Sampah Hadang Pengembangan Wisata Desa Blahbatuh
Pengelolaan sampah masih menjadi momok utama dalam pengembangan wisata Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh Gianyar.
GIANYAR, NusaBali
Karena banyak titik di desa ini masih tercecer sampah hingga mengakibatkan kumuh. Informasi dari Desa Blahbatuh, Senin (13/3), sampah masih banyak teronggok di pinggir jalan pada siang hari. Beberapa titik drainase juga masih banyak ditimbuni sampah, terutama jenis plastik. Kondisi ini sangat berlawanan dengan upaya pihak desa mengembangkan desa wisata sejak tahun 2015.
Sebagaimana diketahui, melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) senilai Rp 500 juta, desa ini pernah dikembangkan menjadi desa wisata terintegrasi dengan tetangga bagian utara, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh. Integrasi ini karena dua desa ini memiliki jalur tracking dari barat Pasar Blahbatuh ke utara hinga tembus ke Desa Buruan.
Perbekel Blahbatuh I Gusti Ngurah Kapidada SE membenarkan, penanganan sampah masih menjadi persoalan pelik di Blahbatuh. Ia mengakui masalah sampah sangat menghambat pengembangan desa wisata di desa ini ‘’Kami sudah melakukan banyak upaya. Tapi, kembali ke kesadaran warga,’’ jelasnya.
Langkah yang diambil, antara lain, pihaknya sejak Januari 2017 telah menggratiskan retribusi sampah Rp 3000 per KK setiap bulan untuk sekitar 1.800 KK di Desa Blahbatuh. Penggratisan ini karena biaya penanganan sampah desa kini telah dianggarkan di APBDes sekitar Rp 250 juta. Selain itu, menambah lagi satu truk sampah dari sebelumnya hanya satu truk sampah. Tenaga penanganan sampah termasuk dua sopir truk 9 orang.
Produksi sampah di Blahatub mencapai 2 truk per hari. Desa telah membuat ketentuan agar warga menaruh sampah di depan pintu pekarangan sekitar pukul 06.00 Wita. Selanjutnya sampah akan diambil petugas. ‘’Masalahnya lagi, banyak warga menaruh sampahnya di depan pintu pekarangan setelah jam 06.00 Wita, bahkan siang hari. Akibatnya, banyak sampah tercecer,’’ jelas Kapidada. *lsa
Karena banyak titik di desa ini masih tercecer sampah hingga mengakibatkan kumuh. Informasi dari Desa Blahbatuh, Senin (13/3), sampah masih banyak teronggok di pinggir jalan pada siang hari. Beberapa titik drainase juga masih banyak ditimbuni sampah, terutama jenis plastik. Kondisi ini sangat berlawanan dengan upaya pihak desa mengembangkan desa wisata sejak tahun 2015.
Sebagaimana diketahui, melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) senilai Rp 500 juta, desa ini pernah dikembangkan menjadi desa wisata terintegrasi dengan tetangga bagian utara, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh. Integrasi ini karena dua desa ini memiliki jalur tracking dari barat Pasar Blahbatuh ke utara hinga tembus ke Desa Buruan.
Perbekel Blahbatuh I Gusti Ngurah Kapidada SE membenarkan, penanganan sampah masih menjadi persoalan pelik di Blahbatuh. Ia mengakui masalah sampah sangat menghambat pengembangan desa wisata di desa ini ‘’Kami sudah melakukan banyak upaya. Tapi, kembali ke kesadaran warga,’’ jelasnya.
Langkah yang diambil, antara lain, pihaknya sejak Januari 2017 telah menggratiskan retribusi sampah Rp 3000 per KK setiap bulan untuk sekitar 1.800 KK di Desa Blahbatuh. Penggratisan ini karena biaya penanganan sampah desa kini telah dianggarkan di APBDes sekitar Rp 250 juta. Selain itu, menambah lagi satu truk sampah dari sebelumnya hanya satu truk sampah. Tenaga penanganan sampah termasuk dua sopir truk 9 orang.
Produksi sampah di Blahatub mencapai 2 truk per hari. Desa telah membuat ketentuan agar warga menaruh sampah di depan pintu pekarangan sekitar pukul 06.00 Wita. Selanjutnya sampah akan diambil petugas. ‘’Masalahnya lagi, banyak warga menaruh sampahnya di depan pintu pekarangan setelah jam 06.00 Wita, bahkan siang hari. Akibatnya, banyak sampah tercecer,’’ jelas Kapidada. *lsa
Komentar