Pandemi Dongkrak Olahan Jahe Merah Desa Panji
SINGARAJA, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang telah mewabah di Bali sejak Maret 2020, ternyata jadi berkah bagi sebagian orang.
Virus yang merajalela di seluruh belahan dunia ini mendatangkan keberuntungan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tulus Bakti, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Produk olahan Jahe Merah untuk minuman penghangat dan penjaga imun tubuh milik KWT ini terdongkrak karena pandemi Covid-19.
Peluang usaha serbuk Jahe Merah ini ditangkap KWT Tulus Bakti pada akhir tahun 2019. Saat Covid-19 dimulai di beberapa negara, KTW Tulus Bakti yang diketuai Nyoman Mariani,46, berinisiatif membuat olahan yang berbeda dan berkhasiat. Jahe Merah pun dipilih karena memiliki khasiat bagi kesehatan dan mudah ditemukan di hutan Desa Panji maupun di pekarangan warga.
“KWT kami sudah dibentuk tahun 2017. Tetapi dulu fokus urus ternak seperti babi dan sapi. Nah, waktu awal pandemi 2020 mulai berpikir untuk buat produk ini. Awal Covid-19 kan memang ngetrend sekali orang berlomba membuat minuman penjaga imun dari bahan-bahan alami,” ucap Mariani Minggu (15/5).
Ide cemerlangnya itu pun sempat disampaikan ke Pemerintah Desa serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Ternyata mendapat sambutan positif. Mariani dan anggota kelompoknya lalu mulai menguji coba pembuatan produk. Dia hanya belajar otodidak dari youtube.
Di balik keberhasilan KWT Tulus Bakti ternyata ada perjuangan keras. Mariani pun memerlukan waktu 1,5 bulan untuk menguji coba pembuatan produk, terutama untuk mencari takaran yang pas. Sehingga produk serbuk Jahe Merah siap seduh dan diminum tanpa menambahkan bahan lainnya.
Lalu pada Januari 2021, KWT Tulus Bakti meluncurkan produk perdananya. Awalnya hanya dipasarkan di seputaran Desa Panji. Tidak perlu waktu lama, informasi dari mulut ke mulut dan postingan di media sosial, membuat pesanan membeludak. Rata-rata sebulan Mariani dan kelompoknya memproduksi 64 kg Jahe Merah menjadi olahan serbuk minuman hangat.
Produksi olahan Jahe Merah ini kini dijual dalam kemasan 200 gram dengan harga Rp 35.000 dan kemasan 300 gram dengan harga Rp 45.000. Omset per bulan rata-rata Rp 11 juta. Hasil penjualan dikelola kelompok untuk mencicil kredit, perputaran modal, dan kebutuhan sehari-hari.
Selama dua tahun memproduksi serbuk Jahe Merah, Desa Panji, menurut Mariani, tidak mengalami kendala berarti. Hanya saja pada Mei 2020 saat pandemi Covid-19 mulai meningkat, terjadi lonjakan harga Jahe Merah. Namun Mariani sudah membaca kondisi itu. Dia pun langsung mengantisipasi dengan pembagian bibit Jahe Merah kepada 19 anggota kelompoknya untuk ditanam. Kini KWT Tulus Bakti tidak kekurangan bahan baku. “Kami sangat bersyukur produk kami lancar. Reseller juga sudah banyak. Sekarang saya masih berpikir penanganan limbah saja, supaya tidak terbuang percuma,” kata Mariani. *k23
1
Komentar