Pendapatan Pemulung Makin Menurun
TPA Sente Jadi TOSS dan Tempat Residu
SEMARAPURA, NusaBali
TPA Sente di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung sejak beberapa tahun lalu sudah berubah menjadi Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS).
Namun TPA ini masih dimanfaatkan sedikitnya oleh 20 warga sekitar untuk mengais rezeki dari tumpukan sampah. Hanya saja, pendapatan para pemulung ini kian menurun. Karena kini sampah yang masuk ke eks TPA Sente didominasi oleh sampah residu, bukan plastik, metal, dan lainnya. Kondisi ini membuat mereka mulai kesulitan untuk mendapatkan sampah bernilai ekonomi berupa rongsokan dan pakan ternak, sejak beberapa bulan terakhir ini. “Sekarang sampah untuk pakan ternak paling banyak dapat satu keresek," kata Nyoman Narti, salah seorang warga Kecamatan Dawan yang sehari-hari mengais rezeki dari tumpukan sampah tersebut, Jumat (6/5).
Norti menambahkan sudah mengais rezeki di eks TPA Sente telah lebih dari 10 tahun. Dari tumpukan sampah itu bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sampah rongsokan dijual ke pengepul, sedangkan sampah makanan seperti buah, tipat, sayur, digunakan untuk pakan babi.
Bahkan, hasilnya Narti bisa memelihara 10 ekor babi hanya dengan mengandalkan pakan yang didapat dari tumpukan sampah tersebut. Sementara dari mengumpulkan rongsokan mulai pukul 06.00 Wita - 10.00 Wita, bisa mengantongi sekitar Rp 10.000/hari. Namun, sejak dua bulan terakhir saya kerap pulang pukul 12.00 Wita, meski menambah waktupenghasilannya dari memulung jauh menurun. "Itu karena sampah yang dibawa ke TPA Sente didominasi oleh sampah residu atau yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis," kata Narti.
Karena itu Narti kini hanya memelihara dua ekor babi saja. Untuk sampah rongsokan paling banyak dapat Rp 5.000/kg. Hal serupa juga dia main pemulung lainnya. Karena tak ada pilihan mereka tetap bertahan memulung di tempat itu dengan harapan hari esok ada sampah bernilai ekonomis yang datang. “Saya masih tetap bertahan walau dapat sedikit," kata Narti. *wan
Komentar