Kasus DBD di Bali Kembali Melonjak
DENPASAR, NusaBali
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bali masih relatif tinggi dalam setiap bulannya. Setelah sempat mengalami tren penurunan sejak Januari 2022, pada April ini justru terjadi pembalikan, kasus meningkat dibanding bulan sebelumnya.
Rinciannya, pada Januari 2022 sebanyak 553 kasus (meninggal dunia 1 orang), Februari 314 kasus (0 meninggal), dan Maret 274 kasus (1 meninggal). Sementara pada April 2022 (data hingga 22 April 2022), angka justru kembali melonjak menjadi 380 kasus (1 meninggal). Dari 9 kabupaten/kota, Denpasar selalu terdepan dalam jumlah kasus tertinggi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Wayan Widia, menuturkan saat ini masih dalam periode masa perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus demam berdarah.
“Bulan-bulan ini adalah masa-masa transisi, sebagai perkembangbiakan nyamuk, masa bertelur hingga menghasilkan nyamuk kecil, sudah biasa terjadi peningkatan kasus,” ungkap Widia, Senin (25/4).
Widia menuturkan, sepanjang November hingga Mei memang selalu terjadi peningkatan kasus DBD di Bali. Namun, sebagai sebuah penyakit endemik, hampir setiap bulan sepanjang tahun ditemukan adanya kasus DBD di Bali.
“Sepanjang tahun pastinya ada saja kasus, tapi pada bulan-bulan tertentu kasusnya akan jauh menurun,” kata Widia. Namun situasi saat ini, ungkap Widia, semakin sulit diprediksi. Cuaca yang terjadi tidak mudah ditebak, begitu pun masa perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti juga mengikuti.
Menurutnya, prakiraan cuaca yang digunakan terdahulu sudah sulit diterapkan pada masa sekarang. Akibatnya perubahan cuaca juga berpengaruh terhadap kasus demam berdarah.
“Kekhawatiran saya, cuaca sekarang selalu berubah, kalau dulu diprediksi Januari sampai April puncak. Yang sekarang ini takut juga, waswas, sebentar hujan, sebentar kering,” ujar Widia.
Disampaikannya, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk menyampaikan kepada masyarakat terkait potensi penyebaran virus demam berdarah. Puskesmas sebagai layangan kesehatan terdekat dengan masyarakat, diharapkan terus melakukan sosialisasi terkait pemberantasan sarang nyamuk. Karena, cara tersebut adalah yang sejauh ini paling efektif dilakukan untuk menekan kasus DBD.
“Kita sebenarnya sudah early warning kalau akan ada peningkatan pada bulan-bulan ini,” ucap Widia. Widia juga mengajak untuk mengantisipasi penyakit cikungunya yang penyebarannya juga melalui nyamuk Aedes aegypti. Biasanya kalau DBD naik cikungunya akan mengikuti, karena jenis nyamuk yang mengedarkan sama.
Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap penyakit menular seperti DBD ataupun cikungunya. Setelah
Covid-19 mulai mereda, masih ada penyakit menular lainnya yang sedang mengintai. Satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menekan angka kasus yakni melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus, mengubur, menutup, menguras, plus membersihkan talang-talang di rumah. Fogging, jelasnya, seharusnya menjadi jalan terakhir yang dilakukan setelah pencegahan dengan 3M plus tersebut.
“Bagi bapak-bapak yang senang beternak burung mungkin bisa dilihat penyimpanan airnya agar rutin diganti. Mari kita jaga kesehatan lingkungan, jika di sekitar kita masih ada tempat perkembangbiakan nyamuk supaya bisa dibersihkan,” tandas Widia. *cr78
Komentar