Joged Genjek Wanita Goyang RTH Bung Karno
Pertama Kali Ada Sekaa Genjek Wanita di Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Sorak-sorai penonton di panggung terbuka Singa Ambara Raja Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, Lingkungan/Kelurahan Sukasada, Buleleng, Kamis (21/4) malam pukul 19.30 Wita terdengar hingga area parkir.
Penonton antusias memberikan support kepada Sekaa Joged Genjek Wanita Gita Iswari, Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, yang ditampilkan khusus dalam peringatan Hari Kartini. Sebanyak 30 orang perempuan berbalut baju kebaya berwarna merah jambu dan riasan wajah sederhana memasuki panggung besar. Mereka pun segera menempati posisi yang sudah diatur sebelumnya. Ada yang bertugas memainkan sejumlah gamelan, sebagian lagi bertugas sebagai cas (grup penyanyi dalam genjek). Pertunjukan pun segera dimulai. Dua orang penari joged cantik tampil di atas panggung diiringi oleh sekaa genjek wanita satu-satunya di Buleleng ini.
Pelatih sekaa joged genjek wanita, Nyoman Ariasa dan Ketut Sumerada ditemui usai pentas mengatakan pembentukan joged genjek wanita di Desa Bulian baru dimulai sejak lima (5) bulan yang lalu. Ibu-ibu sekaa joged genjek sebelumnya adalah sekaa gong kebyar Desa Bulian. Namun sejak pandemi sekaa gong kebyar ini jarang tampil. Kekosongan undangan pentas membuat ibu-ibu berinisiatif membentuk sekaa joged genjek wanita. Di sisi lain, ada hibah dari DPRD Buleleng untuk mendukung sekaa.
“Kalau sekaa genjek laki-laki di desa kami memang ada dua kelompok. Tetapi kalau genjek wanita ini baru pertama kali, kami sebagai pelatih dengan ibu-ibu belajar bersama-sama. Akhirnya setelah dua bulan sudah bisa pentas di resepsi-resepsi pernikahan,” ucap Nyoman Ariasa.
Semangat pembentukan sekaa joged genjek wanita ini juga disebut Ariasa untuk mengubah image genjek yang identik dengan minuman keras dan mabuk-mabukan. Kehadiran genjek wanita ini pun diharapkan dapat memulihkan image negatif kesenian genjek di masyarakat selama ini. Sementara itu Ariasa dan Sumerada dalam melatih genjek wanita ini mengalami kesulitan untuk melatih regu cas. Terutama untuk menguasai angsel (sela) gamelan untuk menyerukan kata-kata cas. Sedangkan untuk melatih penguasaan lagu dan gamelan, lumayan cepat karena Ariasa mengkonversi dengan tangga nada solmisasi.
Pembentukan sekaa joged genjek wanita ini juga memerlukan kesabaran. Sebab anggota sekaa ibu-ibu rumah tangga baru bisa berlatih, ketika pekerjaan rumah mereka selesai dikerjakan. Bahkan jadwal latihan pun sering ngaret karena kesibukan mereka. “Kami latihan dua minggu sekali maksimal 2 jam. Tetapi semangat ibu-ibu cukup tinggi. Kalau bisa sih kami ke depan bisa tampil lebih go lagi misal di PKB atau event kesenian lain yang bergengsi,” tutur Ariasa.
Sementara itu yang unik dari sekaa genjek wanita ini, memadukan angklung bambu pada sebagai gamelan pengiring. Perpaduan inovasi gamelan ini pun cukup langka. Ariasa mengaku menambahkan angklung bambu untuk menambah nilai penampilan, selain juga menyajikan gamelan yang lebih harmonis.
Dua angklung bambu pun dipadukan dengan 3 buah gerantang, 2 kendang, 2 kenok, gangsa penyacah, kebyur, klenong, kecek dan seruling untuk mengimbangi nyanyian cas. Sedangkan dalam penampilan di RTH Bung Karno, genjek wanita membawakan 7 lagu. Mulai dari lagu pengaksama, kemudian Legan Keneng, Juang Tiang Bli. Bli Putu, Mai Nyoman dan lagu penyineb (penutup). Pementasan seni budaya di panggung terbuka Singa Ambara Raja Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, Sukasadam Buleleng ini rutin digelar setiap Sabtu, namun kali ini bergeser ke Kamis karena bertepatan dengan peringatan Hari Kartini 21 April. *k23
1
Komentar