Gubernur Pastika Jadikan Liburan Raja Salman sebagai Bahan Kajian
Gubernur Made Mangku Pastika menyatakan kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al–Saud ke Bali memberi manfaat yang cukup besar bagi dunia pariwisata di Pulau Dewata.
DENPASAR, NusaBali
“Dampaknya cukup besar untuk pariwisata kita, karena secara finansial bisa saja dihitung setiap orang mengeluarkan dana Rp10 juta per hari, lalu dikalikan 1.500 orang dan dikalikan sembilan hari, tentu triliunan (rupiah). Belum lagi sewa mobilnya dan keperluan lainnya,” ujarnya saat bertemu dengan wartawan di ruang pertemuan Biro Humas dan Protokoler Pemprov Bali di kantor gubernur kawasan Niti Mandala, Denpasar, Selasa (14/3).
Meski begitu, lulusan terbaik di Akabri Kepolisian (1974) itu menegaskan bahwa dirinya tidak memanfaatkan kedatangan Raja Salman untuk kepentingan investasi ekonomi di provinsi yang dipimpinnya.
“Saya tidak ingin mengganggu Raja Salman dengan kepentingan lain, karena beliau datang memang untuk berlibur, maka kewajiban kita hanya membuat dia nyaman dan suka dengan Bali. Kalau raja merasa nyaman saja sudah lebih dari cukup,” ungkapnya.
Bahkan, ia akan melakukan kajian untuk mendorong kunjungan masyarakat Timur Tengah untuk berwisata ke Bali. “Kunjungan wisata Raja Salman itu menjadi momentum bagi kita untuk menarik wisatawan Timur Tengah ke Bali. Kalau Raja Salman saja senang, apalagi rakyatnya,” tuturnya.
Oleh karena itu, Gubernur Pastika berencana melakukan evaluasi sejumlah objek wisata setelah kedatangan Raja Salman itu. “Kita perlu benahi infrastruktur ke lokasi wisata, kita perlu evaluasi hotel dengan belajar pada hotel yang ditempati Raja Salman, dan objek wisata yang ada juga dibenahi, misalnya pantainya harus bersih dan hijau,” urai Gubernur Pastika.
Tidak hanya itu, tokoh peraih penghargaan Officer of the Order of Australia atau AO (2003) itu mengharapkan generasi muda Bali menata dirinya dengan kepandaian dalam berbahasa asing dan berkomunikasi yang baik untuk ‘menjual’ pariwisata Bali ke depan secara lebih menjanjikan lagi.
Bagi Gubernur Pastika, pakaian yang digunakan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al–Saud yang berwisata ke Bali pada 4-12 Maret 2017 itu menunjukkan kekhasan tokoh negara yang patut diteladani.
“Karena itu, saat mengantar kepulangan Raja Salman (Minggu, 12/3) di Bandara Ngurah Rai, saya mengenakan pakaian raja juga (maksudnya, pakaian adat/tradisional Bali),” ucapnya.
Dalam pertemuan dengan wartawan, kemarin, mantan Kapolda Bali itu mengaku kalangan tertentu memprotes pakaian adat Bali yang dikenakan saat mengantar sang raja itu.
“Saat itu, semua pejabat memang mengenakan dress code, pakai jas, tapi saya justru mengenakan pakaian ‘raja’ Bali, karena saya juga ingin menghormati tradisi ‘raja’ Bali dengan menunjukkan kepada Raja Salman,” tutur gubernur dua periode itu.
Meski diprotes kalangan tertentu, dirinya tetap merasa percaya diri. “Pariwisata itu intinya membuat orang nyaman berada di daerah kita, karena Bali itu juga dikenal dengan budaya-nya, maka saya menghormati budaya sini dengan mengenakan pakaian itu,” tandasnya. * ant, nat
Meski begitu, lulusan terbaik di Akabri Kepolisian (1974) itu menegaskan bahwa dirinya tidak memanfaatkan kedatangan Raja Salman untuk kepentingan investasi ekonomi di provinsi yang dipimpinnya.
“Saya tidak ingin mengganggu Raja Salman dengan kepentingan lain, karena beliau datang memang untuk berlibur, maka kewajiban kita hanya membuat dia nyaman dan suka dengan Bali. Kalau raja merasa nyaman saja sudah lebih dari cukup,” ungkapnya.
Bahkan, ia akan melakukan kajian untuk mendorong kunjungan masyarakat Timur Tengah untuk berwisata ke Bali. “Kunjungan wisata Raja Salman itu menjadi momentum bagi kita untuk menarik wisatawan Timur Tengah ke Bali. Kalau Raja Salman saja senang, apalagi rakyatnya,” tuturnya.
Oleh karena itu, Gubernur Pastika berencana melakukan evaluasi sejumlah objek wisata setelah kedatangan Raja Salman itu. “Kita perlu benahi infrastruktur ke lokasi wisata, kita perlu evaluasi hotel dengan belajar pada hotel yang ditempati Raja Salman, dan objek wisata yang ada juga dibenahi, misalnya pantainya harus bersih dan hijau,” urai Gubernur Pastika.
Tidak hanya itu, tokoh peraih penghargaan Officer of the Order of Australia atau AO (2003) itu mengharapkan generasi muda Bali menata dirinya dengan kepandaian dalam berbahasa asing dan berkomunikasi yang baik untuk ‘menjual’ pariwisata Bali ke depan secara lebih menjanjikan lagi.
Bagi Gubernur Pastika, pakaian yang digunakan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al–Saud yang berwisata ke Bali pada 4-12 Maret 2017 itu menunjukkan kekhasan tokoh negara yang patut diteladani.
“Karena itu, saat mengantar kepulangan Raja Salman (Minggu, 12/3) di Bandara Ngurah Rai, saya mengenakan pakaian raja juga (maksudnya, pakaian adat/tradisional Bali),” ucapnya.
Dalam pertemuan dengan wartawan, kemarin, mantan Kapolda Bali itu mengaku kalangan tertentu memprotes pakaian adat Bali yang dikenakan saat mengantar sang raja itu.
“Saat itu, semua pejabat memang mengenakan dress code, pakai jas, tapi saya justru mengenakan pakaian ‘raja’ Bali, karena saya juga ingin menghormati tradisi ‘raja’ Bali dengan menunjukkan kepada Raja Salman,” tutur gubernur dua periode itu.
Meski diprotes kalangan tertentu, dirinya tetap merasa percaya diri. “Pariwisata itu intinya membuat orang nyaman berada di daerah kita, karena Bali itu juga dikenal dengan budaya-nya, maka saya menghormati budaya sini dengan mengenakan pakaian itu,” tandasnya. * ant, nat
Komentar