Agrowisata Lebah Madu di Gianyar Rangkul Petani Berkebutuhan Khusus
GIANYAR, NusaBali
Agrowisata Lebah Royal Honey Bali yang berlokasi di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar, merangkul seorang petani muda berkebutuhan khusus, I Kadek Swanjaya, 28, asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem yang sejak lahir tidak bisa mendengar atau tuli dan bisu.
Alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Karangasem ini mulanya mewarisi beberapa koloni lebah milik almarhum ayahnya I Wayan Bhakti. Memanfaatkan pertemanan di media sosial, Kadek mulai berkenalan dan bertandang ke Royal Honey Sakah sejak 2021 lalu. Hebatnya, Kadek kini mengepakkan sayap dengan membuka Royal Honey Sibetan. Dia merangkul sejumlah petani lebah di sekitar rumahnya untuk bersama-sama mengembangkan bisnis madu. Suami dari Yuliana ini juga memiliki kelebihan membuat kotak koloni dan atap koloni yang saat ini sudah tersebar hampir ke seluruh Bali.
“Awalnya Kadek cuma cari madu 4 botol ke sini, saya lihat dia punya bakat, semangat, dan mau belajar. Sambil jalan saya bimbing, kasih motivasi gimana caranya promosi. Akhirnya lumayan penjualannya, bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari,” kata pemilik Agrowisata Royal Honey Bali I Wayan Wahyudi, alumni termuda S3 Ilmu Peternakan Unud saat ditemui, Jumat (15/4).
Dalam berkomunikasi dengan petani muda binaannya ini, Wahyudi mengaku tidak ada kendala. “Dengan bahasa isyarat kami paham maksud satu sama lain. Apalagi sekarang sudah ada HP, dia tanya apa, bisa melalui WhatsApp,” ucap Wahyudi yang juga dosen Biologi UNHI.
Melalui Kadek, budidaya madu di Karangasem mulai menggeliat. Dari awalnya mengandalkan pakan dari bunga yang mekarnya musiman, saat ini pakan tersedia sepanjang hari. “Bali Timur dia yang mengelola. Saya tugasi dia agar masyarakat di sana paham madu untuk kesehatan. Karangasem itu lumbungnya madu di Bali, namun budidaya masih andalkan alam saja, jenis bunga musiman. Tidak ada bunga yang berbunga setiap hari. Nah, sejak 2021 ilmu budidaya kita kembangkan di sana. Jadi saat ini, hampir tiap hari dia COD madu dan jual kotak koloni madu keliling Bali,” ucap Wahyudi, warga Banjar Batuaji, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati.
Tim besarnya yang ada di Bali setiap kali ada keperluan atap koloni lebah, pasti dibuatkan oleh Kadek Swanjaya. “Kami saling support namun tetap bersaing secara sehat. Kita ada etika bisnis,” jelas bapak 2 anak ini.
Kata Wahyudi, dirinya memang membuka pintu selebar-lebarnya bagi petani muda yang mau belajar. Prinsipnya, jangan menunggu pensiun atau lansia untuk menekuni dunia perlebahan. Terbukti kini, Wahyudi telah memiliki 4 cabang resmi, yakni Royal Honey Sakah, Royal Honey Bongkasa, Royal Honey Taro, dan Royal Honey Sibetan serta membentuk sekitar 70 petani muda seluruh Bali. Penjualan madu menggunakan sistem reseller yang jumlahnya ratusan orang di Bali.
Jenis madu yang diminati masih madu nyawan dan madu kele. “Madu nyawan cenderung diminati orang tua untuk menambah nafsu makan buah hatinya. Namun saya anjurkan hanya untuk anak usia 1,5 tahun ke atas. Baik juga untuk yang punya sakit maag. Sedangkan madu kele, diminati orang-orang tua yang punya diabetes,” jelasnya.
Sementara itu, Kadek Swanjaya menggeluti budidaya lebah karena hobi. “Saya kecil belajar ternak sama bapak,” tulisnya melalui pesan WhatsApp. Pertama, Kadek pernah merasa takut disengat lebah. Namun lama kelamaan menjadi terbiasa. “Pertama takut, tapi sekarang sudah biasa,” ujar putra kedua dari pasutri I Wayan Bhakti (almarhum) dan Ni Nyoman Sari.
Kadek menjelaskan keluarganya semua tuli. Ayah, ibu, dan kakaknya. “Satu keluarga saya tuli. Kakak saya tuli sudah nikah dan punya anak dua,” tulisnya lagi.
Kadek menikahi seorang gadis berkebutuhan khusus, Yuliana, dan saat ini dikaruniai seorang putri usia 3 tahun. Beruntung, putrinya bisa mendengar dan berbicara layaknya anak normal.
Sebelum berdiri Royal Honey Sibetan, Kadek Swanjaya pernah bekerja di Yayasan Corti Desa Catur, Kintamani, Bangli. “Bagian pelatihan sablon dan menjahit khusus tuli. Bagian saya guru mengajar sablon. Tapi sejak pandemi, saya pulang di kampung target ternak lebah (Royal Honey Sibetan) supaya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Kadek.
Ke depan, Kadek berencana mengembangkan Royal Honey Sibetan lebih luas lagi di Bali Timur. Kadek juga tercatat sebagai guru mengajar kelas bahasa isyarat murid-murid dengar dari Pusbisindo Bali. “Saya mengajar setiap Sabtu dan Minggu,” ujarnya. *nvi
Komentar