MSS Merebak, Dewan Panggil Esekutif
DPRD Bali panggil Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Bali terkait dengan merebaknya isu dugaan (suspect) Meningitis Streptococcus Suis (MSS) di beberapa kabupaten di Bali.
Ketua Dewan Minta Hati-hti Berstatment di Media
DENPASAR,NusaBali
Pihak Eksekutif diminta berhati-hati menyampaikan statement di media supaya tidak berdampak luas dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
OPD yang dipanggil ke Gedung DPRD Bali, kemarin, masing-masing, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya, Kadis Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan Propinsi Bali Putu Sumantra dan Kadis Pariwisata Anak Agung Yuniartha.
Pertemuan kemarin, dipimpin langsung Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama didampingi Ketua Komisi IV I Nyoman Parta yang membidangi kesehatan dan Wakil Ketua Komisi II membidangi peternakan I Gede Kusumaputra serta sejumlah anggota dewan lainnya.
“MMS ini sangat sensitif, dampaknya luas terhadap situasi di masyarakat. Eksekutif harus berhati-hati ketika memberikan statement di media. Jangan sampai satu atap saling silang pendapat, berbeda- beda,” ujar Adi Wiryatama.
Adi Wiryatama meminta pola hidup masyarakat terutama dalam mengolah makanan babi juga harus diedukasi. “Saya pengalaman waktu kecil kalau babi sakit dan disembelih ketika dagingnya dimasak juga bisa menyebabkan mencret (diare). Sehingga pola sosialisasi ini ditekankan, mencegah penting, ketimbang statement di media yang bisa berdampak luas. Apalagi ada informasi pemeriksan lab tidak valid,” ujarnya.
Sementara Kadis Kesehatan dr Suarjaya mengatakan bahwa yang disampaikan soal merebaknya bakteri MSS valid, sesuai dengan hasil labolatorium RS Sanglah. Berdasarkan pemeriksaan pasien di RS Sanglah ada 3 pasien yang positif MSS. Menurutnya, pengambil cairan otak pasien dan darah pasien ini pola pengecekan lab yang valid. “Ada 38 pasien yang dirawat, sebanyak 3 orang positif MSS. Informasi ini valid dari RS Sanglah. Kalau cairan di otak positif maka sudah dipastikan terjadi pasien suspect ,” tegas dr Suarjaya seraya menyebutkan untuk terhindar dari MSS memasak daging babi harus matang.
Suarjaya mengatakan Meningitis adalah peradangan di otak. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus suis yang perantaranya adalah hewan. Bisa hewan ayam, namun yang selama ini nampak adalah hewan babi. Jenis bakteri ini bukan jenis baru. Tahun 1950 bakteri ini pernah menyerang di Eropa yang kemudian menyebar ke Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam dan Indonesia. “Di Indonesia di Bali pertama kali ditemukan di Kabupaten Buleleng 2014 lalu,” ujar Suarjaya.
Suarjaya menyebutkan adanya penetapan KLB (Kejadian Luar Biasa) ketika ditemukan kasus dua kali lipat dalam periode yang sama. “KLB beda dengan wabah penyakit. Kalau kasus terjadi dua kali lipat dalam periode yang sama itu KLB. Ini menjadi heboh karena kasusnya banyak dan menyebar,” jelasnya.
Sedangkan Kadis Peternakan Sumantra menyebutkan hasil uji lab di lapangan oleh BBvet Denpasar. “Kami ambil sampel yang memiliki rangkaian dengan babi yang dipotong sebelumnya. Hasilnya negatif,” ujar Sumantra. * nat
DENPASAR,NusaBali
Pihak Eksekutif diminta berhati-hati menyampaikan statement di media supaya tidak berdampak luas dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
OPD yang dipanggil ke Gedung DPRD Bali, kemarin, masing-masing, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya, Kadis Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan Propinsi Bali Putu Sumantra dan Kadis Pariwisata Anak Agung Yuniartha.
Pertemuan kemarin, dipimpin langsung Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama didampingi Ketua Komisi IV I Nyoman Parta yang membidangi kesehatan dan Wakil Ketua Komisi II membidangi peternakan I Gede Kusumaputra serta sejumlah anggota dewan lainnya.
“MMS ini sangat sensitif, dampaknya luas terhadap situasi di masyarakat. Eksekutif harus berhati-hati ketika memberikan statement di media. Jangan sampai satu atap saling silang pendapat, berbeda- beda,” ujar Adi Wiryatama.
Adi Wiryatama meminta pola hidup masyarakat terutama dalam mengolah makanan babi juga harus diedukasi. “Saya pengalaman waktu kecil kalau babi sakit dan disembelih ketika dagingnya dimasak juga bisa menyebabkan mencret (diare). Sehingga pola sosialisasi ini ditekankan, mencegah penting, ketimbang statement di media yang bisa berdampak luas. Apalagi ada informasi pemeriksan lab tidak valid,” ujarnya.
Sementara Kadis Kesehatan dr Suarjaya mengatakan bahwa yang disampaikan soal merebaknya bakteri MSS valid, sesuai dengan hasil labolatorium RS Sanglah. Berdasarkan pemeriksaan pasien di RS Sanglah ada 3 pasien yang positif MSS. Menurutnya, pengambil cairan otak pasien dan darah pasien ini pola pengecekan lab yang valid. “Ada 38 pasien yang dirawat, sebanyak 3 orang positif MSS. Informasi ini valid dari RS Sanglah. Kalau cairan di otak positif maka sudah dipastikan terjadi pasien suspect ,” tegas dr Suarjaya seraya menyebutkan untuk terhindar dari MSS memasak daging babi harus matang.
Suarjaya mengatakan Meningitis adalah peradangan di otak. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus suis yang perantaranya adalah hewan. Bisa hewan ayam, namun yang selama ini nampak adalah hewan babi. Jenis bakteri ini bukan jenis baru. Tahun 1950 bakteri ini pernah menyerang di Eropa yang kemudian menyebar ke Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam dan Indonesia. “Di Indonesia di Bali pertama kali ditemukan di Kabupaten Buleleng 2014 lalu,” ujar Suarjaya.
Suarjaya menyebutkan adanya penetapan KLB (Kejadian Luar Biasa) ketika ditemukan kasus dua kali lipat dalam periode yang sama. “KLB beda dengan wabah penyakit. Kalau kasus terjadi dua kali lipat dalam periode yang sama itu KLB. Ini menjadi heboh karena kasusnya banyak dan menyebar,” jelasnya.
Sedangkan Kadis Peternakan Sumantra menyebutkan hasil uji lab di lapangan oleh BBvet Denpasar. “Kami ambil sampel yang memiliki rangkaian dengan babi yang dipotong sebelumnya. Hasilnya negatif,” ujar Sumantra. * nat
Komentar