Di Bangli Belum Ditemukan Kasus Suspect Meningitis
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dan RSUD Bangli belum menerima laporan warga atau pasien yang dirawat karena gejala Meningitis Streptococcus Suis (MSS ).
BANGLI, NusaBali
Meski demikian pihak-pihak terkait menyatakan waspada dengan kemungkinan merebaknya wabah penyakit meningitis.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Perternakan Kabupaten Bangli I Wayan Sukartana, menyatakan kewaspadaan sudah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah dengan menjaga kesehatan dan kebersihan kandang oleh para peternak.
“Jika ada ternak babi yang sakit, segera laporkan,” ujar Sukartana, Minggu (12/3). Selain itu diwanti-wanti, jangan sampai ada pedagang atau rumah jagal yang memotong hewan yang sakit. Juga mewaspadai adanya ternak sakit dari luar yang masuk ke Bangli. “Sementara sejauh yang menjadi kewenangan kami, khususnya kepada para peternak, semua masih baik,” tutur Sukartana.
Populasi babi di Bangli saat ini, menurut Sukartana, sebanyak 64.131 ekor. Populasi tersebut tersebar di empat kecamatan yakni Bangli, Susut, Tembuku, dan Kintamani.
Sementara Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bangli I Nengah Sudibia menyatakan hal senada. “Daging yang dijual di Bangli merupakan daging lokal,” kata Sudibia. Dikatakan dari pantauannya, tidak ada daging asal luar yang masuk dan dijual di Bangli. Sampai saat ini, tidak ada keluhan terkait penjualan daging babi di Bangli.
Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dr I Nengah Nadi, menyatakan belum ada laporan kasus pasien dengan keluhan diduga karena wabah meningitis. “Biasanya itu kan dirawat di rumah sakit. Sampai saat ini belum ada laporannya,” ucap Nengah Nadi. Dikatakan, setiap pasien yang dirawat di rumah sakit di Bangli, pasti dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Khusus untuk pasien dengan dugaan terkena wabah meningitis, belum ada.
Sedangkan peternak babi di Bangli menyatakan, keluhan soal penyakit babi, termasuk soal wabah meningitis sudah sering. Juga beragam jenis wabah lainnya yang berkaitan dengan babi. “Dulu juga sering informasi soal itu,” kata seorang peternak. Terkait itu para peternak sesungguhnya juga sudah waspada, sehingga berupaya melakukan pemeliharaan ternak dengan cara- cara yang higienis. Di antaranya menjaga kebersihan dan kesehatan kandang. “Kalau saya, tak mengizinkan orang luar (kecuali peternak) masuk kandang,” imbuhnya. Tujuannya agar kandang tetap steril dari kemungkinan sebaran virus atau jenis penyakit yang menyerang hewan. “Kalau saya seperti itu, tetapi entah teman lain,” kata peternak tersebut dan berharap jangan sampai wabah meningitis masuk ke Bangli. “Baru saja kami merasakan kenaikan harga daging babi,” ujarnya menyebut rata-rata per kilogram daging babi, sekarang ini Rp 28 ribu dari sebelumnya sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 26 ribu. * k17
Meski demikian pihak-pihak terkait menyatakan waspada dengan kemungkinan merebaknya wabah penyakit meningitis.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Perternakan Kabupaten Bangli I Wayan Sukartana, menyatakan kewaspadaan sudah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah dengan menjaga kesehatan dan kebersihan kandang oleh para peternak.
“Jika ada ternak babi yang sakit, segera laporkan,” ujar Sukartana, Minggu (12/3). Selain itu diwanti-wanti, jangan sampai ada pedagang atau rumah jagal yang memotong hewan yang sakit. Juga mewaspadai adanya ternak sakit dari luar yang masuk ke Bangli. “Sementara sejauh yang menjadi kewenangan kami, khususnya kepada para peternak, semua masih baik,” tutur Sukartana.
Populasi babi di Bangli saat ini, menurut Sukartana, sebanyak 64.131 ekor. Populasi tersebut tersebar di empat kecamatan yakni Bangli, Susut, Tembuku, dan Kintamani.
Sementara Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bangli I Nengah Sudibia menyatakan hal senada. “Daging yang dijual di Bangli merupakan daging lokal,” kata Sudibia. Dikatakan dari pantauannya, tidak ada daging asal luar yang masuk dan dijual di Bangli. Sampai saat ini, tidak ada keluhan terkait penjualan daging babi di Bangli.
Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dr I Nengah Nadi, menyatakan belum ada laporan kasus pasien dengan keluhan diduga karena wabah meningitis. “Biasanya itu kan dirawat di rumah sakit. Sampai saat ini belum ada laporannya,” ucap Nengah Nadi. Dikatakan, setiap pasien yang dirawat di rumah sakit di Bangli, pasti dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Khusus untuk pasien dengan dugaan terkena wabah meningitis, belum ada.
Sedangkan peternak babi di Bangli menyatakan, keluhan soal penyakit babi, termasuk soal wabah meningitis sudah sering. Juga beragam jenis wabah lainnya yang berkaitan dengan babi. “Dulu juga sering informasi soal itu,” kata seorang peternak. Terkait itu para peternak sesungguhnya juga sudah waspada, sehingga berupaya melakukan pemeliharaan ternak dengan cara- cara yang higienis. Di antaranya menjaga kebersihan dan kesehatan kandang. “Kalau saya, tak mengizinkan orang luar (kecuali peternak) masuk kandang,” imbuhnya. Tujuannya agar kandang tetap steril dari kemungkinan sebaran virus atau jenis penyakit yang menyerang hewan. “Kalau saya seperti itu, tetapi entah teman lain,” kata peternak tersebut dan berharap jangan sampai wabah meningitis masuk ke Bangli. “Baru saja kami merasakan kenaikan harga daging babi,” ujarnya menyebut rata-rata per kilogram daging babi, sekarang ini Rp 28 ribu dari sebelumnya sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 26 ribu. * k17
1
Komentar