Raih Doktor Berkat Menari Topeng Sambil Beri Pesan Agama
Penyuluh Agama Hindu Kemenag RI Karangasem, Dr I Gusti Ngurah Ananjaya SAg MPd
Materi yang disampaikan saat menari topeng dikemas dalam bentuk hiburan dengan komunikasi yang kocak, tetapi di dalamnya diselipkan pesan-pesan Agama Hindu.
AMLAPURA, NusaBali
Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Karangasem sekaligus seorang penari topeng, I Gusti Ngurah Ananjaya SAg MPd kini resmi menyandang gelar Doktor (Dr) Ilmu Agama. Dia telah lolos Ujian Terbuka Promosi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa (UHN Bagus Sugriwa) Denpasar, Selasa (17/5) lalu. Uniknya dia menyusun disertasinya berdasarkan pengalamannya sebagai penari topeng sekaligus penyuluh Agama Hindu.
Selain berdasarkan pengalaman kesehariannya, Ngurah Ananjaya juga melakukan penelitian di sembilan Kantor Kemenag RI se Provinsi Bali. Dalam disertasi berjudul ‘Pementasan Seni Topeng Bondres Sebagai Media Penyuluhan Agama Hindu Kementerian Agama di Bali’ dia memaparkan tentang efektivitas seni topeng bondres sebagai media penyuluhan Agama Hindu.
"Pementasan topeng bondres memang efektif digunakan sebagai media penyuluhan. Di sana ada tiga hal didapat, yakni topeng sebagai tontonan atau hiburan, sebagai tuntunan atau petunjuk dan sebagai tatanan atau aturan,'' ujar Ngurah Ananjaya yang juga adik Rektor UHN Bagus Sugriwa, Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana MSi ini kepada NusaBali di ruang kerjanya, Jalan Untung Surapati Amlapura, Jumat (20/5).
Ngurah Ananjaya sendiri bertugas sebagai penyuluh Agama Hindu sejak tahun 2009. Sejak itu pula dia menekuni sebagai penari topeng sidhakarya. Kebetulan kakeknya juga sebagai seorang penari topeng. Ternyata kemampuannya menari yang sebelumnya digunakan sebagai sarana ngayah saat ada Karya Mamungkah lan Nubung Daging dan upacara lainnya, sangat bermanfaat untuk menunjang pekerjaannya sebagai Penyuluh Agama Hindu.
Menurut Ngurah Ananjaya yang juga Bendesa Adat Santhi, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem ini melakukan penyuluhan menggunakan media bondres sangat efektif.
Materi yang disampaikan dikemas dalam bentuk hiburan dengan komunikasi yang kocak, tetapi di dalamnya diselipkan pesan-pesan menyangkut materi penyuluhan. "Masyarakat yang menonton juga sambil belajar," jelas ayah lima anak, suami dari I Gusti Ayu Witari Sag ini. Selama ini katanya, penyuluhan dengan cara konvensional dirasakan kurang efektif direspons masyarakat. Baik penyuluhan berupa dharma gita, dharma wacana, dharma tula, dharma sadana dan dharma kriya.
Berdasarkan pengalaman sebagai penari bondres sekaligus penyuluh Agama Hindu inilah dia mengangkatnya dalam disertasi doktornya. Walau penelitian dilakukan lumayan melelahkan di sembilan Kantor Kementerian Agama di Bali, dan menjalani ujian sebanyak lima kali, yakni ujian pra penelitian, ujian proposal, ujian hasil penelitian, ujian tertutup dan terakhir ujian terbuka di kampus UHN I Gusti Bagus Sugriwa.
Ngurah Ananjaya menjalani kuliah pascasarjana (S3) di UHN Bagus Sugriwa sejak tahun 2019, kuliah teori dijalani 2019-2021, selanjutnya 2021-2022 melakukan penelitian. Uniknya dua hari sebelum ujian terbuka dia masih sempat mementaskan tari topeng sidhakarya saat Karya Mamungkah lan Nubung Daging di salah satu Pura Dadia di Banjar Delundungan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Purnama Jyesta, Redite Umanis Warigadean, Minggu (15/5) lalu.
"Sambil menunggu prosesi upacara menyiapkan materi ujian, membawa laptop, mengecek materi yang disusun melalui power poin," ujar putra ketiga dari enam bersaudara pasangan I Gusti Nyoman Oka (alm) dan I Gusti Ayu Catur (alm) ini.
Dia termotivasi kuliah pascasarjana berkat dukungan segenap rekannya di Kantor Kementerian Agama Karangasem, PHDI Karangasem, keluarga, dan kerabat terdekat. Hanya saja hambatan dialami di saat jam kuliah Selasa-Kamis pukul 15.00 Wita-20.00 Wita, berbenturan dengan jam kantor. "Saya kuliah pascasarjana untuk memotivasi diri, meningkatkan kualitas kerja, juga memberikan semangat kepada rekan kerja serta keluarga. Saya ini penyuluh Agama Hindu pertama menyandang gelar doktor di Karangasem," tambah alumnus S-2, Ilmu Pendidikan Agama Hindu UHN Bagus Sugriwa Denpasar tahun 2018 ini.
Saat ujian terbuka bertindak sebagai Promotor adalah Prof Dr Drs I Made Surada MA, Kopromotor Prof Dr I Nyoman Suarka MHum, Ketua Prof Dr Dra Relin DE MAg, Skretaris Prof Dr I Nengah Lestawi MSi, penguji Prof Dr Drs I Nyoman Linggih MSi, Dr Ida Ayu Tary Puspa MPar, Dr Drs I Made Sugata MAg, Dr Drs I Wayan Sugita MSi dan Dr I Nyoman Subagia SAg MAg. *k16
Selain berdasarkan pengalaman kesehariannya, Ngurah Ananjaya juga melakukan penelitian di sembilan Kantor Kemenag RI se Provinsi Bali. Dalam disertasi berjudul ‘Pementasan Seni Topeng Bondres Sebagai Media Penyuluhan Agama Hindu Kementerian Agama di Bali’ dia memaparkan tentang efektivitas seni topeng bondres sebagai media penyuluhan Agama Hindu.
"Pementasan topeng bondres memang efektif digunakan sebagai media penyuluhan. Di sana ada tiga hal didapat, yakni topeng sebagai tontonan atau hiburan, sebagai tuntunan atau petunjuk dan sebagai tatanan atau aturan,'' ujar Ngurah Ananjaya yang juga adik Rektor UHN Bagus Sugriwa, Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana MSi ini kepada NusaBali di ruang kerjanya, Jalan Untung Surapati Amlapura, Jumat (20/5).
Ngurah Ananjaya sendiri bertugas sebagai penyuluh Agama Hindu sejak tahun 2009. Sejak itu pula dia menekuni sebagai penari topeng sidhakarya. Kebetulan kakeknya juga sebagai seorang penari topeng. Ternyata kemampuannya menari yang sebelumnya digunakan sebagai sarana ngayah saat ada Karya Mamungkah lan Nubung Daging dan upacara lainnya, sangat bermanfaat untuk menunjang pekerjaannya sebagai Penyuluh Agama Hindu.
Menurut Ngurah Ananjaya yang juga Bendesa Adat Santhi, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem ini melakukan penyuluhan menggunakan media bondres sangat efektif.
Materi yang disampaikan dikemas dalam bentuk hiburan dengan komunikasi yang kocak, tetapi di dalamnya diselipkan pesan-pesan menyangkut materi penyuluhan. "Masyarakat yang menonton juga sambil belajar," jelas ayah lima anak, suami dari I Gusti Ayu Witari Sag ini. Selama ini katanya, penyuluhan dengan cara konvensional dirasakan kurang efektif direspons masyarakat. Baik penyuluhan berupa dharma gita, dharma wacana, dharma tula, dharma sadana dan dharma kriya.
Berdasarkan pengalaman sebagai penari bondres sekaligus penyuluh Agama Hindu inilah dia mengangkatnya dalam disertasi doktornya. Walau penelitian dilakukan lumayan melelahkan di sembilan Kantor Kementerian Agama di Bali, dan menjalani ujian sebanyak lima kali, yakni ujian pra penelitian, ujian proposal, ujian hasil penelitian, ujian tertutup dan terakhir ujian terbuka di kampus UHN I Gusti Bagus Sugriwa.
Ngurah Ananjaya menjalani kuliah pascasarjana (S3) di UHN Bagus Sugriwa sejak tahun 2019, kuliah teori dijalani 2019-2021, selanjutnya 2021-2022 melakukan penelitian. Uniknya dua hari sebelum ujian terbuka dia masih sempat mementaskan tari topeng sidhakarya saat Karya Mamungkah lan Nubung Daging di salah satu Pura Dadia di Banjar Delundungan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Purnama Jyesta, Redite Umanis Warigadean, Minggu (15/5) lalu.
"Sambil menunggu prosesi upacara menyiapkan materi ujian, membawa laptop, mengecek materi yang disusun melalui power poin," ujar putra ketiga dari enam bersaudara pasangan I Gusti Nyoman Oka (alm) dan I Gusti Ayu Catur (alm) ini.
Dia termotivasi kuliah pascasarjana berkat dukungan segenap rekannya di Kantor Kementerian Agama Karangasem, PHDI Karangasem, keluarga, dan kerabat terdekat. Hanya saja hambatan dialami di saat jam kuliah Selasa-Kamis pukul 15.00 Wita-20.00 Wita, berbenturan dengan jam kantor. "Saya kuliah pascasarjana untuk memotivasi diri, meningkatkan kualitas kerja, juga memberikan semangat kepada rekan kerja serta keluarga. Saya ini penyuluh Agama Hindu pertama menyandang gelar doktor di Karangasem," tambah alumnus S-2, Ilmu Pendidikan Agama Hindu UHN Bagus Sugriwa Denpasar tahun 2018 ini.
Saat ujian terbuka bertindak sebagai Promotor adalah Prof Dr Drs I Made Surada MA, Kopromotor Prof Dr I Nyoman Suarka MHum, Ketua Prof Dr Dra Relin DE MAg, Skretaris Prof Dr I Nengah Lestawi MSi, penguji Prof Dr Drs I Nyoman Linggih MSi, Dr Ida Ayu Tary Puspa MPar, Dr Drs I Made Sugata MAg, Dr Drs I Wayan Sugita MSi dan Dr I Nyoman Subagia SAg MAg. *k16
1
Komentar