dari peternakan lain di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal.”“Kami melakukan investigasi ke beberapa lokasi asal babi yang dipotong. Saat ini, sampel yang sudah kami ambil sedang diproses di BBVET (Balai Besar Veteriner). Mungkin selama 2-3 hari. Jika sudah ada hasilnya akan kami infokan,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra.
Mereka melakukan penelusuran di rumah warga yang melakukan kegiatan, kemudian menanyakan di mana tempat potong babi, serta ke peternak sekaligus mengambil sampel darah. “Karena dia membeli ternak di dua tempat, maka masing-masing kami ambil sampel dua ekor. Tapi secara umum, kondisi kandangnya bersih, rajin dibersihkan. Sekarang tinggal tunggu hasil pemeriksaannya,” imbuh Sumantra.
Lanjutnya, hasil komunikasi dengan BBVET diketahui bahwa sampel ditumbuhkan dulu dalam media kultur, lanjut dipisahkan DNA-nya setelah itu baru diuji PCR. “Hasil pengujian sampel ini diharapkan dapat memberikan hasil sebagai referensi dalam peneguhan diagnosa serta melakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk pencegahan penyebaran penyakit,” katanya.
Menurut Asrama, Pemkab Badung sebetulnya rutin melakukan pengawasan guna memastikan kesehatan daging babi. Dengan adanya kasus ini pihaknya berjanji akan meningkatkan pengawasan, agar tidak semakin merebak dan meresahkan warga.
Di samping itu pihaknya mengimbau masyarakat untuk mengolah daging dengan benar sebelum mengkonsumsinya. “Intinya jangan makan yang mentah atau setengah matang,” pesannya.
Hal serupa dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya. Menurutnya, tidak semua babi mengandung kuman. Sehingga dr Suarjaya lebih banyak menekankan pada sikap preventif, dengan memasak daging babi sampai matang.
“Tidak semua babi mengandung kuman. Jadi biar tidak meresahkan juga. Yang penting kita preventif, dagingnya dimasak dengan matang. Mungkin untuk lawar, saat ini lawar putih saja dulu. Kalau buat sate, dagingnya dimasak dulu baru diolah jadi sate. Karena babi penyebab MSS ini tidak menunjukkan gejala,” saran dr Suarjaya.
Sebelumnya diberitakan belasan warga Badung menjalani perawatan intensif di RSUD Mangusada. Mereka dinyatakan suspect meningitis dengan gejala menyerupai deman berdarah atau chikungunya, seperti demam, nyeri, dan kejang-kejang. Penyakit yang disebabkan bakteri Meningitis Streptococcus Suis (MSS) ini tergolong baru, karenanya pihak Dinas Kesehatan kini sedang melakukan uji terhadap bakteri tersebut.
Dari catatan pihak RSUD Mangusada, warga yang suspect meningitis diketahui sejak 4 Maret 2017. Total ada 19 pasien yang dirawat. Laki-laki 16 orang dan perempuan 3 orang. Alamat pasien Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal 12 orang, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal 2 orang, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal 2 orang, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara 1 orang, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal 1 orang, Desa Sulangai, Kecamatan Petang 1 orang. * asa, in
MANGUPURA, NusaBali
Petugas datang ke Desa Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal, karena di desa tersebut terdapat belasan warga yang sakit setelah menyantap olahan daging babi dalam sebuah acara masakapan atau perkawinan.
Tim yang turun ke lapangan tak hanya dari jajaran Pemkab Badung, melainkan bersama-sama tim dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, serta dari Balai Besar Veteriner Denpasar.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gede Asrama, membenarkan tim gabungan turun ke lapangan mencari tahu asal babi yang disantap warga. “Iya kami bersama tim dari provinsi mengunjungi warga, mencari informasi asal muasal babi yang diolah oleh warga,” kata Asrama yang dikonfirmasi melalui telepon, Sabtu (11/3).
“Ternyata daging babi itu berasal sebuah peternakan babi yang berada di kawasan Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal,” ungkapnya.
Mendapat informasi tersebut, tim gabungan langsung melacak keberadaan peternakan babi dimaksud. “Namun dari keterangan pemilik di Punggul itu, mereka juga mengambil babi dari peternakan lain di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal.”“Kami melakukan investigasi ke beberapa lokasi asal babi yang dipotong. Saat ini, sampel yang sudah kami ambil sedang diproses di BBVET (Balai Besar Veteriner). Mungkin selama 2-3 hari. Jika sudah ada hasilnya akan kami infokan,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra.
Mereka melakukan penelusuran di rumah warga yang melakukan kegiatan, kemudian menanyakan di mana tempat potong babi, serta ke peternak sekaligus mengambil sampel darah. “Karena dia membeli ternak di dua tempat, maka masing-masing kami ambil sampel dua ekor. Tapi secara umum, kondisi kandangnya bersih, rajin dibersihkan. Sekarang tinggal tunggu hasil pemeriksaannya,” imbuh Sumantra.
Lanjutnya, hasil komunikasi dengan BBVET diketahui bahwa sampel ditumbuhkan dulu dalam media kultur, lanjut dipisahkan DNA-nya setelah itu baru diuji PCR. “Hasil pengujian sampel ini diharapkan dapat memberikan hasil sebagai referensi dalam peneguhan diagnosa serta melakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk pencegahan penyebaran penyakit,” katanya.
Menurut Asrama, Pemkab Badung sebetulnya rutin melakukan pengawasan guna memastikan kesehatan daging babi. Dengan adanya kasus ini pihaknya berjanji akan meningkatkan pengawasan, agar tidak semakin merebak dan meresahkan warga.
Di samping itu pihaknya mengimbau masyarakat untuk mengolah daging dengan benar sebelum mengkonsumsinya. “Intinya jangan makan yang mentah atau setengah matang,” pesannya.
Hal serupa dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya. Menurutnya, tidak semua babi mengandung kuman. Sehingga dr Suarjaya lebih banyak menekankan pada sikap preventif, dengan memasak daging babi sampai matang.
“Tidak semua babi mengandung kuman. Jadi biar tidak meresahkan juga. Yang penting kita preventif, dagingnya dimasak dengan matang. Mungkin untuk lawar, saat ini lawar putih saja dulu. Kalau buat sate, dagingnya dimasak dulu baru diolah jadi sate. Karena babi penyebab MSS ini tidak menunjukkan gejala,” saran dr Suarjaya.
Sebelumnya diberitakan belasan warga Badung menjalani perawatan intensif di RSUD Mangusada. Mereka dinyatakan suspect meningitis dengan gejala menyerupai deman berdarah atau chikungunya, seperti demam, nyeri, dan kejang-kejang. Penyakit yang disebabkan bakteri Meningitis Streptococcus Suis (MSS) ini tergolong baru, karenanya pihak Dinas Kesehatan kini sedang melakukan uji terhadap bakteri tersebut.
Dari catatan pihak RSUD Mangusada, warga yang suspect meningitis diketahui sejak 4 Maret 2017. Total ada 19 pasien yang dirawat. Laki-laki 16 orang dan perempuan 3 orang. Alamat pasien Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal 12 orang, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal 2 orang, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal 2 orang, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara 1 orang, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal 1 orang, Desa Sulangai, Kecamatan Petang 1 orang. * asa, in
Komentar