Wisatawan Keluhkan Pedagang Tisu Keliling
Dinilai Memaksa Saat Menawarkan Barang Dagangan
Di tengah upaya pemulihan sektor pariwisata kejadian itu dikhawatirkan menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan dan bisa mencoreng citra pariwisata.
MANGUPURA, NusaBali
Seiring mulai menggeliatnya aktivitas pariwisata, para pedagang keliling di objek wisata Pantai Kuta juga semakin menjamur, di antaranya para pedagang tisu keliling. Namun keberadaan mereka tersebut justru dikeluhkan lantaran dinilai memaksa wisatawan.
Sekretaris Kecamatan Kuta, Made Agus Suantara, mengakui mendapat laporan dari dari seorang guide, ada wisatawan merasa tidak nyaman dengan keberadaan pedagang tisu keliling. Saat itu wisatawan yang tengah berlibur terus didekati agar bersedia membeli tisu. Ketika barang tersebut tidak dibeli, mereka justru meminta uang. “Pengakuan dari guide itu kemudian dilaporkan kepada bendesa, karena yang bersangkutan meminta agar hal itu bisa disikapi. Jro bendesa kemudian berkoordinasi kepada kami agar bisa ditindaklanjuti,” kata Suantara, Selasa (19/4).
Berkat laporan itu, pihaknya bersama Satpol PP BKO Kuta langsung menindaklanjuti kejadian itu di lapangan. Petugas akhirnya berhasil mengamankan 10 orang yang berjualan tisu keliling di seputaran Jalan Pantai Kuta. Mereka diamankan pada Sabtu (16/4) malam. Setelah diamankan mereka lalu dibawa ke Kantor Satpol PP Kuta.
Dari pendataan, mereka diketahui berasal dari wilayah Bali timur. Selama ini mereka mengaku tinggal di sebuah kos-kosan di wilayah kelurahan Kuta. “Begitu mendengar pengakuan dari mereka, kami langsung berkoordinasi dengan kepala lingkungan dan kelian banjar yang mewilayahi tempat kost mereka untuk membantu mengawasi,” kata Suantara.
Masih menurut Suantara, keberadaan pedagang tisu keliling di kawasan objek wisata cukup meresahkan masyarakat. Di tengah upaya pemulihan sektor pariwisata kejadian itu dikhawatirkan menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan dan bisa mencoreng citra pariwisata, khususnya Kuta yang merupakan ikon pariwisata Bali.
“Guna menciptakan dan menjaga keamanan maupun kenyamanan pelaku pariwisata untuk berkunjung ke Pantai Kuta, kami akan terus bergerak bersama mengawasi keberadaan pedagang tisu keliling. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk mengantar pelaku ke daerah asalnya, jika mereka terbukti membandel,” tegas Suantara.
Sejauh ini Suantara sendiri mengaku belum mengetahui, apakah kegiatan semacam itu ada yang mengkoordinir atau tidak. “Ke depan akan dibuatkan semacam surat peryataan, identitasnya kami data, ini menjadi bukti agar mereka tidak mengulangi lagi,” tegasnya. *dar
Sekretaris Kecamatan Kuta, Made Agus Suantara, mengakui mendapat laporan dari dari seorang guide, ada wisatawan merasa tidak nyaman dengan keberadaan pedagang tisu keliling. Saat itu wisatawan yang tengah berlibur terus didekati agar bersedia membeli tisu. Ketika barang tersebut tidak dibeli, mereka justru meminta uang. “Pengakuan dari guide itu kemudian dilaporkan kepada bendesa, karena yang bersangkutan meminta agar hal itu bisa disikapi. Jro bendesa kemudian berkoordinasi kepada kami agar bisa ditindaklanjuti,” kata Suantara, Selasa (19/4).
Berkat laporan itu, pihaknya bersama Satpol PP BKO Kuta langsung menindaklanjuti kejadian itu di lapangan. Petugas akhirnya berhasil mengamankan 10 orang yang berjualan tisu keliling di seputaran Jalan Pantai Kuta. Mereka diamankan pada Sabtu (16/4) malam. Setelah diamankan mereka lalu dibawa ke Kantor Satpol PP Kuta.
Dari pendataan, mereka diketahui berasal dari wilayah Bali timur. Selama ini mereka mengaku tinggal di sebuah kos-kosan di wilayah kelurahan Kuta. “Begitu mendengar pengakuan dari mereka, kami langsung berkoordinasi dengan kepala lingkungan dan kelian banjar yang mewilayahi tempat kost mereka untuk membantu mengawasi,” kata Suantara.
Masih menurut Suantara, keberadaan pedagang tisu keliling di kawasan objek wisata cukup meresahkan masyarakat. Di tengah upaya pemulihan sektor pariwisata kejadian itu dikhawatirkan menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan dan bisa mencoreng citra pariwisata, khususnya Kuta yang merupakan ikon pariwisata Bali.
“Guna menciptakan dan menjaga keamanan maupun kenyamanan pelaku pariwisata untuk berkunjung ke Pantai Kuta, kami akan terus bergerak bersama mengawasi keberadaan pedagang tisu keliling. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk mengantar pelaku ke daerah asalnya, jika mereka terbukti membandel,” tegas Suantara.
Sejauh ini Suantara sendiri mengaku belum mengetahui, apakah kegiatan semacam itu ada yang mengkoordinir atau tidak. “Ke depan akan dibuatkan semacam surat peryataan, identitasnya kami data, ini menjadi bukti agar mereka tidak mengulangi lagi,” tegasnya. *dar
Komentar