Sesepuh SOKSI Redam Konflik Dauh Wijana-Gus Adhi
Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Bali yang kembali bergolak dan menimbulkan perpecahan membuat sesepuh SOKSI Bali angkat bicara.
DENPASAR, NusaBali
Sesepuh SOKSI Bali Anak Agung Ngurah Rai Wiranata mengakui sempat diajak bicara oleh I Made Dauh Wijana belum lama ini. Rai Wiranata meminta Dauh Wijana supaya colling down, karena SOKSI lebih baik bersatu dan memperjuangkan kepentingan masyarakat luas, ketimbang bentrok tak ada ujung pangkal.
Rai Wiranata menyayangkan kembali adanya dualisme dan bibit perpecahan. “Saya mantan Ketua Depidar SOKSI Bali menyayangkan kembali ada dualisme kepemimpinan SOKSI. Saya harapkan SOKSI bersatu. Tidak pecah-belah. SOKSI tetap harus jadi organisasi solid seperti ketika didirikan tahun 1962 oleh Prof Suhardiman cs,” ujar Rai Wiranata di Denpasar, Jumat (17/3).
Menurut Rai Wiranata, kader SOKSI di Bali hendaknya tidak ikut mabuk dengan gaya-gaya politisi ibukota Jakarta yang selalu memainkan SOKSI untuk kepentingan pribadi. Bukan kepentingan organisasi yang sifatnya untuk kebesaran organisasi. “Ngapain orang di Jakarta minum-minum, kita yang mabuk. Mereka di Jakarta itu lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Sebaiknya kader SOKSI Bali lebih waspada, jangan terserat arus yang tidak jelas,” ujar tokoh Puri Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur ini.
Soal pendaftaran dua kubu SOKSI yakni SOKSI versi plt Ketua Umum Ali Wongso dan SOKSI dengan Ketua Umum Ade Komarudin, bagi Rai Wiranata sama-sama jalan, karena masing-masing kubu berupaya mendapatkan legalitas. Namun secara aturan, dalam Undang-Undang tentang Keormasan yang berhak memberikan SK kepada ormas, adalah Mendagri. SOKSI adalah ormas, ya benar SK-nya dari Mendagri,” tegas Rai Wiranata.
Rai Wiranata menyebutkan saat ini keputusan pemerintah dalam organisasi apapun di Indonesia selalu kembar. “Apapun selalu ada duanya. Semuanya serba dua. Apa yang tidak dua sekarang? Mulai Partai Golkar juga dua, Kosgoro, SOKSI, AMPI sampai KNPI.
Semuanya serba dua. Saya nggak mau membahas itu, karena saya tidak mengerti maunya pemerintah membuat yang serba kembar ini,” tegas mantan anggota DPRD Bali 2009-2014 ini.
Menurut Rai Wiranata, SOKSI yang dipimpin Ade Komarudin adalah SOKSI ormas. Kalau SOKSI yang dipimpin Ali Wongso adalah organisasi yang didaftarkan di Menkum dan HAM. “Kalau LSM di Menkum dan HAM. Kalau Ormas di Mendagri. Tetapi ngapaain ribut. Kalau Dauh Wijana ingin menyebutkan dirinya SOKSI ya versi Menkum dan HAM. Sejalan dengan Undang-Undang Keormasan yang berhak mengeluarkan SK ormas ya Menteri Dalam Negeri. Maka SOKSI Ade Komarudin yang di Mendagri,” tegas Rai Wiranata.
Terus SOKSI versi SK mana yang benar? “Sekarang masyarakat yang menilai. Saya sudah kasitahu kepada Dauh Wijana dan calon pengurus yang disiapkan di Bali. Saya sampaikan jangan grasa-grusu. Karena situasi ini bisa berujung konflik. Saya minta Dauh Wijana menunggu. Jangan terburu- buru,” papar Rai Wiranata.
Politisi senior Golkar Bali ini menegaskan akan terjadi friksi berseri di Bali kalau dualisme terjadi. Dan hal ini memang dipicu adanya persaingan perebutan Ketua Umum Golkar antara Ade Komarudin dan Setya Novanto. Ali Wongso yang plt Ketua Umum SOKSI bersandar ke Setya Novanto. “Bagi saya SOKSI di Bali tak terpecah, SOKSI harus berbuat untuk kepentingan rakyat,” tegas Rai Wiranata.
Seperti diberitakan, SOKSI Bali bergolak dipicu oleh Muscab SOKSI Kabupaten Gianyar yang digelar di Puri Blahbatuh Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Jumat (17/3) kemarin oleh Ketua Depidar SOKSI Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, yang notabene selama ini beraviliasi ke SOKSI versi Ketua Umum Ade Komarudin. Atas rencana Muscab oleh Gus Adhi ini SOKSI Bali dengan Ketua Depidar Bali, I Made Dauh Wijana gerah. Pentolan SOKSI Bali yang merupakan versi Plt Ketua Umum Ali Wongso ini menuding Gus Adhi membuat perpecahan. * nat
Sesepuh SOKSI Bali Anak Agung Ngurah Rai Wiranata mengakui sempat diajak bicara oleh I Made Dauh Wijana belum lama ini. Rai Wiranata meminta Dauh Wijana supaya colling down, karena SOKSI lebih baik bersatu dan memperjuangkan kepentingan masyarakat luas, ketimbang bentrok tak ada ujung pangkal.
Rai Wiranata menyayangkan kembali adanya dualisme dan bibit perpecahan. “Saya mantan Ketua Depidar SOKSI Bali menyayangkan kembali ada dualisme kepemimpinan SOKSI. Saya harapkan SOKSI bersatu. Tidak pecah-belah. SOKSI tetap harus jadi organisasi solid seperti ketika didirikan tahun 1962 oleh Prof Suhardiman cs,” ujar Rai Wiranata di Denpasar, Jumat (17/3).
Menurut Rai Wiranata, kader SOKSI di Bali hendaknya tidak ikut mabuk dengan gaya-gaya politisi ibukota Jakarta yang selalu memainkan SOKSI untuk kepentingan pribadi. Bukan kepentingan organisasi yang sifatnya untuk kebesaran organisasi. “Ngapain orang di Jakarta minum-minum, kita yang mabuk. Mereka di Jakarta itu lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Sebaiknya kader SOKSI Bali lebih waspada, jangan terserat arus yang tidak jelas,” ujar tokoh Puri Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur ini.
Soal pendaftaran dua kubu SOKSI yakni SOKSI versi plt Ketua Umum Ali Wongso dan SOKSI dengan Ketua Umum Ade Komarudin, bagi Rai Wiranata sama-sama jalan, karena masing-masing kubu berupaya mendapatkan legalitas. Namun secara aturan, dalam Undang-Undang tentang Keormasan yang berhak memberikan SK kepada ormas, adalah Mendagri. SOKSI adalah ormas, ya benar SK-nya dari Mendagri,” tegas Rai Wiranata.
Rai Wiranata menyebutkan saat ini keputusan pemerintah dalam organisasi apapun di Indonesia selalu kembar. “Apapun selalu ada duanya. Semuanya serba dua. Apa yang tidak dua sekarang? Mulai Partai Golkar juga dua, Kosgoro, SOKSI, AMPI sampai KNPI.
Semuanya serba dua. Saya nggak mau membahas itu, karena saya tidak mengerti maunya pemerintah membuat yang serba kembar ini,” tegas mantan anggota DPRD Bali 2009-2014 ini.
Menurut Rai Wiranata, SOKSI yang dipimpin Ade Komarudin adalah SOKSI ormas. Kalau SOKSI yang dipimpin Ali Wongso adalah organisasi yang didaftarkan di Menkum dan HAM. “Kalau LSM di Menkum dan HAM. Kalau Ormas di Mendagri. Tetapi ngapaain ribut. Kalau Dauh Wijana ingin menyebutkan dirinya SOKSI ya versi Menkum dan HAM. Sejalan dengan Undang-Undang Keormasan yang berhak mengeluarkan SK ormas ya Menteri Dalam Negeri. Maka SOKSI Ade Komarudin yang di Mendagri,” tegas Rai Wiranata.
Terus SOKSI versi SK mana yang benar? “Sekarang masyarakat yang menilai. Saya sudah kasitahu kepada Dauh Wijana dan calon pengurus yang disiapkan di Bali. Saya sampaikan jangan grasa-grusu. Karena situasi ini bisa berujung konflik. Saya minta Dauh Wijana menunggu. Jangan terburu- buru,” papar Rai Wiranata.
Politisi senior Golkar Bali ini menegaskan akan terjadi friksi berseri di Bali kalau dualisme terjadi. Dan hal ini memang dipicu adanya persaingan perebutan Ketua Umum Golkar antara Ade Komarudin dan Setya Novanto. Ali Wongso yang plt Ketua Umum SOKSI bersandar ke Setya Novanto. “Bagi saya SOKSI di Bali tak terpecah, SOKSI harus berbuat untuk kepentingan rakyat,” tegas Rai Wiranata.
Seperti diberitakan, SOKSI Bali bergolak dipicu oleh Muscab SOKSI Kabupaten Gianyar yang digelar di Puri Blahbatuh Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Jumat (17/3) kemarin oleh Ketua Depidar SOKSI Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, yang notabene selama ini beraviliasi ke SOKSI versi Ketua Umum Ade Komarudin. Atas rencana Muscab oleh Gus Adhi ini SOKSI Bali dengan Ketua Depidar Bali, I Made Dauh Wijana gerah. Pentolan SOKSI Bali yang merupakan versi Plt Ketua Umum Ali Wongso ini menuding Gus Adhi membuat perpecahan. * nat
Komentar