Warga Sumberkelampok Peraih Tanah Redis Disiapkan Pendampingan
SINGARAJA, NusaBali
Pemerintah Pusat dan Pemkab Buleleng merancang program pendampingan pertanian untuk warga Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng.
Desa ini ditetapkan sebagai desa reforma agraria. Desa ini mendapatkan program pendampingan pertanian sebagai tindak lanjut dari program redistribusi lahan atau tanah redis bagi warga desa setempatr oleh pemerintah tahun lalu.
Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng Nyoman Genep, usai membahas progress reforma agraria bersama staf kepresidenan secara daring, mengatakan program tersebut disiapkan setelah redistribusi lahan tuntas. Sebelumnya ratusan warga Desa Sumberklampok yang telah mengelola lahan Provinsi Bali selama puluhan tahun berjuang untuk mendapatkan Sertifikat Hak Milik (SHM). Pemprov Bali berkomitmen melepas sebagian besar lahan kepada warga desa didukung dalam program reforma agraria.
“Dari pusat menyiapkan program lintas kementerian, kami juga menyiapkan program di beberapa dinas. Programnya nanti mulai dari pengelolaan lahan bidang peternakan, perikanan dan pertanian. Ada juga nanti program penguatan air permukaan,” ucap Genep yang mantan Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Selasa (26/4) kemarin.
Penguatan air permukaan, disebut Genep, menjadi salah satu solusi kendala pertanian yang dihadapi warga Desa Sumberklampok selama ini. Daerah pertanian setempat sebenarnya lahan yang subur, namun masih terkendala ketersediaan air permukaan yang berkelanjutan. “Nanti akan disiapkan program untuk mendukung itu. Caranya, akan dibangun embung-embung air untuk menjaga ketersediaan air untuk pertanian, diupayakan tahun ini,” imbuh Genep.
Dihubungi terpisah, Perbekel Desa Sumberklampok I Wayan Sawitra Yasa mengatakan setelah mendapatkan SHM, warga masih memerlukan sejumlah program pemerintah. Terutama program pendukung mata pencaharian untuk meningkatkan taraf hidup. Jelas dia, redistribusi lahan setelah mendapatkan SHM, membuat luasan lahan pertanian berkurang. Warga yang sebelumnya mengelola 2 - 3 hektare lahan setelah redistribusi lahan garapan, turun menjadi 80 are sehingga pendapatan mereka juga berkurang.
“Warga kami saat ini terus berupaya mengembangkan lahan. Mulai dari membangun akses jalan menuju lahan. Yang diperlukan saat ini seperti bantuan bibit ternak sapi, bibit jagung. Usulan ini sudah kami sampaikan bahkan sebelum redistribusi lahan,” kata Sawitra Yasa. *k23
1
Komentar