Beach Clean-Up Event 2022: Komunitas Bring Your Tumbler Kerahkan 30 Eco Warrior
Komunitas
Bring Your Tumbler
Bersih-bersih Pantai
Beach Clean Up
Eco Warrior
EKOWISATA MANGROVE
Kampoeng Kepiting
Proyek Rethinking Plastics
Mangrove
MANGUPURA, NusaBali.com - Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh setiap 22 April, Komunitas Bring Your Tumbler memprakarsai agenda bersih pantai atau The Beach Clean-Up Event 2022 pada Sabtu (23/4/2022) lalu.
Acara yang diikuti oleh 30 pemuda (eco warrior) dari berbagai komunitas ini berlangsung di kawasan ekowisata mangrove Kampoeng Kepiting Wanasari, Kabupaten Badung, Bali.
Bring Your Tumbler merupakan sebuah komunitas dengan gerakan Bring Your Tumbler, Be an Eco Warrior yang mengajak masyarakat untuk menggunakan tumbler atau wadah penyimpanan air minum agar tak menambah penggunaan botol plastik sekali pakai. Menurut data yang dihimpun oleh komunitas yang berdiri sejak 2015 ini, diperkirakan pada tahun 2050 jumlah plastik yang dibuang ke laut lebih banyak dari biota laut itu sendiri. Sehingga pencemaran plastik di laut dapat berimbas akan matinya ratusan ribu penyu, mamalia laut, serta lebih dari satu juta burung laut setiap tahun akibat polusi; baik menelan atau terjerat sampah plastik di lautan.
Menurut Ketua Panitia Beach Clean-Up, Luh Putu Budiarti mengatakan jika acara kali ini menjadi agenda pertama bagi Komunitas Bring Your Tumbler yang melibatkan puluhan eco warrior pascapandemi Covid-19. Situasi dan kondisi yang memungkinkan, serta antusias para eco warrior di lapangan menjadi semangat untuk terus bergerak dalam melindungi bumi.
“Kami bersyukur banget bisa mengundang massa. Karena ini kali pertama kami bisa mengundang para eco warrior lebih dari 10 orang. Kami berharap acara ini bisa sustain (berkelanjutan), dan lebih banyak orang-orang yang peduli untuk pengurangan plastik sekali pakai,” papar Luh Putu Budiarti.
Aksi beach clean-up yang menyasar kawasan mangrove Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai ini sedikitnya mendapatkan 70 kilogram sampah plastik dengan waktu pengumpulan yang tergolong singkat. Saat pagi hari, para eco warrior menyisir area mangrove dengan kondisi air yang masih surut. Menjelang siang hari saat air laut sudah mulai pasang, proses beach clean-up dilanjutkan dengan menggunakan kano.
Setelah proses pengumpulan sampah, acara yang didukung penuh oleh proyek Rethinking Plastics: Circular Economy Solution to Marine Litter melalui pendanaan dengan pembiayaan Uni Eropa dan Pemerintah Jerman, dan dilaksanakan oleh GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) ini dilanjutkan dengan proses pembersihan sampah temuan yang tercampur dengan lumpur. Setelahnya, proses berlanjut dengan pengklasifikasian jenis sampah dan menghitung jumlah kuantiti yang telah didapatkan.
Meski tak menjangkau keseluruhan kawasan yang mencapai sekitar 1.373 hektare tersebut, upaya Komunitas Bring Your Tumbler berhasil mengumpulkan berbagai jenis sampah plastik. Antara lain botol plastik, stereofoam, plastik kemasan, sedotan, tutup botol, sendok plastik, korek api, karet, pipa, dan berbagai sampah lainnya; kain, kertas, kaca, dan kaleng.
“Seharusnya kan (kondisi) ini bisa dicegah. Kita tidak seharusnya melakukan beach clean-up karena (diharapkan) dari hulu sampah sudah terkelola dengan baik. Yang jelas dampaknya sangat buruk untuk mangrove, untuk ekosistem. Menurut dari teman-teman di sini, mangrove-nya bisa terhambat bertumbuh karena kena plastik. Dan kita tahu mangrove itu rumah ikan. Jadi ya mangrove susah tumbuh, ikan dan organisme-organisme lainnya susah berkembang biak, dan akhirnya menganggu rantai makanan. Akhirnya kembali ke masyarakat lagi. Perekonomian terganggu, kebutuhan gizi juga terganggu. Dan beberapa plastik sudah rapuh ya, tentunya pasti ada mikroplastik. Dikhawatirkan mikroplastik itu lari ke tubuh manusia ketika ikan di sekitarnya dikonsumsi,” terang Rocky Pairunan, Advisor GIZ - Proyek Rethinking Plastics: Circular Economy Solution to Marine Litter Indonesia.
Proyek Rethinking Plastics: Circular Economy Solution to Marine Litter melalui pendanaan dengan pembiayaan Uni Eropa dan Pemerintah Jerman, dan dilaksanakan oleh GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) bertujuan guna mendorong kesadaran masyarakat untuk secara bijak menangani sampah, khususnya sampah plastik di lautan. Yakni dengan harapan dapat menjadi solusi bagi perkembangan perekonomian masyarakat sekitar yang terdampak. Seperti halnya dampak banyaknya sampah plastik di kawasan ekowisata mangrove Kampoeng Kepiting Wanasari.
Menurut data Komunitas Bring Your Tumbler, mayoritas sampah yang ditemui di sebagian kecil area hutan mangrove terbesar di Bali ini yakni berupa sampah plastik. Menurut Kelompok Nelayan Wanasari, sampah-sampah tersebut kemungkinan besar berasal dari banyaknya masyarakat di hulu yang membuang sampah ke sungai. Sampah tersebut kebanyakan tersangkut di dahan dan akar-akar mangrove, sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan pohon mangrove itu sendiri.
Sekretaris Kelompok Nelayan Wanasari, Agus Diana menjelaskan banyaknya sampah yang ada di areal hutan mangrove mengakibatkan kondisi ekosistem menjadi buruk. Contohnya seperti biota yang ada di dalam lumpur sangatlah berkurang akibat adanya sampah yang menumpuk atau tertanam di dalam lumpur. Seperti cacing laut, kerang, lumut atau rumput laut yang menjadi sumber makanan bagi ikan, kepiting bakau, udang, dan lainnya.
“Kami di Kelompok Nelayan Wanasari sangat senang dengan kegiatan ini, karena sangat membantu pemulihan dan menjaga ekosistem mangrove, serta membuat hutan mangrove menjadi lebih bersih. Semoga kegiatan beach clean-up ini bisa ditiru oleh generasi muda kedepannya dan menyadarkan mereka akan pentingnya kebersihan, khususnya (adanya) sampah plastik yang ada di daerah pesisir,” ungkap Agus Diana.
Agus juga berharap kegiatan yang digagas oleh Komunitas Bring Your Tumbler ini dapat terus dikampanyekan dan digaungkan pada lini pendidikan, terutama pada tingkat bangku Taman Kanak-kanak. Tak lain agar kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam tertanam sejak dini. Sehingga generasi penerus bangsa menjadi terbiasa untuk mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai.
Komentar