nusabali

Ni Putu Ayu Hervina Raih Kartini Award Nasional 2022

Abdikan Diri Kelola PKBM Widya Aksara

  • www.nusabali.com-ni-putu-ayu-hervina-raih-kartini-award-nasional-2022

SINGARAJA, NusaBali
Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti,32, kembali menorehkan prestasi yang membanggakan.

Ibu tiga anak ini baru saja menerima penghargaan Kartini Award 2022 tingkat nasional, Jumat (22/4) lalu di Jakarta. Penghargaan kategori Kartini Leadership diterimanya karena dinilai berhasil mengelola Pusat Kegiatan Belajar Mandiri (PKBM) Widya Aksara di Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Buleleng.

Hervina dihubungi NusaBali, Minggu (24/4) mengatakan tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan tersebut. Dia yang juga dosen pendidikan Fisika Undiksha Singaraja ini sebelumnya tidak mengikuti seleksi atau pendaftaran sebagai calon peserta. “Cukup terkejut juga, karena seminggu sebelum penganugerahan, panitia kirim WA dan telepon saya, katanya terpilih menjadi penerima Kartini Award 2022, sedangkan saya merasa tidak ada ikut seleksi atau kirim berkas apa-apa,” ucap Hervina.

Namun dari penjelasan panitia penghargaan yang digelar Indonesia Award Magazine bekerjasama dengan kementerian terkait (salah satunya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak), telah menyeleksi berdasarkan rekam jejak. Wanita kelahiran Desa Tigawasa 11 Oktober 1989 ini sudah dilihat track record-nya selama lima tahun melalui pemberitaan media sosial dan media massa serta survei ke sejumlah instansi. Dia pun menjadi salah satu dari 3 penerima Kartini Award 2022 di Indonesia. “Selain saya, ada dokter gigi di RSUD Usada Prima Surabaya dokter Diah Retno dan Bu Nia owner Grand Ina Jogjakarta,” imbuh peraih Perempuan Pegiat Pendidikan Kesetaraan Terbaik Se-Indonesia Tahun 2018 ini.

Ayu Hervina kemudian diundang untuk datang ke Hotel Mercure Jakarta untuk menerima penghargaan tersebut. Dalam kesempatan itu penyuka warna hijau ini diberikan kesempatan untuk berbicara kiat dan kesuksesannya selama ini, memimpin menggerakkan wanita, mengelola PKBM termasuk memperjuangkan kesetaraan gender.

Setelah mendapatkan penghargaan ini, Ayu Hervina dan Yayasan Widya Aksara mendapatkan kesempatan untuk menerima sponsor. Namun belum diketahui langsung support yang akan diberikan. Ayu Hervina sendiri sudah mengabdikan diri di PKBM Widya Aksara Buleleng sejak tahun 2010. Alumni SMAN 1 Singaraja ini awalnya memutuskan mengabdikan diri di PKBM Widya Aksara, karena tersentuh melihat kondisi anak-anak usia sekolah di wilayah Kecamatan Banjar, banyak yang tidak mengenyam pendidikan formal.

Anak-anak tersebut tidak sekolah karena berbagai faktor. Mulai dari ekonomi hingga akses menuju sekolah susah. Keprihatinannya itu kemudian dia perjuangkan dengan tekad keras, meski harus mengarungi berbagai rintangan. Tekad kerasnya dia jalani mulai dari menjemput siswa untuk mau bersekolah, keterbatasan sarana prasarana, merekrut tutor yang mau diajak mengabdi, hingga persoalan lain yang muncul dari siswa. Keyakinan dalam memperjuangkan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki juga sangat kuat.

“Kalau dulu, mengajak orang untuk sekolah itu yang susah, sehingga kita harus jemput dan rayu-rayu agar mau bersekolah meski hanya kejar paket. Belum lagi waktu pertemuan yang sedikit, dipotong lagi dengan izin siswa, terutama saat panen cengkih,” jelas tokoh pendidikan kelahiran 11 Oktober 1989 yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Putu Miasa (almarhum) dan  Ni Luh Ayu Marheni SPd ini.

Perjuangan kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Kini, PKBM Widya Aksara Buleleng yang dikelolanya selama 18 tahun terakhir memiliki sekitar 213 siswa Kejar Paket C, Kejar Paket B, dan Keaksaraan Fungsional. Mereka berasal dari desa-desa wilayah Kecamatan Banjar. Ada juga siswa dari luar kecamatan bahkan Kabupaten lain di Bali. Seperti dari Bangli, Tabanan dan Gianyar. Siswa luar kabupaten ini biasanya mengikuti kelas jarak jauh melalui online.

Dengan sistem pendidikan saat ini, PKBM Widya Aksara sebagai pendidikan non formal yang mulai disetarakan dengan pendidikan formal, mendapat imbas positif. Bahkan, orang yang bersekolah di PKBM Widya Aksara tidak lagi hanya dari kalangan tidak mampu, tapi banyak juga kaum berada yang tidak memiliki waktu belajar di sekolah formal. “Kurikulum dan sistem pembelajaran yang diberikan pun menyerupai sekolah formal, sehingga setelah tamat mereka dipastikan diakui di mana saja,” papar Putu Hervina.

Hingga saat ini, dari sekolah kesetaraan Paket A, B dan C total ada 200 orang siswa yang mengenyam pendidikan di dalamnya. Selain itu juga ada 90 orang yang mengikuti program buta aksara dan puluhan orang mengikuti program pemberdayaan perempuan, kecakapan dan kepemudaan melalui program pelatihan.

Sementara itu setelah mendapatkan penghargaan tersebut, dia mengaku tetap konsisten dalam memperjuangkan pendidikan di Buleleng. “Penghargaan ini menurut saya adalah bonus. Saya mengimbau kepada seluruh wanita tetap berjuang, karena wanita tidak mesti hanya bertugas di dapur dan di kasur, tetapi wanita bisa berprestasi sesuai potensinya,” pesan anak pertama dari tiga bersaudara ini. *k23

Komentar