Dua Layon Ditempatkan dalam Satu Bade
Palebon Puri Agung Carangsari, Kecamatan Petang
Selain dua layon dari Puri Agung Carangsari, juga ada 5 sawa dari Buleleng yang ikut dalam prosesi pegabenan.
MANGUPURA, NusaBali
Puri Agung Carangsari Kecamatan Petang menggelar palebon untuk dua layon anggota keluarga puri pada Sukra Paing Gumbreg, Jumat (6/5). Ribuan warga mengiringi kepergian pengelingsir I Gusti Ngurah Putu Darmika dan keponakannya Anak Agung Ngurah Wira Negara. Dalam palebon kemarin, dua layon tersebut menggunakan bade yang sama.
Sejak pagi ribuan krama banjar se-Desa Adat Carangsari sudah tumpah ruah membantu rangkaian palebon. Tak hanya krama adat, bahkan turis asing nampak antusias mengambil dokumentasi salah satu budaya Bali tersebut. Tak pelak, bade tumpang sembilan karya undagi bade dari Griya Meranggi Desa Kesiman, Ida Bagus Gede Pidada, yang diletakkan di depan puri itu juga tak luput menjadi pusat perhatian.
Anak kelima dari almarhum I Gusti Ngurah Putu Darmika, Anak Agung Ngurah Bayu Kumara Putra yang akrab disapa Gung Bayu, menuturkan awalnya palebon ini ditujukan untuk satu orang, yakni ayahandanya yang meninggal pada 23 Maret 2022 lalu. Namun seiring perjalanan waktu menuju hari baik palebon, tiga minggu setelah ayahannya tutup usia, ternyata sepupu dari Gung Bayu atau keponakan dari almarhum ayahnya, Anak Agung Ngurah Wira Negara juga meninggal pada 18 April 2022. I Gusti Ngurah Putu Darmika meninggal di usia 91 tahun dan AA Ngurah Wira Negara di usia 67 tahun.
Atas dasar paruman (rapat) keluarga, kemudian disepakati menggunakan bade yang sama. “Dari paruman dengan semeton puri, saya meminta agar palebon kedua layon diselenggarakan di hari yang sama dan bade yang sama. Agar sederhana kita bekerjanya dan juga seharusnya begitu karena kita satu keluarga,” ujarnya ditemui di sela rangkaian palebon.
Ditambahkan oleh anak keenam almarhum I Gusti Ngurah Putu Darmika, AA Ngurah Bagus Suarmandala, desain bade yang digunakan masih sama dengan yang sebelumnya, namun ada penambahan konstruksi yang lebih kuat. Lantaran satu bade akan ada dua layon yang bertumpuk. Dijelaskan, posisi layon I Gusti Ngurah Putu Darmika diletakkan paling bawah. Kemudian di atasnya ada layon AA Ngurah Wira Negara. Namun pria yang akrab disapa Gung Bagus ini menegaskan, posisi layon tersebut bukan berarti tulah (kualat). “Artinya Ajung (ayah) saya itu memangku anaknya (keponakan), bukan berarti tulah. Yang mantuk (berpulang) adalah ayah kami dan kakak sepupu yang juga kakak tertua kami di Puri. Jadi kami anggap almarhum kakak diajak oleh Ajung,” tegas Gung Bagus.
Jika merunut dari hubungan keluarga, keduanya sangat berkaitan erat dengan Pahlawan Nasional yakni I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Putu Darmika merupakan sepupu dari I Gusti Ngurah Rai, sedangkan AA Ngurah Wira Negara merupakan keponakan dari pemimpin pasukan Ciung Wanara tersebut. Sosok almarhum I Gusti Ngurah Darmika di mata anak-anaknya selalu menjadi suritauladan bagi keluarga.
Disinggung mengenai kondisi terakhir sebelum meninggal, Gung Bagus menuturkan bahwa ayahnya sejatinya tak memiliki sakit selama ini. Namun tiba-tiba saja dua hari sebelum tutup usia, kondisinya ngedrop. Kakak sepupunya juga demikian, sempat mendadak sesak nafas sebelum meninggal. Namun Gung Bagus menuturkan, kakak sepupunya sempat berkata akan ngiringang Ajung sebelum meninggal, yang artinya akan mengiringi almarhum ayahnya.
“Dua minggu sebelum meninggal, kakak sepupu saya sempat mengatakan tiang ngiringang Ajung (saya ikut ayah). Kemudian pas hari meninggalnya, sempat saya tanya mau ke mana? Dibilang bin jebos tiyang budal (sebentar lagi saya pulang). Ternyata itu adalah pesan terakhir dari beliau akan meninggalkan dunia ini,” tuturnya.
Semasa hidupnya, kata Gung Bagus, almarhum I Gusti Ngurah Putu Darmika banyak mengabdikan diri untuk kemajuan pendidikan, antara lain dengan pembentukan Yayasan Wana Yasa sebagai pelopor pendirian SMP di Kecamatan Petang sekitar tahun 1980-an, sebelum adanya sekolah negeri di Kecamatan Petang. Bahkan perlengkapan belajar mengajar dulu disumbangkan dari Puri Carangsari. Selain itu, almarhum juga rajin bermasyarakat. Sehingga tak heran jika ribuan krama yang ikut membantu kesuksesan palebon kemarin.
“Beliau sangat senang jika anak-anak dapat bersekolah. Jadi didirikanlah sekolah itu untuk memfasilitasi anak-anak agar tidak jauh sekolah. Tapi saat ada SMP Negeri, sekolahnya ditutup dan anak-anak se-Kecamatan Petang dianjurkan ke SMP Negeri,” ceritanya sembari mengatakan almarhum juga mengabdikan diri di instansi pemerintahan dengan jabatan terakhir setingkat Sekretaris Camat.
Sementara Almarhum AA Ngurah Wira Negara merupakan pensiunan ASN di Provinsi Bali dengan jabatan Kabag Humas. Menurut Bendesa Adat Carangsari, Anak Agung Ngurah Arta yang juga masih ada hubungan keluarga dengan Puri Agung Carangsari, almarhum AA Ngurah Wira Negara adalah sosok yang low profile dan dipercaya mengurus merajan keluarga. “Kakak saya (almarhum AA Ngurah Wira Negara) mengurus Merajan Agung Puri Carangsari. Dia menjadi Kelian Merajan. Tentunya kami berharap palebon berjalan dengan lancar dan kami semua diberi ketabahan,” katanya.
Ditambahkan, selain dua layon dari Puri Agung Carangsari, juga ada pengiring lainnya, yakni sebanyak 5 sawa dari Buleleng yang ikut dalam prosesi pegabenan. Menurut AA Ngurah Arta, setiap ada karya di Puri Agung Carangsari, pihak puri selalu mengajak dan merangkul keluarga keturunan Arya Sentong yang berada di luar Carangsari dan tersebar di Bali. “Karya ini bukan hanya keluarga puri saja yang nyanggra. Setiap ada acara di puri, kami mengajak keluarga Carangsari dan keluarga Arya Sentong di seluruh Bali. Kebetulan yang ngaben ini di Buleleng ada lima orang. Artinya kita ajak mereka,” tandasnya. *ind
Sejak pagi ribuan krama banjar se-Desa Adat Carangsari sudah tumpah ruah membantu rangkaian palebon. Tak hanya krama adat, bahkan turis asing nampak antusias mengambil dokumentasi salah satu budaya Bali tersebut. Tak pelak, bade tumpang sembilan karya undagi bade dari Griya Meranggi Desa Kesiman, Ida Bagus Gede Pidada, yang diletakkan di depan puri itu juga tak luput menjadi pusat perhatian.
Anak kelima dari almarhum I Gusti Ngurah Putu Darmika, Anak Agung Ngurah Bayu Kumara Putra yang akrab disapa Gung Bayu, menuturkan awalnya palebon ini ditujukan untuk satu orang, yakni ayahandanya yang meninggal pada 23 Maret 2022 lalu. Namun seiring perjalanan waktu menuju hari baik palebon, tiga minggu setelah ayahannya tutup usia, ternyata sepupu dari Gung Bayu atau keponakan dari almarhum ayahnya, Anak Agung Ngurah Wira Negara juga meninggal pada 18 April 2022. I Gusti Ngurah Putu Darmika meninggal di usia 91 tahun dan AA Ngurah Wira Negara di usia 67 tahun.
Atas dasar paruman (rapat) keluarga, kemudian disepakati menggunakan bade yang sama. “Dari paruman dengan semeton puri, saya meminta agar palebon kedua layon diselenggarakan di hari yang sama dan bade yang sama. Agar sederhana kita bekerjanya dan juga seharusnya begitu karena kita satu keluarga,” ujarnya ditemui di sela rangkaian palebon.
Ditambahkan oleh anak keenam almarhum I Gusti Ngurah Putu Darmika, AA Ngurah Bagus Suarmandala, desain bade yang digunakan masih sama dengan yang sebelumnya, namun ada penambahan konstruksi yang lebih kuat. Lantaran satu bade akan ada dua layon yang bertumpuk. Dijelaskan, posisi layon I Gusti Ngurah Putu Darmika diletakkan paling bawah. Kemudian di atasnya ada layon AA Ngurah Wira Negara. Namun pria yang akrab disapa Gung Bagus ini menegaskan, posisi layon tersebut bukan berarti tulah (kualat). “Artinya Ajung (ayah) saya itu memangku anaknya (keponakan), bukan berarti tulah. Yang mantuk (berpulang) adalah ayah kami dan kakak sepupu yang juga kakak tertua kami di Puri. Jadi kami anggap almarhum kakak diajak oleh Ajung,” tegas Gung Bagus.
Jika merunut dari hubungan keluarga, keduanya sangat berkaitan erat dengan Pahlawan Nasional yakni I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Putu Darmika merupakan sepupu dari I Gusti Ngurah Rai, sedangkan AA Ngurah Wira Negara merupakan keponakan dari pemimpin pasukan Ciung Wanara tersebut. Sosok almarhum I Gusti Ngurah Darmika di mata anak-anaknya selalu menjadi suritauladan bagi keluarga.
Disinggung mengenai kondisi terakhir sebelum meninggal, Gung Bagus menuturkan bahwa ayahnya sejatinya tak memiliki sakit selama ini. Namun tiba-tiba saja dua hari sebelum tutup usia, kondisinya ngedrop. Kakak sepupunya juga demikian, sempat mendadak sesak nafas sebelum meninggal. Namun Gung Bagus menuturkan, kakak sepupunya sempat berkata akan ngiringang Ajung sebelum meninggal, yang artinya akan mengiringi almarhum ayahnya.
“Dua minggu sebelum meninggal, kakak sepupu saya sempat mengatakan tiang ngiringang Ajung (saya ikut ayah). Kemudian pas hari meninggalnya, sempat saya tanya mau ke mana? Dibilang bin jebos tiyang budal (sebentar lagi saya pulang). Ternyata itu adalah pesan terakhir dari beliau akan meninggalkan dunia ini,” tuturnya.
Semasa hidupnya, kata Gung Bagus, almarhum I Gusti Ngurah Putu Darmika banyak mengabdikan diri untuk kemajuan pendidikan, antara lain dengan pembentukan Yayasan Wana Yasa sebagai pelopor pendirian SMP di Kecamatan Petang sekitar tahun 1980-an, sebelum adanya sekolah negeri di Kecamatan Petang. Bahkan perlengkapan belajar mengajar dulu disumbangkan dari Puri Carangsari. Selain itu, almarhum juga rajin bermasyarakat. Sehingga tak heran jika ribuan krama yang ikut membantu kesuksesan palebon kemarin.
“Beliau sangat senang jika anak-anak dapat bersekolah. Jadi didirikanlah sekolah itu untuk memfasilitasi anak-anak agar tidak jauh sekolah. Tapi saat ada SMP Negeri, sekolahnya ditutup dan anak-anak se-Kecamatan Petang dianjurkan ke SMP Negeri,” ceritanya sembari mengatakan almarhum juga mengabdikan diri di instansi pemerintahan dengan jabatan terakhir setingkat Sekretaris Camat.
Sementara Almarhum AA Ngurah Wira Negara merupakan pensiunan ASN di Provinsi Bali dengan jabatan Kabag Humas. Menurut Bendesa Adat Carangsari, Anak Agung Ngurah Arta yang juga masih ada hubungan keluarga dengan Puri Agung Carangsari, almarhum AA Ngurah Wira Negara adalah sosok yang low profile dan dipercaya mengurus merajan keluarga. “Kakak saya (almarhum AA Ngurah Wira Negara) mengurus Merajan Agung Puri Carangsari. Dia menjadi Kelian Merajan. Tentunya kami berharap palebon berjalan dengan lancar dan kami semua diberi ketabahan,” katanya.
Ditambahkan, selain dua layon dari Puri Agung Carangsari, juga ada pengiring lainnya, yakni sebanyak 5 sawa dari Buleleng yang ikut dalam prosesi pegabenan. Menurut AA Ngurah Arta, setiap ada karya di Puri Agung Carangsari, pihak puri selalu mengajak dan merangkul keluarga keturunan Arya Sentong yang berada di luar Carangsari dan tersebar di Bali. “Karya ini bukan hanya keluarga puri saja yang nyanggra. Setiap ada acara di puri, kami mengajak keluarga Carangsari dan keluarga Arya Sentong di seluruh Bali. Kebetulan yang ngaben ini di Buleleng ada lima orang. Artinya kita ajak mereka,” tandasnya. *ind
1
Komentar