Ni Made Rousmini, 'Karatan' Jadi Lurah, Sukses Tata Ulang Birokrasi di Buleleng
Sosok Kartini Masa Kini, Sukses Meniti Karier Setelah Hadapi Berbagai Tantangan
Saat ini peluang bersaing dengan kaum laki-laki terbuka lebar tidak terkecuali di pemerintahan, hanya saja belum banyak ASN perempuan ikut tarung seleksi promosi jabatan.
SINGARAJA, NusaBali
Ni Made Rousmini,57, sosok kartini birokrasi di Buleleng yang sukses meniti karier. Siapa sangka di tengah keberhasilan dan puncak karirnya saat ini sebagai Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng, Rousmini telah menjalani pahit manis pengalaman sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Selama 37 tahun menapak karier Rousmini punya pengalaman 19 tahun menjadi lurah. Dia pun pernah mendapat ancaman saat menata ulang birokrasi di Buleleng.
Ditemui di ruang kerjanya, Rabu (20/4) siang, Rousmini menceritakan tidak pernah bercita-cita sebagai ASN. Bahkan saat masa remaja yang masih kental dengan idealisme, Rousmini berangan-angan menjadi insinyur pertanian. Namun setelah duduk di semester IV Universitas Mahasaraswati Denpasar, anak kedua dari empat bersaudara ini mencoba peruntungan untuk melamar sebagai ASN. Dia pun lolos dan ditugaskan per Maret tahun 1985 di Biro Keuangan Provinsi Bali.
“Saya kerja sambil kuliah saat itu. Kuliah pun mengambil jurusan Pertanian. Tetapi baru enam bulan bekerja, ada kesempatan mengikuti pendidikan tugas belajar di APDN (Akademi Praja Dalam Negeri) Mataram tahun 1986. Seizin pimpinan saya akhirnya ikut dan lolos seleksi,” ucap anak perempuan pasangan almarhum Ketut Ruma dan Ketut Sri ini.
Ibu dua anak ini pun mengaku menjalani kehidupannya sebagai ASN seperti air mengalir. Namun awal dia memutuskan ikut seleksi APDN, karena melihat seniornya yang berhasil lulus dan ditempatkan kembali menjadi camat. Hanya saja setelah Rousmini lulus dari APDN, aturan penempatan pendidikan tugas belajar berubah. Alih-alih ditempatkan langsung menjadi camat, lulusan malah disebar ke daerah masing-masing dan ditugaskan sebagai staf biasa di Kecamatan Buleleng.
Setelah tahun 1990 Rousmini baru dimutasi menjadi Lurah Astina, Kecamatan Buleleng. Saat itu istri Putu Widiasa ini adalah Lurah Perempuan pertama di Buleleng. Sepuluh tahun menjadi Lurah Astina, kemudian dipindah tugaskan menjadi Lurah Banjar Jawa, Kecamatan Buleleng. Tidak berhenti sampai di Kelurahan Banjar Jawa, perjalanan kariernya menjadi Lurah kemudian berlanjut selama 6 tahun di Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng.
“Saya 19 tahun menjadi Lurah tapi saya jalani dan nikmati. Bahkan sangat berkesan sebagai lurah saya bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat. Bahkan saya pernah menyelesaikan masalah rumah tangga seperti pertengkaran, perceraian padahal saat itu saya masih lajang,” tutur wanita asal Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini.
Lalu pada tahun 2008 Rousmini baru mendapat promosi menjadi Kasubag TU di Satpol PP Buleleng. Enam bulan di sana dipindah ke Kabid Pemerintahan Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD). Empat tahun bertugas di Dinas PMD, pada tahun 2012 Rousmini kembali mendapat promosi jabatan menjadi Kepala Bagian Organisasi (Kabag) Organisasi Setda Buleleng.
Hanya delapan bulan menjabat, wanita kelahiran 26 Mei 1965 ini diangkat Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sebagai Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Buleleng. Lima tahun enam bulan menjabat sebagai Kepala BKPSDM, Rousmini mendapatkan tugas berat. Dia dipercaya Bupati Agus Suradnyana untuk memulihkan kembali birokrasi di Buleleng yang carut marut pasca Pilkada 2012 silam. Dia pun harus mengembalikan struktur birokrasi sesuai dengan jabatan, pangkat, bidang keilmuan yang dimiliki.
“Saat itu mengembalikan tugas dan fungsinya birokrasi di Buleleng cukup berat. Tantangannya banyak. Pernah sekali saya diancam akan dilaporkan ke bupati karena memutasi oknum. Tekanan oknum berkepentingan juga ada. Tetapi saya tetap berpegang pada regulasi dan aturan yang ada,” ungkap mantan Alumni APDN Mataram ini.
Pengembalian birokrasi pun banyak dilakukannya. Mulai dari guru yang menjabat sebagai camat, guru asal Kecamatan Gerokgak yang ditugaskan di Kecamatan Tejakula. Seluruhnya diperbaiki secara bertahap. Kinerja di balik tantangan beratnya pun membuahkan hasil. BKPSDM Buleleng di bawah kepemimpinan Rousmini tiga tahun berturut-turut, yakni tahun 2016, 2017 dan 2018 mendapatkan penghargaan sebagai instansi daerah yang berhasil dalam penataan birokrasi. Penghargaan tersebut diberikan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Sementara itu setelah berhasil mengembalikan dan menata birokrasi di Buleleng pada tahun 2018, Rousmini dimutasi menjadi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng. Dia pun sempat mengikuti seleksi Sekda Buleleng bersaing dengan Sekda Gede Suyasa pada tahun 2020 lalu.
Meskipun tak berhasil meraih puncak karier sebagai Sekda, Rousmini mengaku sudah cukup puas dengan posisinya saat ini. Dia pun bersyukur 37 tahun menjadi ASN kariernya berjalan lancar, bahkan tak terpengaruh arus politik kepemimpinan. Menurutnya menjadi seorang perempuan harus tetap bersikap profesional dalam bidang pekerjaan apapun. Bahkan semangat pejuang Raden Ajeng Kartini disebutnya dimiliki oleh seluruh perempuan. Terlebih saat ini peluang untuk bersaing dengan kaum laki-laki sangat terbuka lebar tidak terkecuali di pemerintahan.
Hanya saja, belum banyak ASN perempuan yang mau mengukur kemampuan diri untuk mengikuti seleksi promosi jabatan. “Sudah mulai ada memang beberapa tetapi belum bernasib baik, sehingga harus mengasah kembali kemampuan untuk bisa bersaing. Tetapi peluang besar sudah dibuka sekarang tanpa memperhatikan jenis kelamin, kesempatan ini yang harus diambil,” kata mantan alumni SMAN 3 Denpasar ini.
Rousmini pun menegaskan perempuan masa kini yang bebas berkarir, tetap harus ingat dengan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Sehingga tidak mencampuradukkan pekerjaan dengan urusan rumah tangga. “Tetap harus pintar membagi waktu. Saat di rumah tetap harus mengurus suami dan anak. Jangan sampai karena urusan pekerjaan mengabaikan tugas di rumah. Karena dukungan keluarga juga sangat berpengaruh pada kelancaran karir seorang wanita,” jelas nenek dua cucu ini. *k23
Ditemui di ruang kerjanya, Rabu (20/4) siang, Rousmini menceritakan tidak pernah bercita-cita sebagai ASN. Bahkan saat masa remaja yang masih kental dengan idealisme, Rousmini berangan-angan menjadi insinyur pertanian. Namun setelah duduk di semester IV Universitas Mahasaraswati Denpasar, anak kedua dari empat bersaudara ini mencoba peruntungan untuk melamar sebagai ASN. Dia pun lolos dan ditugaskan per Maret tahun 1985 di Biro Keuangan Provinsi Bali.
“Saya kerja sambil kuliah saat itu. Kuliah pun mengambil jurusan Pertanian. Tetapi baru enam bulan bekerja, ada kesempatan mengikuti pendidikan tugas belajar di APDN (Akademi Praja Dalam Negeri) Mataram tahun 1986. Seizin pimpinan saya akhirnya ikut dan lolos seleksi,” ucap anak perempuan pasangan almarhum Ketut Ruma dan Ketut Sri ini.
Ibu dua anak ini pun mengaku menjalani kehidupannya sebagai ASN seperti air mengalir. Namun awal dia memutuskan ikut seleksi APDN, karena melihat seniornya yang berhasil lulus dan ditempatkan kembali menjadi camat. Hanya saja setelah Rousmini lulus dari APDN, aturan penempatan pendidikan tugas belajar berubah. Alih-alih ditempatkan langsung menjadi camat, lulusan malah disebar ke daerah masing-masing dan ditugaskan sebagai staf biasa di Kecamatan Buleleng.
Setelah tahun 1990 Rousmini baru dimutasi menjadi Lurah Astina, Kecamatan Buleleng. Saat itu istri Putu Widiasa ini adalah Lurah Perempuan pertama di Buleleng. Sepuluh tahun menjadi Lurah Astina, kemudian dipindah tugaskan menjadi Lurah Banjar Jawa, Kecamatan Buleleng. Tidak berhenti sampai di Kelurahan Banjar Jawa, perjalanan kariernya menjadi Lurah kemudian berlanjut selama 6 tahun di Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng.
“Saya 19 tahun menjadi Lurah tapi saya jalani dan nikmati. Bahkan sangat berkesan sebagai lurah saya bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat. Bahkan saya pernah menyelesaikan masalah rumah tangga seperti pertengkaran, perceraian padahal saat itu saya masih lajang,” tutur wanita asal Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini.
Lalu pada tahun 2008 Rousmini baru mendapat promosi menjadi Kasubag TU di Satpol PP Buleleng. Enam bulan di sana dipindah ke Kabid Pemerintahan Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD). Empat tahun bertugas di Dinas PMD, pada tahun 2012 Rousmini kembali mendapat promosi jabatan menjadi Kepala Bagian Organisasi (Kabag) Organisasi Setda Buleleng.
Hanya delapan bulan menjabat, wanita kelahiran 26 Mei 1965 ini diangkat Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sebagai Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Buleleng. Lima tahun enam bulan menjabat sebagai Kepala BKPSDM, Rousmini mendapatkan tugas berat. Dia dipercaya Bupati Agus Suradnyana untuk memulihkan kembali birokrasi di Buleleng yang carut marut pasca Pilkada 2012 silam. Dia pun harus mengembalikan struktur birokrasi sesuai dengan jabatan, pangkat, bidang keilmuan yang dimiliki.
“Saat itu mengembalikan tugas dan fungsinya birokrasi di Buleleng cukup berat. Tantangannya banyak. Pernah sekali saya diancam akan dilaporkan ke bupati karena memutasi oknum. Tekanan oknum berkepentingan juga ada. Tetapi saya tetap berpegang pada regulasi dan aturan yang ada,” ungkap mantan Alumni APDN Mataram ini.
Pengembalian birokrasi pun banyak dilakukannya. Mulai dari guru yang menjabat sebagai camat, guru asal Kecamatan Gerokgak yang ditugaskan di Kecamatan Tejakula. Seluruhnya diperbaiki secara bertahap. Kinerja di balik tantangan beratnya pun membuahkan hasil. BKPSDM Buleleng di bawah kepemimpinan Rousmini tiga tahun berturut-turut, yakni tahun 2016, 2017 dan 2018 mendapatkan penghargaan sebagai instansi daerah yang berhasil dalam penataan birokrasi. Penghargaan tersebut diberikan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Sementara itu setelah berhasil mengembalikan dan menata birokrasi di Buleleng pada tahun 2018, Rousmini dimutasi menjadi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng. Dia pun sempat mengikuti seleksi Sekda Buleleng bersaing dengan Sekda Gede Suyasa pada tahun 2020 lalu.
Meskipun tak berhasil meraih puncak karier sebagai Sekda, Rousmini mengaku sudah cukup puas dengan posisinya saat ini. Dia pun bersyukur 37 tahun menjadi ASN kariernya berjalan lancar, bahkan tak terpengaruh arus politik kepemimpinan. Menurutnya menjadi seorang perempuan harus tetap bersikap profesional dalam bidang pekerjaan apapun. Bahkan semangat pejuang Raden Ajeng Kartini disebutnya dimiliki oleh seluruh perempuan. Terlebih saat ini peluang untuk bersaing dengan kaum laki-laki sangat terbuka lebar tidak terkecuali di pemerintahan.
Hanya saja, belum banyak ASN perempuan yang mau mengukur kemampuan diri untuk mengikuti seleksi promosi jabatan. “Sudah mulai ada memang beberapa tetapi belum bernasib baik, sehingga harus mengasah kembali kemampuan untuk bisa bersaing. Tetapi peluang besar sudah dibuka sekarang tanpa memperhatikan jenis kelamin, kesempatan ini yang harus diambil,” kata mantan alumni SMAN 3 Denpasar ini.
Rousmini pun menegaskan perempuan masa kini yang bebas berkarir, tetap harus ingat dengan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Sehingga tidak mencampuradukkan pekerjaan dengan urusan rumah tangga. “Tetap harus pintar membagi waktu. Saat di rumah tetap harus mengurus suami dan anak. Jangan sampai karena urusan pekerjaan mengabaikan tugas di rumah. Karena dukungan keluarga juga sangat berpengaruh pada kelancaran karir seorang wanita,” jelas nenek dua cucu ini. *k23
Komentar