100 Ekor Burung Dikembalikan ke Alam
Perayaan Waisak di Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar
DENPASAR, NusaBali
Perayaan Hari Trisuci Waisak berlangsung semarak di Vihara Buddha Sakyamuni, Jalan Gunung Agung Lingkungan Padang Udayana Nomor 3A, Denpasar, Senin (16/5) sore.
Ribuan umat hadir, setelah dua tahun perayaan Waisak dibatasi akibat pandemi. Panitia sampai meminjam parkir Stadion Kompyang Sujana, untuk mengantisipasi membeludaknya umat yang datang merayakan Waisak.
Kendati pada perayaan Waisak tahun ini ada pelonggaran, protokol kesehatan tetap dilaksanakan, seperti memakai masker dan penggunaan aplikasi PeduliLindungi di pintu masuk vihara. Aparat TNI dan kepolisian tampak berjaga mengamankan acara dibantu pecalang setempat.
Ketua panitia perayaan Waisak Vihara Buddha Sakyamuni, Anita Verina, menuturkan perayaan Waisak tahun ini pihaknya tidak membatasi jumlah umat yang datang. “Karena kita lihat situasi sudah lebih baik, kita membuka kesempatan umat yang mau datang asalkan dalam keadaan sehat, minimum sudah vaksin dua kali, scan barcode PeduliLindungi dan wajib menggunakan masker,” ujar Anita ditemui di sela perayaan Waisak, Senin (16/5) sore.
Anita menyampaikan, rangkaian peringatan Hari Trisuci Waisak pada Senin diawali dengan kegiatan meditasi pada pukul 11.45 Wita untuk menyambut detik-detik Waisak yang jatuh tepat pukul 12.13.46 Wita.
Selanjutnya pada sore hari pukul 17.30 Wita diadakan prosesi pelepasan burung atau Abhaya Dana sebanyak sekitar 100 ekor. Sementara Puja Bakti Trisuci Waisak dilaksanakan pada pukul 18.00 – 20.00 Wita.
“Pelepasan burung kita sebut sebagai Abhaya Dana, artinya tanpa rasa takut, tanpa marabahaya. Kenapa kita melepaskan burung, karena burung rata-rata ditangkap, dipelihara atau dimakan. Jadi kita melepaskan burung, melepaskan mereka ke alamnya, kita memberikan rasa tidak takut atau melindungi mereka,” tutur Anita mengenai makna prosesi pelepasan burung.
Anita melanjutkan, perayaan Waisak 2022 mengangkat tema ‘Moderasi Beragama Membangun Kedamaian’. Moderasi beragama, ujarnya, menjadi kebutuhan untuk menemukan persamaan dalam perbedaan, bukan mempertajam perbedaan dengan bersikap eksklusif.
“Moderasi beragama sebenarnya juga program pemerintah atau Kementerian Agama, sebagai upaya memberikan rasa toleransi atau kita membangun rasa toleransi antarumat beragama. Jadi bukan keakraban antara umat Budha saja tetapi juga dengan umat agama lain,” tambah Anita.
Sementara itu salah seorang umat yang hadir, Viana, 40, merasa senang Waisak bisa kembali dirayakan dengan normal dan semarak, kendati belum seramai seperti saat sebelum pandemi Covid-19 terjadi. “Bagus sih, bisa kembali normal, jadi bisa dengarkan dhamma secara langsung,” ujar Viana. *cr78
1
Komentar