Jebolan Sekolah Keguruan yang Akrab dengan Lansia dan ODGJ
Luh Putu Arniti, Kepala UPTD PSPPA Dinas Sosial Kabupaten Tabanan
TABANAN, NusaBali - Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PSPPA) Dinas Sosial Kabupaten Tabanan, Luh Putu Arniti, 53, akrab dengan persoalan sosial.
Salah satunya mengurus lanjut usia (lansia) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang tinggal di Panti PSPPA, Banjar Wanasara, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan. Ada 5 lansia dan 11 ODGJ di Panti PSPPA yang mesti dirawat dan mendapatkan perhatian. Jebolan sekolah keguruan di Singaraja ini pun melakoni kewajibannya sebagai abdi negara dengan tulus.
Luh Arniti awalnya bercita-cita jadi guru. “Pendidikan saya kan guru di Singaraja,” ujar alumni D3 APGAHN Singaraja tahun 1992 ini, Kamis (21/4). Lama tidak ada pengangkatan guru agama, setelah tamat Luh Arniti mengikuti tes perekrutan CPNS dengan ijazah SMA pada tahun 1995. “Astungkara, lulus. Saya ditempatkan di Kantor Camat Penebel,” ujar istri dari I Made Sujana yang menjabat Kabag TU UPTD PSPPA Dinas Sosial Kabupaten Tabanan ini. Pada tahun 1999, Luh Arniti dimutasi ke Kantor Kelurahan Denbantas, Kecamatan Tabanan. Hanya setahun di Kelurahan Denbantas, tahun 2000 pindah tugas ke Dinas Sosial Kabupaten Tabanan sebagai staf administrasi.
Tiga tahun berikutnya Luh Arniti dirotasi ke bagian keuangan di Kantor Dinas Sosial. Tahun 2019, Luh Arniti diangkat mengisi jabatan Kepala UPTD PSPPA Dinas Sosial di Banjar Wanasara. Ada tiga layanan sosial di PSPPA. Pertama bagi penderita disabilitas mental, lansia telantar, dan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Luh Arniti menuturkan, kesabaran merupakan modal untuk melayani para lansia warga panti. “Mesti dengan kesabaran dan keikhlasan,” ucap ibu dari Putu Diah Paramita dan Made Diah Adnyaswari ini. Kesabaran dan keikhlasan mutlak karena lansia yang kadang-kadang cerewet seperti perilaku anak kecil.
Luh Arniti awalnya tak pernah membayangkan kerjanya akan mengurus lansia dan ODGJ. Karena itulah, awal-awal bertugas di UPTD PSPPA, Luh Arniti sempat merasa shock. “Bisa ndak saya mengurusi lansia dan ODGJ, apalagi saya orangnya kenyih (perasa),” tuturnya. Apalagi tidak punya latar belakang keilmuan terkait lansia, ODGJ, dan kesehatan. Terlebih dengan ODGJ, Luh Arniti awalnya mengaku takut. Itu pula pada awal bertugas di PSPPA, ibu dua anak ini sempat mengalami keseleo akibat terjatuh karena ketakutan dengan ODGJ.
Seiring waktu, proses adaptasi, Luh Arniti secara perlahan mulai dapat berkomunikasi dengan ODGJ, terutama yang ingatannya sudah mulai membaik. “Intinya mereka harus didekati dengan sentuhan hati,” ungkap kelahiran Penebel, 23 Januari 1969 ini. Prinsipnya dalam pendekatan kepada penghuni panti, berinvestasi hati untuk karma kehidupan nanti. Jika tidak demikian, akan terasa susah untuk bisa mengurus para lansia dan ODGJ. “Sayangi, perlakukan sebagaimana layaknya,” ungkap putri sulung I Gede Ketut Armana dan Ni Wayan Murni ini.
Meski bisa mendekati ODGJ, Luh Arniti mengakui pernah mengalami insiden. Perilaku ODGJ tak terduga, seperti suka ngamuk. Karena itulah kalau tidak dengan pendekatan pelayanan yang tulus, akan terasa sangat berat. Terasa sulit untuk bertahan. Bekerja dengan hati itulah disampaikan Luh Arniti kepada staf. “Saya sampaikan ini untuk berkarma,” kata penghobi memasak ini. Beruntung, Luh Arniti dan suaminya bekerja bareng, sama-sama di UPTD PSPPA. Jadi mengurus lansia dan ODGJ terasa dalam semangat keluargaan. Termasuk anaknya kerap membantu, merawat lansia, seperti merawat luka dan lainnya.
Tak jarang, pada malam hari mendapat telepon harus ke UPTD PSPPA karena ada penghuni yang sakit dan wajib segera mendapat perawatan. Termasuk kadang bergiliran menunggu pasien dengan para staf. “Kadang keluarganya sulit dihubungi,” ungkap Luh Arniti. Karena itulah, Luh Arniti dan suaminya pantang tidak mengaktifkan telepon seluler. “Tak berani mematikan HP, harus on selalu,” ungkap Luh Arniti. 7 k17
1
Komentar